System Pelaksanaan Jaringan Wireless Area Metropolitan (MAN)
System Pelaksanaan Jaringan Wireless Area Metropolitan (MAN)
3.1.
jaringan dalam suatu area metropolitan seperti bangunan-bangunan yang berbeda dalam
suatu kota tanpa harus memasang kabel tembaga atau fiber antar bangunannya, tetapi
cukup dengan menggunakan media transmisi wireless untuk dapat berkomunikasi antara
satu area dengan area lainnya. Pada gambar berikut anda dapat melihat salah satu bentuk
dari jaringan WMAN yang didesain untuk sebuah kota. Pada gambar tersebut dapat dilihat
bentuk jaringan yang terbentuk dari beberapa jaringan Wireless LAN pada suatu tempat
atau daerah.
11
1. Parabolic Antenna 7GHz, 10 GHz & 15 GHz & Perangkat Pasolink NEC (E1Connection)
12
6. WiMAX Antenna
13
14
3.1.3.
kelemahan dibanding dengan jaringan kabel. Saat ini perkembangan teknologi wireless
sangat signifikan sejalan dengan kebutuhan sistem informasi yang mobile. Banyak
penyedia jasa wireless seperti hotspot komersil, ISP, Warnet, kampus - kampus maupun
perkantoran sudah mulai memanfaatkan wireless pada jaringan masing masing.
Beberapa kelemahan dari jaringan wireless antara lain
Kelemahan Wireless pada Lapisan Fisik
- Interception atau penyadapan, Hal ini sangat mudah dilakukan, dan sudah tidak asing
lagi bagi para hacker. Berbagai tools dengan mudah di peroleh di internet. Berbagai
teknik kriptografi dapat di bongkar oleh tools tools tersebut.
- Injection, Pada saat transmisi melalui radio, dimungkinkan dilakukan injection karena
berbagai kelemahan pada cara kerja wifi dimana tidak ada proses validasi siapa yang
sedang terhubung atau siapa yang memutuskan koneksi saat itu.
- Jamming, Jamming sangat dimungkinkan terjadi, baik disengaja maupun tidak
disengaja karena ketidaktahuan pengguna wireless tersebut. Pengaturan penggunaan
kanal frekwensi merupakan keharusan agar jamming dapat di minimalisir. Jamming
terjadi karena frekwensi yang digunakan cukup sempit sehingga penggunaan kembali
channel sulit dilakukan pada area yang padat jaringan nirkabelnya. S
- Locating Mobile Nodes, Dengan berbagai software, setiap orang mampu melakukan
wireless site survey dan mendapatkan informasi posisi letak setiap Wifi dan beragam
konfigurasi masing masing. Hal ini dapat dilakukan dengan peralatan sederhana spt
PDA atau laptop dengan di dukung GPS sebagai penanda posisi.
- Access Control, Dalam membangun jaringan wireless perlu di design agar dapat
memisahkan node atau host yang dapat dipercaya dan host yang tidak dapat
dipercaya. Sehingga diperlukan access control yang baik.
- Hijacking, Serangan MITM (Man In The Middle) yang dapat terjadi pada wireless
karena berbagai kelemahan protokol tersebut sehingga memungkinkan terjadinya
hijacking atau pengambilalihan komunikasi yang sedang terjadi dan melakukan
pencurian atau modifikasi informasi.
16
3.1.4.
dengan The IEEE 802.16 WirelessMAN Standard for Broadband Wireless Metropolitan
Area Networks. Dalam aturan standarisasi ini dituliskan property dari 802.16 adalah :
Mampu melayani alokasi frekwensi dari <1 hingga 66 GHz, ODFM dan OFDMA
Sesuai dengan standar ini Perangkat WMAN yang digunakan dapat menjangkau area
yang lebih luas tanpa harus mengalami data yang loss. Menurut standar IEEE 802.16
wilayah jangkauan dari Wireless MAN saat LOS dan N-LOS dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 3.9. Contoh Kondisi WMAN saat hujan biasa dan deras.
(The IEEE 802.16 WirelessMAN Standard for Broadband WirelessMetropolitan Area
17
channel 1
channel 6
channel 11
omdirectional dapat disimulasikan dengan gambar segi enam, dimana radius pancarannya
sangat tergantung pada kekuatan pemancar, jenis antena, kabel coaxial yang di pakai dan
tinggi tower antenna untuk pemancar dan penerima, Desain Jaringan WMAN untuk access
point yang menggunakan antenna omni directional dapat disimulasikan sebagai berikut :
Gambar 3.10. Disain WMAN untuk access point dengan antenna Omnidirectional
Pada Bagian gambar 2.3 kita menggunakan model jangkauan hexagonal dengan
melibatkan 3 channel yang berbeda yaitu channel 1 ( 2,412MHz ), channel 6 (2,437MHz)
dan channel 11 (2,462MHz).
Karena hanya menggunakan 3 channel maka logika sederhana agar tidak terjadi
interferensi yaitu dengan disusunnya channel-channel yang berbeda pada tiap-tiap sell
yang berdekatan, logika ini dituangkan pada struktur gambar diatas dimana tiap channel
yang berbeda diberi warna dan no channel yang berbeda.
Dengan susunan channel diatas diharapkan dapat menjangkau wilayah/kota seluas
35x35 km maka di dapati oleh 7 Access point yang berbeda pada 7 tower jika sebuah
access point dapat melayani 20 sampai 30 Km node,
18
Gambar 3.11. Implementasi konsep tiga orthogonal dengan antenna sec toral di access pointnya
Pada gambar 3.11, antena access point di letakan pada salah satu sudut segi enam,
sehingga pancarannya menyebar keseluruh segi enam. Pada prinsipnya sebuah tower dapat
di pasang sampai 3 buah access point jika memakai antena sectoral 120 derajat. Antena
sectoral ini mempunyai gain yang lebih tinggi dari pada antena omni directional dan jarak
jangkaunya sekitar 8 ~ 10 km percell
Konsep empat orthogonal channel set, terdiri dari channel :
2.412 GHz channel 1
2.432 GHz channel 5
2.452 GHz channel 9
2.4472 GHz channel 13
Konsep empat orthogonal channel set sangat baik untuk di implementasikan pada daerah
yang padat pengguna WLAN. Kelemahannya konsep ini pada pada masing-masing
ujungnya agak sedikit overlaping. Adapun simulasinya adalah sebagai berikut :
Gambar 3.12. Rancangan empat orthogonal channel set menggunakan channel 1,5,9, dan 13
19
Luas wilayah
Peluang pasar yang besar seperti Sekolah, instansi, industri dan perdagangan
3.3.
diperhatikan yaitu pertama, cakupan area yang luas termasuk didalamnya penentuan
teknologi last mile & backhaul-nya dan yang kedua, kapasitas jumlah pengguna.
Untuk cakupan area yang luas dan sebagai teknologi lastmile-nya (disebut juga akses point)
akan menggunakan WiFi, sedangkan WiMAX akan digunakan Sebagai backhaul
jaringannya. Pemilihan kedua teknologi tersebut atas dasar bahwa keduanya merupakan
teknologi yang saling melengkapi untuk terciptanya akses jaringan Wireless WAN.
Perencanaan jaringan yang baik sangat menentukan dalam kesuksesan teknologi WiFi dan
WiMAX. Perencanaan yang baik akan membuat biaya murah dalam pengadaan
infrastruktur dan mampu menyediakan kualitas jaringan yang handal. Dalam perencanaan
jaringan ini tahap yang perlu dilakukan yaitu: pemilihan arsitektur jaringan, melakukan
survey lapangan, pemilihan sistem antena, penentuan perangkat jaringan WiFi, persiapan
dan perencanaan, dan kalkulasi radio link.
3.3.1. Arsitektur Jaringan WMAN
Dalam merencanakan suatu jaringan Wireless MAN maka perlu diketahui beberapa
jenis arsitektur jaringan yang dapat diaplikasikan. Berikut ini akan dijelaskan arsitektur
topologi jaringan yang umum diterapkan beserta beberapa pertimbangan dalam pemilihan
suatu arsitektur jaringan yang optimal pada jaringan Wireless yang akan diaplikasikan.
20
Point B
Point A
Beberapa hal tersebut dibawah ini merupakan kondisi yang mendukung untuk
direalisasikannya arsitektur PTP, yaitu :
Hanya terdapat dua node dalam jaringan yang akan dibangun, artinya arsitektur PTP
merupakan pilihan yang tepat jika tidak ada rencana pengembangan jaringan dimasa
mendatang.
jaringan.
Koneksi Wireless yang relative panjang, untuk link 24-28 km seperti untuk backbone
Tingkat noise yang tinggi, Arsitektur PTP menggunakan sistem antena directional
sehingga lebih robust terhadap noise.
21
Client 4
Client 5
Coverage Area
Client 3
Client 6
Client 2
Hub
Site
Client 7
Client 1
Gambar diatas mengilustrasikan sebuah arsitektur point to multipoint dengan satu hub site.
Arsitektur ini dapat dikembangkan lagi bila jumlah client atau lokasi yang akan
dihubungkan dalam sebuah jaringan yang cukup banyak atau lebih luas. Hal ini dapat
dilakukan dengan menambah jumlah hub site yang dibagi menjadi beberapa sektor untuk
meningkatkan kapasitas jaringan. Tiap sektor memiliki sistem antena, perangkat radio dan
frekuensi sendiri. Jumlah sektor disesuaikan dengan kebutuhan dan juga bandwidth yang
tersedia. Gambar dibawah ini menunjukkan arsitektur PTM yang terbagi menjadi tiga buah
sektor.
Client 4
Client 5
Coverage Area
Frekuensi 6
Client 3
Client 2
Client 6
Hub
Site
Coverage Area
Frekuensi 11
Client 7
Client 1
Client 8
Client 22
Client 21
Client 14
Client 16
Client 9
Coverage Area
Frekuensi 1
Client 13
Client 20
Client 14
Client 17
Hub
Site
Hub
Site
Client 19
Client 12
Client 11
Client 18
22
dimana sebuah tower dipasang ditengah-tengah coveragenya. Untuk lebih jelasnya seperti
terlihat pada gambar dibawah ini:
Coverage
Frekuensi 6
Client
Client
Client
Client
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
Coverage
Frekuensi 11
Client
Coverage
Frekuensi 1
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
Client
Client
Client
Client
Coverage
Frekuensi 6 (re-use)
Client
Client
Client
Coverage
Frekuensi 11 (re-use)
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
Client
Client
WiMAX
Sebagai
Backhaul
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
Client
Client
Coverage
Frekuensi 1 (re-use)
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
Client
Sama halnya dengan omnidirectional akses point yang memanfaatkan tiga orthogonal
channel set, hanya saja akan lebih efisien, karena ketiga kanal tersebut dapat dipasang pada
satu tower, dimana masing-masing kanal dipasang satu akses point dengan menggunakan
antena sektoral dengan beamwidth 120 derajat.
23
Coverage
Frekuensi 6
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Coverage
Frekuensi 11
Client
Coverage
Frekuensi 1
Client
Client
Client
Client
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Coverage
Frekuensi 6 (re-use)
Client
Client
Client
Coverage
Frekuensi 11 (re-use)
Client
Client
Client
Client
WiMAX
Sebagai
Backhaul
Coverage
Frekuensi 1 (re-use)
Client
Client
Client
Client
Client
WiFi Sebagai
Lastmile
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
Client
24
sebelum mencapai terminal atau titik tujuan. Jika satu atau lebih titik yang dilewati tidak
beroperasi atau mati maka jalur paket akan di alihkan melalui titik lain.
Network Nodes
Adapun kelebihan arsitektur mesh adalah mampu menjangkau near line of sight (NLOS),
redudansi routing, proses perancangan jaringan yang lebih sederhana, dan intalasi antena
yang lebih sederhana.
Kekurangan arsitektur ini adalah diperlukannya jumlah titik yang lebih banyak untuk
menjangkau area yang sama, memerlukan prose aplikasi jaringan yang progresif serta
membutuhkan manajemen bandwidth yang rumit.
Arsitektur mesh ini paling tepat diimplementasikan bila titik-titik yang akan disambungkan
berada pada lokasi yang saling berdekatan satu sama lain dan banyak terdapat halangan
yang berpengaruh terhadap LOS, serta tidak membutuhkan throughput yang tinggi.
Berdasarkan penjelasan beberapa arsitektur umum jaringan Wireless diatas, maka
diperlukan pemilihan jaringan yang tepat sehingga dapat diimplementasikan dengan baik.
Perlu diketahui bahwa LOS merupakan salah satu bagian terpenting dalam merencanakan
dan membangun sebuah jaringan Wireless, disamping kontur tanah dan penghalang
(obstacle) yang terdapat pada tiap lokasi juga memiliki keunikan sendiri. Yang secara
keseluruhan akan digunakan untuk perhitungan link budget jaringan yang akan
direncanakan juga memiliki sifat yang unik untuk tiap lokasi, sehingga tidak tertutup
kemungkinan merupakan kombinasi dari beberapa arsitektur jaringan sekaligus. Oleh
karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk masing-masing arsitektur jaringan sesuai dengan
kebutuhan.
25
26
3.4.
kemudian dilakukan kegiatan survey lapangan untuk menentukan dan memastikan apakah
perencanaan awal yang sudah disusun dapat diimplementasikan lebih lanjut. Survey
lapangan yang dilakukan terbagi dua menjadi :
1. Survey fisik lapangan
2. Survey frekuensi radio lapangan
Survey lapangan yang baik akan dapat membantu kita pada proses perencanaan selanjutnya
dalam menentukan hal-hal berikut.
Apakah memungkinkan diadakan atau dilakukan sebuah perubahan pada lokasi untuk
membuat lokasi tersebut semakin sesuai dengan perencanaan jaringan yang sudah
dibuat.
Modifikasi apa yang harus dilakukan pada rencana jaringan untuk dapat
Apakah lokasi tersebut tidak dapat digunakan karena perubahan atau perbaikan yang
harus dilakukan terhadapnya atau terhadap rencana jaringan terlalu mahal untuk
diimplementasikan.
Survey lapangan harus didokumentasikan secara baik untuk kemudian digunakan oleh tim
yang melakukan instalasi jaringan.
3.4.1.
dari lokasi dimana akan ditempatkan segala perangkat radio yang akan digunakan dalam
jaringan nirkabel. Pada dasarnya hasil dari survey lapangan harus dapat memberikan
informasi yang akurat mengenai keadaan fisik suatu lokasi yang akan digunakan sehingga
dapat diperoleh kesimpulan atau keputusan mengenai layak atau tidaknya secara fisik
27
lokasi tersebut untuk dipergunakan sesuai dengan rencana jaringan. Oleh karena itu
diperlukan data yang lengkap dari suatu perencanaan awal jaringan.
Beberapa hal yang dilakukan dalam sebuah survey fisik lapangan adalah sebagai berikut.
1. Pemahamam konsep perencanaan awal jaringan
2. Mengontak pemilik lokasi
3. Persiapan survey fisik lapangan
4. Penentuan lokasi antena
Pada saat survey fisik lapangan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yang
berkaitan dengan penentuan lokasi antena.
a. Akses untuk mencapai puncak gedung bila lokasi berupa atap Gedung.
b. Survey atap gedung dan sketsa denah atap gedung.
c. Penentuan arah antena sesuai dengan perencanaan awal jaringan
d. Penempatan antena yang relatif bebas dari objek-objek yang dapat mengganggu
baik itu disekitar antena maupun dikejauhan,dan jalur distribusi listrik.
e. Penentuan tinggi antena sesuai dengan perencanaan awal Jaringan.
f. Penentuan struktur dimana antena akan ditempatkan.
g. Grounding antena yang meliputi perlindungan terhadap petir dan
Penentuan titik Grounding untuk antena.
Berdasarkan hasil yang didapat dari kegiatan survey fisik lapangan maka dapat dilakukan
revisi pada perencanaan jaringan awal sehingga benar-benar sesuai dengan keadaan fisik
lapangan dimana jaringan Wireless akan diimplementasikan.
3.4.2
Jika survey fisik lapangan memberikan hasil yang positif maka selanjutnya diadakan
survey frekuensi radio lapangan. Survey frekuensi radio ini bertujuan untuk :
Menentukan apakah signal yang terdapat pada lokasi bersangkutan cukup kuat untuk
Mendokumentasikan tipe, kekuatan, arah dan polarisasi dari signal yang terdapat pada
Variasi interval pengambilan sampling untuk mendapatkan hasil yang Lebih akurat.
Interval dapat divariasikan antara 15 detik sampai 30 menit.
Waktu pengambilan sampling
Lakukan pengambilan sampling pada saat dimana diperkirakan aktifitas dan
Sebuah survey frekuensi radio juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu tiap
lingkungan frekuensi radio dan kombinasi perangkat radio yang digunakan memiliki
keunikan tersendiri, hal ini menyebabkan tidak terdapatnya jawaban absolut terhadap
sebuah hasil survey. Selain itu juga lingkungan radio berubah dari waktu ke waktu,
yang menyebabkan data atau hasil yang didapat dari survey memiliki masa berlaku
yang terbatas. Dari berbagai hasil yang didapatkan dari survey frekuensi radio,data
terbaik yang dapat digunakan dalam perencanaan adalah SNR. Pada dunia nyata level
signal yang diterima di receiver berkisar antara-85 dBm (low throughput) sampai
dengan-65 dBm (low throughput).
3.5.
Gambar 3.19: Jenis antena yang berbeda dirancang untuk berbagai aplikasi
WiMAX antena, seperti antena untuk radio mobil, telepon seluler, radio FM, atau
TV, dirancang untuk mengoptimalkan kinerja untuk sebuah aplikasi tertentu. Gambar di
atas menggambarkan tiga jenis utama antena yang digunakan dalam penyebaran WiMAX.
Dari atas ke bawah adalah omni directional, antena panel sektor dan masing-masing fungsi
memiliki spesifik.
Subscriber Stations
Istilah teknis untuk alat customer premise equipment (CPE) adalah stasiun
pelanggan. Istilah pemasaran yang berlaku umum sekarang fokus di kedua "CPE indoor"
atau "CPE outdoor". Ada kelebihan dan kekurangan untuk kedua pola penyebaran seperti
yang dijelaskan di bawah ini.
30
dan polarisasi silang. Jika elemen antena vertikal relatif terhadap permukaan bumi, maka
medan listrik juga vertikal dan signal memiliki polarisasi vertigal. Jika elemen antena
horizontol relatif terhadap permukaan bumi, maka medan listrik juga horizontal dan signal
memiliki polarisasi horizontal. Pada antena yang memiliki polarisasi sirkuler, medan listrik
berotasi secara konstan relative terhadap antena. Bergantung pada rancangan antena,
medan listrik dapat memiliki polarisasi searah jarum jam, maupun polarisasi berlawanan
arah jarum jam. Polarisasi silang terjadi bila sebuah antena memiliki polarisasi vertikal dan
antena lainnya memiliki polarisasi horizontal, atau bila sebuah antena memiliki polarisasi
sirkuler searah jarum jam dan antena lainnya memiliki polarisasi sirkuler berlawanan arah
jarum jam. Pada umumnya antena memiliki diskriminasi polarisasi silang (XPD-cross
polarization discrimination) sebesar -20 dB. Hal ini berarti antena mendiskriminasi atau
menyebabkan antenuasi signal polarisasi silang sebesar -20 dB. Sebuah signal yang
terantenuasi sebesar -20 dB mengalami reduksi daya sebesar 1/100 dari level daya awal.
Karenanya antena yang berhubungan harus mempunyai polarisasi yang sama.
XPD ini juga memiliki kegunaan lain yaitu untuk mereduksi interferensi signal yang
berasal dari antena yang memiliki polarisasi yang sama. Hal ini berguna antara lain untuk
penggunaan ulang frekuensi pada sektor atau access point yang berbeda.
Antena omnidirectional
Antena yagi
Antena helix
satu sistem antena yang baik untuk diimplementasikan dalam sebuah jaringan Wireless.
32
Sistem antena sektoral memiliki kelebihan dalam kapasitas jaringan dan kinerja antena
secara keseluruhan bila dibandingkan dengan sistem antena omnidirectional.
Berikut beberapa pertimbangan dalam penggunaan sistem antena sektoral.
a. Pemilihan lokasi antena harus pada lokasi yang memiliki noise rendah.
b. Orientasi sekto sektor menetukan jumlah antena dan sudut radiasi antena.
c. Radius sektor menetukan gain antena yang digunakan.
d. Polarisasi yang menghasilkan tingkat interferensi terendah.
e. Beamwidth horizontal, Gunakan antena sektoral yang memiliki beamwidth horizontal
sebesar 75%-100% dari sudut sektor yang akan dilayani.
f. Beamwidth vertikal, Radius sektor yang lebih besar membutuhkan beamwidth vertikal
yang lebih besar juga.
g. Downtilt, Gunakan antena sektoral yang memiliki fungsi downtilt untuk dapat lebih
mengarahkan main lobe kearah terminal.
h. F/B ratio, Gunakan antena sektoral yang memiliki F/B ratio tertinggi konsisten
terhadap harga antena.
i. Ukuran,berat dan tampilan antena
3.6.
perhitungan budget merupakan hal yang keritis untuk dilakukan. Beberapa parameter kritis
yang diperlukan untuk perhitungan secara benar untuk memastika bahwa sistem bekerja
dengan baik adalah : Free Space Loss (FSL), Log Distance Path Loss, Sistem Operating
Margin (SOM)
Fresnel Zone clearance (FZC), Antena bearing, Antena down tilt, dan antena down tilt
coverage radius.
3.6.1. Free Space Loss (FSL)
Ada dua parameter utama yang dibutuhkan dalam melakukan perhitungan FSL,
yaitu :
1. Frekuensi operasi (dalam MHz )
2. Jarak antar antena (dalam miles)
Keluaran dari perhitungan ini adalah :
Free Space Loss (dB) = 20 Log10 (MHz) + 20 Log10 (jarak dalam Miles) + 36.6
33
Sebagai gambaran, kita akan melihat free Space Loss sekitar 100 dB untuk sinyal radio
yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz untuk merambat sepanjang satu (1) km. Artinya, bila
kita mengacu pada peraturan yang ada dengan daya maksimum di ujung antena sebesar 36
dBmW, maka di antena penerima hanya akan menerima daya sekitar -54 dBm sebetulnya
cukup kecil tapi masih cukup besar untuk sensitifitas penerima yang ada.
Sensitivitas receiver (Prx) menunjukkan besarnya kuat sinyal yang dipersyaratkan pada
input receiver dan merupakan fungsi fari teknik modulasi yang digunakan serta BER
yang diinginkan. Nilai dari sensitivitas receiver dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Prx (dB)=Pn+SNR...................................................................................(3.4)
SNR (dB)=(Eb/No)+10 log(R/BT)...........................................................(3.5)
Dimana R adalah data rate sistem,sedangkan BT adalah Bandwidth sistem. Nilai Eb/No
Fading Margin
90%
8 dB
99%
18 dB
99,9%
28 dB
99,99 %
38 dB
......................................( 3.6 )
Dimana
r - radius dari Fresnel Zone dalam feet/meter
d - jarak antara dua titik dalam Miles/km
f - frekuensi dalam GHz.
Ketinggian antenna adalah
Tinggi antenna = tinggi rintangan + FZC.
Jadi jika ada bukit dengan ketinggian 10 meter maka ketinggian tower / antenna yang di
perlukan adalah. 10 meter di tambah FZC yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut
Hasil Perhitungan
Kita biasanya masih mentolerir menggunakan clearence 80% dari perhitungan FZC
tersebut. FZC tidak sama dengan ketinggian tower atau ketinggian antenna. Tabel berikut
memperlihatkan Fresnel Zone Clearence (FZC) untuk beberapa jarak yang sering kita
gunakan.
Tabel 3.2 Hasil perhitungan FZC
Jarak (KM )
4.32
6.20
7.80
8.94
9.96
10.88
11.73
10
14.08
15
17.25
20
19.92
30
24.39
36
3.7.
37
..............................................................
( 3.7 )