Abstrak. Terkait hasil uji skrining fitokimia terhadap tiga tanaman obat, yaitu bugenvil, bunga
sepatu, dan daun ungu dapat dilaporkan beberapa catatan penting, yaitu: 1) Semua tumbuhan obat
tradisional tersebut diketahui mengandung senyawa fenolik baik pada ekstrak heksana, ekstrak
kloroform maupun ekstrak metanol, 2) Diketahui bahwa ketiga tanaman obat tradisional ini
mengandung senyawa steroid dan tidak triterpenoid pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform, dan
ekstrak metanol, kecuali pada ekstrak metanol tanaman daun ungu, 3) Tanaman daun ungu
mengandung alkaloid hanya pada ekstrak metanol, dan tidak pada dua ekstrak lainnya. Literatur
mendukung laporan bahwa tanaman ini mempunyai kandungan kimia alkaloid (non toksik) dan
flavonoid (termasuk fenolik), 4) Penting dicatat bahwa ekstrak metanol tanaman bunga sepatu
mengandung komponen kimia steroid, alkaloid, fenolik, saponin dan tanin, dan tidak mengandung
senyawa triterpenoid dan flavonoid, 5) Yang menarik dicatat bahwa senyawa flavonoid justru
terkandung dalam ekstrak non polar heksana, kecuali pada tanaman bunga sepatu dan tidak ada
pada ekstrak polar metanol, dan 6) Semua ekstrak dari ketiga tanaman obat tersebut tidak
mengandung saponin, kecuali pada ekstrak kloroform bugenvil dan ekstrak metanol bunga sepatu.
Hal ini disebabkan kemungkinan saponin sudah mengalami proses hidrolisis selama perlakuan uji
skrining menjadi senyawa aglikonnya (steroid).
Kata kunci: Bugenvil, Bunga Sepatu, Daun Ungu, Fitokimia, Daun.
Abstract. Due to the results of phytochemical screening on three traditional medicine plants, i.e.
Bugenvil (Bougainvillea glabra), Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn.), and Daun Ungu
(Graptophylum pictum Griff.) could be reported some important things as follows: 1) All of
traditional medicine plants contain phenolic compounds either on hexane, chloroform or methanol
extracts, 2) All of traditional medicine plants also contain steroid and not triterpenoid on hexane,
chloroform, and methanol extracts, except on methanol extract of Daun Ungu, 3) Daun Ungu only
consist of alkaloid on methanol extratct, but not on two other extracts, 4) It was the most important to
be recorded that methanol extract of Bunga Sepatu contain steroid, alkaloid, phenolic, saponin and
tannin, and not contain triterpenoid and flavonoid, 5) It is very interesting to be known that flavonoid
is contained on non polar hexane extract, except on hexane extract of Bunga Sepatu and is not
contained on polar methanol extract, and 6) All of extracts of traditional medicine plants above does
not consist of saponin, except on chloroform extract of Bugenvil and methanol extract of Bunga
Sepatu. This is happened due to saponin had undergone hydrolisis process become its aglycon
(steroid) during screening test conducted.
Keywords: Bugenvil, Bunga Sepatu, Daun Ungu, Phytochemical, Leafs.
B - 235
PENDAHULUAN
Bougenville (Bougainvillea
glabra) atau sering disebut Bunga
Kertas merupakan nama salah satu bunga
yang banyak tumbuh di sekitar kita. Bunga
ini mempunyai karakteristik yang unik dan
menarik serta patut kita ambil hikmahnya
untuk kehidupan kita sehari-hari bahwa ia
tumbuh dengan bunga berwarna-warni
yang indah di kala musim panas/kemarau.
Kemudian,
tumbuhan
ini
akan
menggugurkan bunganya pada saat musim
hujan datang, lantas akan tumbuh tunastunas daun baru yang segar dan
menyejukan
pandangan
(http://abdiguru.blogspot.com/2012/09/car
a-budidaya-bougenvile-1.html).
Bentuk
tumbuhan ini adalah pohon kecil yang
sukar tumbuh tegak dan bercabang.
Keindahannya berasal dari seludang
bunganya yang berwarna cerah dan
menarik
karena
tumbuh
dengan
rimbunnya. Seludang bunga ini kerap
dianggap sebagai bagian bunga, walaupun
bunganya yang benar adalah bunga kecil
yang terlindung oleh seludang tersebut.
Tumbuhan ini berbatang kayu (liana),
mempunyai duri berbentuk kait pada
batangnya, dengan tinggi tumbuhan bisa
capai 515 m, dengan ranting, daun dan
karangan bunga kerapkali mempunyai
rambut halus berwarna jingga.
Manfaat dan khasiat bunga
bugenvil yang terkenal adalah sebagai
tanaman hias. Selain menjadi tanaman hias
di pekarangan rumah, pada umumnya
tumbuhan ini juga mempunyai banyak
khasiat, seperti mengobati penyakit: 1)
Bisul, caranya bunga bugenfil dan daun
cocor bebek secukupnya, dicuci bersih
kemudian dihaluskan dan ditempel ke
daerah
yang
terkena
bisul.
2)
Menyegarkan badan, ambil 10 g bunga
bugenvil, kemudian direbus dengan 3 gelas
air hingga mendidih selama 15 menit,
kemudian airnya diminum pada pagi dan
sore hari. 3) Hepatitis, caranya 15 g
bugenvil direbus dengan 400 mL air
hingga mendidih dan tersisa 200 mL air,
handeuleum-dan-semua-khasiat.html,
diakses 3-3-2014, 20.19).
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini mencakup: blender, pisau,
neraca O-hauss, gelas kimia 100 mL,
corong gelas, tabung reaksi, pipet tetes,
pelat tetes, tripot/kaki tiga, batang
pengaduk, penangas air, dan lain-lain.
Sementara, bahan yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi: sampel
berupa serbuk kering dari daun bunga
sepatu, daun bunga bugenvil, dan daun
ungu, asam klorida (HCl) pekat, asam
sulfat pekat, asam sulfat (H2SO4) 2N,
ferriklorida (FeCl3) 1%, kloroform,
amoniak, logam Mg, metanol 60-80%,
etanol
70%,
aquadest,
reagen
Liebermann-Burchard, reagen Mayer,
reagen Dragendorff, dan reagen
Wagner.
Prosedur Penelitian
a. Penyiapan
Ekstrak
Heksana,
Kloroform, dan Metanol dari Daun
Tanaman Bugenvil, Bunga Sepatu,
dan Daun Ungu
Daun segar secukupnya dari
ketiga
tanaman
masing-masing
dibersihkan, dipotong kecil-kecil, lalu
dikeringanginkan.
Setelah
kering
kemudian digiling atau diblender untuk
mendapatkan serbuk kering sebanyak 5
g. Sebanyak 5 g serbuk tersebut
masing-masing dimasukkan ke dalam
gelas kimia 100 mL untuk diekstraksi
B - 239
flavonoid
menurut
strukturnya
merupakan turunan senyawa induk
flavon, yakni nama sejenis flavonoid
yang terbesar jumlahnya dan juga lazim
ditemukan. Sebagian besar flavonoid
yang terdapat pada tumbuhan terikat
pada molekul gula sebagai glikosida
dan dalam bentuk campuran, jarang
sekali dijumpai dalam (berupa)
senyawa tunggal. Disamping itu sering
ditemukan campuran yang terdiri dari
flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya
antosianin dalam mahkota bunga yang
berwarna merah, hampir selalu disertai
senyawa flavon atau flavonol yang tak
berwarna. Dewasa ini diperkirakan
telah berhasil diisolasi sekitar 3.000
senyawa flavonoid, yang memiliki
berbagai macam bioaktivitas, seperti
antiinflamasi, antikanker, antifertilitas,
antiviral, antidiabetes, antidepresant,
diuretic, dll.
c. Fenolik, merupakan senyawa yang
banyak ditemukan pada tumbuhan.
Fenolik memiliki cincin aromatik
dengan satu atau lebih gugus hidroksil
(OH-)
dan
gugus-gugus
lain
penyertanya. Senyawa ini diberi nama
berdasarkan nama senyawa induknya,
fenol. Senyawa fenol kebanyakan
memiliki gugus hidroksil lebih dari satu
sehingga disebut sebagai polifenol.
Fenol
biasanya
dikelompokkan
berdasarkan jumlah atom karbon pada
kerangka penyusunnya. Kelompok
terbesar dari senyawa fenolik adalah
flavonoid, merupakan senyawa yang
secara umum dapat ditemukan pada
semua jenis tumbuhan. Kuinon adalah
senyawa turunan fenolik yang berwarna
dan mempunyai kromofor kasar.
Identifikasi hasil positif senyawa ini
yaitu adanya perubahan warna larutan
menjadi merah, violet, atau merah-ungu
(Harborne, 1987).
d. Triterpenoid, pada awalnya merupakan
suatu golongan senyawa yang hanya
terdiri dari unit isoprene, yang lazimnya
bergabung secara head to tail (kepala
ke ekor), dan biasa disebut isoprenoid.
B - 242
Tabel. Hasil Uji Skrining Fitokimia terhadap Tiga Daun Tumbuhan Obat
No
1
2
3
4
5
6
Uji Fitokimia
Hx
Bugenvil
CHCl3 MeOH
Hx
Bunga Sepatu
CHCl3 MeOH
Steroid/
+/+/+/+/+/Triterpenoid
Alkaloid:
a. Mayer
b. Dragendroff
+
+
+
c. Wagner
+
Fenolik
+
+
+
+
+
Flavonoid
+
+
Saponin
+
Tanin
+
Keterangan:
Hx = Heksana, CHCl3 = Kloroform, dan MeOH = Metanol
Hx
Daun Ungu
CHCl3 MeOH
+/-
+/-
+/-
-/+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
-
+
+
+
+
-
DAFTAR ACUAN
Cowan,
1999.
Plant
Product
as
Antimicrobial Agents, Clinical
Microbiology Reviews, 12(4),
pp. 564582.
Edeoga, H.O., D.E. Okwu & B.O.
Mbaebie.,
2005.
Phytochemical Constituents of
Some Nigerian Medicinal
Plants. African Journal of
Biotechnology. 4(7), pp. 685688.
B - 244