Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBIMBING
Oleh :
Kelompok
: II
Nama
Kelas
.131431005
2. Dina Heryani
.131431006
3. Dini Heryani
.131431007
131431008
: 2A
2014
PENENTUAN KADAR CU METODA SPEKTROFOTOMETER LABO
A.
B.
C.
D.
Tanggal Praktikum
Tanggal Penyerahan Laporan
Tujuan
Dasar Teori
: 04 Desember 2014
: 11 Desember 2014
: Menentukan konsentrasi Cu dalam cuplikan
:
Alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu
panjang gelombang. Monokromator untuk UV-VIS dan IR serupa, yaitu mempunyai
celah, lensa, cermin dan prisma atau grating.
Matched cells
Polystyrene range ( 340-1000nm) throw away type
Micro cells.
4. Detektor
Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan mengubahnya
menjadi besaran terukur. Berikut jenis-jenis detektor dalam sperktrofotometer UVVIS.
5. Recorder
Radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi arus listrik oleh recorder
dan terbaca dalam bentuk transmitansi.
6. Read Out
Null balance, menggunakan prinsip null balance potentiometer, tidak nyaman,
banyak diganti dengan pembacaan langsung dan pembacaan digital
Direct readers, %T, A atau C dibaca langsung dari skala
Pembacaan digital, mengubah sinyal analog ke digital dan menampilkan
peraga angka Light emitting diode (LED) sebagai A, %T atau C. Dengan
pembacaan meter seperti gambar, akan lebih mudah dibaca skala
transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan A = - log T.
Keterangan :
A= absorbansi (A)
T = transmitan ( %T)
= absorbtivitas molar (L/cm.mol
b = panjang sel (cm)
c = konsentrasi zat penyerap sinar (mol/L)
E. Alat dan Bahan
Alat :
Spektrofotometrer Labo
Labu takar 100 mL
Pipet ukur 10 mL
Pipet tetes
Gelas kimia 250 mL
Corong gelas
Bola hisap
Botol semprot
Bahan :
Larutan induk Cu2+ 100 ppm
Larutan NH4OH pekat
Aquades
F. Langkah Kerja
Pembuatan Larutan standar Cu
G. Data Pengamatan
%T
95.5
94.8
94
94
93.8
93.5
92.8
92.7
92.9
93
93.1
93.4
Absorban
0.020
0.023
0.027
0.027
0.028
0.029
0.032
0.033
0.032
0.032
0.031
0.030
670
93.5
Konsentrasi
0
20
30
40
50
60
%T
100
96.9
94.6
92.9
91.1
89
Absorban
0
0.014
0.024
0.032
0.040
0.051
0.029
Pengukuran Sampel
Sampel
1
2
3
4
%T
94.9
89.5
90.3
94.2
Absorban Konsentrasi
0.023
28.37
0.048
57.92
0.044
53.19
0.026
31.92
Perhitungan Sampel
Sampel 1
= 8.46(10-4)x 0.001
=A
= 0.023
x
= konsentrasi
A
= 8.46(10-4)x 0.001
0.023
= 8.46(10-4)x 0.001
0.023 + 0.001
= 8.46(10-4)x
0.024
= 8.46(10-4)x
x
= 0.024
8.46(10-4)
x
= 28.37
y
y
Sampel 2
= 8.46(10-4)x 0.001
=A
= 0.048
x
= konsentrasi
A
= 8.46(10-4)x 0.001
0.048
= 8.46(10-4)x 0.001
0.048 + 0.001
= 8.46(10-4)x
0.049
= 8.46(10-4)x
y
y
x
x
= 0.049
8.46(10-4)
= 57.92
Sampel 3
= 8.46(10-4)x 0.001
=A
= 0.044
x
= konsentrasi
A
= 8.46(10-4)x 0.001
0.044
= 8.46(10-4)x 0.001
0.044 + 0.001
= 8.46(10-4)x
0.045
= 8.46(10-4)x
x
= 0.045
8.46(10-4)
x
= 53.19
y
y
Sampel 1
= 8.46(10-4)x 0.001
=A
= 0.026
x
= konsentrasi
A
= 8.46(10-4)x 0.001
0.026
= 8.46(10-4)x 0.001
0.026 + 0.001
= 8.46(10-4)x
0.027
= 8.46(10-4)x
x
= 0.027
8.46(10-4)
x
= 31.92
y
y
H. Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan penentuan kadar Cu kali ini metode yang digunakan adalah
spektrofotometri dengan menggunakan spektrofotometer Labo. Spektrofotometer Labo
merupakan alat yang menggunakan sinar visible atau sinar tampak, sehingga larutan yang
akan diukur harus berwarna. Sinar tampak memiliki daerah panjang gelombang sekitar
380-780 nm. Sebelum digunakan alat spektrofotometer ini harus didiamkan terlebih
dahulu selama 15 menit, fungsinya agar alat tersebut stabil saat digunakan.
Prinsip dari penentuan kadar Cu ini adalah sejumlah tertentu larutan Cu2+ direaksikan
dengan NH3 pekat membentuk larutan kompleks berwarna biru. Larutan kompleks yang
terbentuk diukur absorbannya pada panjang gelombang maksimum. Berdasarkan hukum
Lambert-Beer, A = . b. c, maka absorban akan sebanding dengan konsentrasinya. Kadar
Cu2+ dapat ditentukan dengan membuat grafik antara absorban versus konsentrasi larutan
standar.
Fungsi dari pembahan NH3 adalah membentuk senyawa kompleks berwarna bersama
dengan Cu. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Cu2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+
Pada saat pembuatan larutan standar mau pun sampel tidak boleh terkandung ion nikel
(Ni). Karena apabila terdapat ion nikel maka NH 3 dapat bereaksi juga dengan nikel
membentuk senyawa komples berwarna biru tua.
Pada praktikum juga digunakan larutan blanko yang merupakan campuran pereaksi tanpa
sampel. Pada praktikum ini larutan blanko hanya berisi larutan NH 3 pekat dan aquades.
Yang harus diperhatikan juga adalah penggunaan kuvet. Sebelum dimasukkan ke dalam
alat, kuvet harus dibersihkan menggunakan tissue untuk menghilang kotoran yang dapat
mengganggu proses pengukuran. Biasanya bagian yang dipegang adalah bagian yang
buram, agar lemak dari tangan tidak mengganggu pengukuran juga. Selain itu, pengisian
larutan juga harus diperhatikan. Larutan tidak boleh terlalu penuh karena dikhawatirkan
akan tumpah, dan tidak boleh terlalu sedikit karena dapat mempengaruhi pada saat
pengukuran.
Setelah larutan disiapkan yang pertama dilakukan adalah penentuan panjang gelombang
maksimum ( maks.). Penentuan panjang gelombang maksimum ini dilakukan untuk
mengetahui serapan maksimum dari suatu larutan pada suatu panjang gelombang tertentu.
Panjang gelombang maksimum ini diperoleh dengan mengukur salah satu larutan standar,
yang konsentrasinya berada di tengah-tengah konsentrasi larutan standar yang digunakan.
Pengukuran maks. dilakukan pada panjang gelombang yang berbeda-beda. Setiap
pergantian pengukuran panjang gelombang, larutan blanko selalu diukur terlebih dahulu
dan transmitannya harus menunjukkan angka 100%. Fungsi dari blanko ini adalah
mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Cu sehingga jumlah
serapan Cu yang didapat adalah nilai absorbansi dari larutan standar atau sampel saja.
Pada praktikum larutan yang digunakan untuk penentuan maks. adalah larutan Cu 40
ppm. Dan panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 630 nm. Dari literatur
yang diperoleh, panjang gelombang yang biasa digunakan untuk larutan [Cu(NH 3)4]2+
biasanya 570-600 nm (Vogel, 1994:861).
Setelah itu, dilakukan kalibrasi larutan standar pada panjang gelombang maksimum.
Fungsi kalibrasi ini adalah untuk menentukan persamaan regresi linear, sehingga
konsentrasi sampel dapat ditentukan. Pada praktikum dilakukan pengukuran pada panjang
gelombang 630 nm. Konsentrasi larutan standar yang diukur yaitu 20 ppm, 30 ppm, 40
ppm, 50 ppm, dan 60 ppm. Dari kalibrasi larutan standar diperoleh persamaan: y =
8.46(10-4)x - 0.001 dan R = 0.998. Pada pengukuran sampel diperoleh absorbansi sampel
1 sebesar 0.023 dengan konsentrasi 28.05ppm, sampel 2 sebesar 0.048 dengan konsentrasi
58.13 ppm, sampel 3 sebesar 0,044 konsentrasi 53.56 ppm, dan sampel 4 sebesar 0.026
dengan konsentrasi 31.85 ppm.
I. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh:
Panjang gelombang () maksimum : 630 nm
Regresi Linier : y = 8.46(10-4)x + 0.001 dan R2= 0.995
Konsentrasi Fe:
Sampel 1 = 28.37 ppm
Sampel 2 = 57.92 ppm
Sampel 3 = 53.19 ppm
Sampel 4 = 31.92 ppm
J. DAFTAR PUSTAKA
Marlina, Ari, dkk. TT. Petunjuk Praktikum Spektrofotometri. Bandung: Politeknik
Negeri Bandung.
Svehla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Basset, J., dkk. 1994. Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC