Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abses Peritonsil
Etiologi
Penjalaran tonsilitis akut yang telah pecah
kapsulnya
Kombinasi kuman Aerob dan Anaerob
Terbanyak :
Aerob : Strept. Hemolitikus Group A
Stafilokokus Aureus
Anaerob : Fusobakterium
Peptostreptokokus
Predotella Bakteoides
Gejala Umum
Odinofagi, Disfagi & Otalgia
Disartri, Hipersalivasi &
Saliva meller
Trismus (Iritasi M.
Pterygoideus Internus)
Palatum Molle Oedema &
Hiperemi, Daerah peritonsil
fluktuasi
Uvula terdorong ke sisi
yang sehat (biasanya
unilateral)
Arkus Faring asimetris, sisi
yg sakit lebih rendah
Tonsil sisi yg sakit
terdorong ke Medial bawah,
edema & Hiperemi
Aspirasi
4.
Angina Ludovici
Terapi
Bila obstruksi jalan nafas atas trakeostomi
Terapi
Antibiotik dosis tinggi, untuk
kuman aerob-anaerob
Eksplorasi untuk dekompresi
Insisi pada garis tengah
horizontal setinggi os hioid
3-4 jari di bawah mandibula
Rawat inap sampai infeksi
reda
Vertigo
(Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
VERTIGO
Vestibuler
Sistem
Vestibuler
Sentral
-Batang otak
-Otak
Non-Vestibuler
Sistem
Visual
Perifer
-Labirin
-N. Vestibularis
Sistem
Somatosensori
(Propriosepsi)
SENTRAL
Vertigo ringan
Tidak ada decay
Tidak ada pengaruh
gerakan kepala
Arah obyek vertikal
Gejala otonom +/ Tidak ada gangguan
pendengaran
BENIGN PAROXYSMAL
POSITIONAL VERTIGO
(BPPV)
ETIOLOGI BBPV
Degeneratif yang
idiopatik dewasa
muda dan usia
lanjut
Trauma kepala
Labirinitis virus
Neuritis vestibuler
Pasca
stapedectomi
Fistula perilimfa
Meniere diseases
PATOGENESIS
2 Teori
Teori kupulolitiasis
Debris-debris degeneratif atau fragmen otokonia
dari utrikulus yang terlepas dan melekat pada
permukaan kupula KSSP yang menghadap
utrikulus
Teori kanalitiasis
Adanya partikel padat (debris) yang mengapung
dan bergerak dalam KSSP
KANALOLITIASIS DAN
KUPULOLITIASIS
KANALOLITIASIS DAN
KUPULOLITIASIS
Diagnosis
Anamnesis
Vestibuler nystagmus
Pemeriksaan Keseimbangan
Sederhana
Stepping Test
Disdiadokinesis
Finger-Nose Test
Post-Pointing Test
DIX-HALLPIKE MANUVER
DIX-HALLPIKE MANUVER
Perasat Dix Hillpike kanan pasien duduk tegak pada
meja pemeriksa dengan kepala menoleh 45 ke kanan
DIX-HALLPIKE MANUVER
Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 45 ke
kanan sampai kepala pasien menggantung 20 30 pada ujung meja
pemeriksa, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul
TATALAKSANA
Latihan Brandt-Daroff
Meniere Disease
Definisi
Penyakit ini dikenal sebagai hydrops
endolimfatik yaitu suatu gangguan
telinga dalam (labyrinthin) yang mana
terdapat peningkatan volume dan
tekanan endolimfe telinga dalam
Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere ini belum diketahui.
Beberapa teori menyebabkan penyakit ini, adalah:
Gangguan lokal keseimbangan garam dan air.
Gangguan regulasi otonom sistem endolimfe.
Alergi lokal telinga.
Gangguan vaskularisasi telinga dalam.
Gangguan duktus atau sakus.
Perubahan hubungan dinamika tekanan perilimfe dan
endolimfe.
Etiologi (lanjutan)
Anatomi
Fisiologi
Perilymph
Berada dalam Scala Vestibuli / Tympani
High Na+, Low K+
Endolymph
Berada dalam Scala Media
Low Na+ High K+
Dihasilkan dalam Stria Vascularis
Patofisiologi
Endolymphatic hydrops menyebabkan gangguan pada
membran labirin.
Reisners membrane menggelembung (bulging) ke dalam
scala vestibuli.
Mikroruptur menyebabkan serangan episodik yang akan
pulih saat ruptur tertutup kembali.
Patofisiologi
Teori didasarkan pada
Obstruksi duktus/sakus endolimfatik
Hipoplasia duktus/sakus endolimfatik
Meningkatnya absorbsi endolymph
Meningkatnya produksi endolymph
Gangguan Autoimun
Gangguan pada vascular
Virus
Gambaran Klinis
Gejala dan tanda khas penyakit Meniere yaitu
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada yang spesifik kecuali jika penyebabnya
infeksi
Pemeriksaan urinalisis, kimia darah, skrining
penggunaan obat-obatan dan alkohol dapat
membantu jika diduga terdapat
penyebab lain.
Tes penala
Kesan tuli sensorineural.
Otoskopi
Normal.
Tes kalori
Pada alat vestibuler biasanya menunjukkan penurunan fungsi
baik terhadap rangsangan panas maupun dingin.
Audiogram
Tuli sensorineural, terutama nada rendah
Tes gliserin
Elektrokokleografi (ECoG)
Menilai akumulasi cairan yang berlebihan pada telinga tengah
Diagnosis Banding
. Tumor
N.VIII
Skierosis multiple
Neuritis vestibuler
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ)
Penatalaksanaan
Ketika
diagnosis
penyakit
Meniere
ditegakkan,
pengobatan secara langsung perlu dilakukan untuk
menghentikan atau mengurangi frekuensi dan beratnya
serangan.
a. Medikamentosa
Terapi profilaksis
1. Vasodilator.
2. Antikolinergik (probantin).
3. Penggunaan hormon tiroid).
4. Pantang makanan
5. Diuretik
6. Memperbaiki pola hidup
Terapi simptomatik
1.Sedativa (diazepam)
2. Antiemetik (proklorperazine)
3. Antivertigo (dimenhidrinat, prometazine)
Istirahat dan berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan.
Fisioterapi dan Rehabilitasi
Pembedahan
Dekompresi sakus endolimfatikus
Labirintektomi
Vestibular neurektomi
Chemical labirintektomi
Operasi endolimfatik shunt
BELLS PALSY
Bells palsy:
Ahli bedah
Meneliti tentang sindroma kelumpuhan saraf
fasialis dan distribusi serta fungsi saraf fasialis
Trigeminal
nucleus
Facial
nucleus
Sphenopalatine
ganglion
MAI
Greater
petrosal
nerve
Foramen
meatus
Stapedial nerve
Lingual nerve
Chorda
tympani
For. stilo
mastoid
Auricular
branch
Sublingual gland
Submandibular
gland
www.themegallery.com
Saraf Fasialis
Insiden
Gejala
Diagnosa
Laboratorium
tidak
mendukung
Pemeriksaan
THT,
audiologi dan
opthalmologi
Pemeriksaan
radiologi
bila ada
indikasi
Pemeriksaan
Kortikosteroid
Penatalaksanaan Antiviral
Fisioterapi
Prognosis
Komplikasi
Otitis Media
Supuratif Kronis
JENIS OMSK
PENGOBATAN
OMSK
tipe jinak:
Konservatif
Operatif
OMSK tipe bahaya:
Operatif
Tujuan pengobatan:
Mengeradikasi infeksi
Mencegah komplikasi
Memperbaiki pendengaran
N. VII
Labirinitis
Fistel labirin
Antibiotik dosis
tinggi +
mastoidektomi +
Dekompresi saraf
Antibiotik dosis
tinggi +
mastoidektomi
Petrositis
Antibiotik dosis
tinggi +
mastoidektomi
CT scan
Antibiotik dosis
tinggi +
mastoidektomi +
Petrosektomi
Tromboflebitis
sinus lateral
CT scan
Antibiotik dosis
tinggi +
mastoidektomi
Otore kronis
Otoskopi
MT perforasi
MT utuh
OMSK
Onset, progresifitas,
predisposisi, penyakit
sistemik, fokus infeksi,
riwayat pengobatan
Komplikasi
kolesteatom
(OMSK
OE difus
Otomikosis
Dermatitis eksim
OE maligna
Miringitis granulomatosa
benigna)
Lihat
algoritma 1
Komplikasi
kolesteatom
(OMSK bahaya)
Lihat
algoritma 2
Lihat
algoritma 3
kolesteatom
Algoritma
1
(OMSK
Stimulasi
epitelialisasi
tepi perforasi
Tuli
konduk
tif -
benigna)
OMSK aktif
OMSK
tenang
Perforasi
menutup
Otore menetap
> 1 minggu
Perforasi
menetap
Tuli
konduktif +
Ro. Mastoid
(Schuller x-ray)
Audiogram
Antib.
Berdasarkan
PemeriksaanMO
Algoritma 2
kolesteatoma
(OMSK bahaya)
Pilihan
Atikotomi anterior
Timpanoplasti dinding utuh (Canal wall up
tympanoplasty)
Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall
down tympanoplasty)
Atticoantroplasti
Dan sebagainya
Algoritma 3
OMSK +KOMPLIKASI
INTRA
KRANIAL
Abses ekstra dura
Abses subdura
Tromboflebitis sinus lateral
Meningitis
Abses otak
Meningitis otikus
Lihat algoritma 4
INTRA
TEMPORAL
Abses subperiosteal
Paresis fasial
Labirinitis
Petrositis
Lihat algoritma 5
Algoritma
4
Abses intrakranial
Hidrosefalus otitik
Keadaan
Umum
baik
Keadaan
Umum
buruk
Konsul
Bedah Saraf
KU Mastoidektobaik mi dalam
KU
buruk
bius umum
Mastoidektomi dalam
bius umum
Pertimbangkan
mastoidektomi
dalam bius
lokal
Mastoidektomi
bersama bedah
saraf
Mastoidektomi
kemudian
Mastoidektomi dalam
bius lokal
Mastoidektomi dalam
bius umum
KU buruk
Pertimbangkan
mastoidektomi
dalam bius
lokal
Ampicillin I.V.
200-400 mg. / Kg. /hari
Chloramphenicol I.V. 4x 1-1.5 g / hari (dewasa)
Metronidazol
3x 500 mg. /hari (prn)
Gentamycin
3-5 mg / kg BB / hari dalam 3
dosisi bila kuman penyebabnya P. aeruginosa.
Kortikosteroid, diamox, mannitol, antituberkulosis bila
dianjurkan oleh bagian Kesehatan Anak atau Bagian
Penyakit Dalam.
Sulfametoxazole + trimetoprim menggantikan ampicillin
pada kasus alergi penisilin.
Sefalosporin generasi ke 3 menggantikan ampisilin dan
chloramphenikol bila demam menetap.
Kegawatdaruratan THT-KL
dr. Novialdi, Sp.THT-KL
EPISTAKSIS
EPISTAKSIS
Epistaksis = mimisan = perdarahan hidung
Penyebab dapat
Lokal
Sistemik
Penyebab Lokal
Idiopatik (85%)
Trauma
Iritasi
Lingkungan (daerah tinggi)
Benda Asing dan rinolit
Infeksi
Tumor
Iatrogenik (pembedahan)
EPISTAKSIS
Penyebab Sistemik :
Sumber Perdarahan
Anterior, dari :
Plexus Kiesselbachs
A. ethmoid Ant
Biasa ringan & dapat berhenti spontan
Posterior, dari :
A. Spenopalatina
A. Etmoid post
Biasanya hebat dan sebagian besar mengalir ke
nasofaring dan jarang berhenti spontan
Penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanaan :
Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi
Mencari etiologi
Tergantung Keadaan dan penyebab
Atasi keadaan akut : syok dan perdarahan hebat
segera pasang infus
Pemeriksaan dilakukan pasien dalam posisi
duduk jika memungkinkan
Penatalaksanaan
Kaustik
Tampon anterior
Tampon bellocq
Hematom Septum
Orbital Cellulitis
Rx :
Systemic antibiotics
Decongestants
Analgesia
Epiglottitis
Epiglottitis
Children life threatening
Adults supraglottitis
Symptoms
Fever
Recent URTI
Sitting forwards, drooling
Sore throat
Plummy voice
Dysphagia
Causative organism:
Epiglottitis v Croup
Cause
Age
Obstruction
Fever
Dysphagia
Drooling
Posture
Toxaemia
Cough
Voice
RR
Laryngeal palpation
Clinical course
Epiglottitis
Croup
Bacterial
Any
Supraglottic
High
Marked
Present
Sitting
Mild to severe
None
Muffled
Rapid
Tender
Rapid resolution
Viral
1-5yrs
Subglottic
Low grade
None
Minimal
Recumbent
Mild
Barking, brassy
Hoarse
Rapid
Not tender
Longer resolution
Benda asing di
THT-KL
Gejala :
Rasa tusukan di tenggorok
Tindakan :
Ekstraksi dengan menggunakan spatel
lidah dan cunam
Sudden Deafness
Pendahuluan
Definisi Tuli Mendadak :
- Terjadi secara tiba-tiba
- Tuli sensorineural
- Penyebab belum diketahui saat itu
Pendahuluan
Definisi beberapa ahli :
- Penurunan pendengaran > 30 dB
- Paling sedikit pada 3 frekuensi
berurutan
- Waktu gradasi penurunan
pendengaran kurang dari 3 hari
Kekerapan
Di dunia: 1 kasus/5.000-10.000/tahun artinya
15.000 kasus baru pertahun
Tieri : 28/2240 dari kasus penelitiannya
terjadi pada anak di bawah 10 tahun
Kecenderungan meningkat dengan
bertambahnya usia
Biasanya unilateral, hanya 1,7 - 2 % yang
bilateral
Kekerapan
Sub-Bag Neurotologi THT RSCM :
- Th 1999 : 59/1350 kasus gangguan
pendengaran (4,37 %)
- Th 2000 : 159/2645 kasus gangguan
pendengaran (6,01 %)
- Th 2005 : sekitar 8 % dari kasus gangguan
pendengaran
- Akhir-akhir ini meningkat sesuai dengan
meningkatnya insidens stroke
Etiologi (Hughes)
Gangguan sirkulasi
Infeksi
Trauma
Gangguan imunologi
Gangguan metabolik
Neoplasma
Obat ototoksik
Gangguan neurologik
Faktor predisposisi
Kelainan hematologi
Hipertensi
Diabetes melitus
Stres
Kolesterol tinggi
Diagnosis
Anamnesis pasien sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh dan teliti.
Informasi mengenai :
- onset, jangka waktu
- gejala yang menyertai
- aktivitas yang dilakukan
- faktor predisposisi
- riwayat penyakit sebelumnya untuk
mencari faktor risiko amat diperlukan
Pemeriksaan Pendengaran
Pada pemeriksaan pendengaran didapatkan:
Tes penala : Rinne positif, Weber lateralisasi
ke yang sehat, Schwabach memendek.
Audiometri nada murni : tuli sensorineural
Audiometri impedans : timpanogram tipe A
(normal) refleks stapedius ipsilateral
negatif atau positif, sedangkan
kontralateral positif.
Tes
Weber
Posisi garpu tala :
di linea mediana
dahi atau
di gigi insisivus atas ( gigi palsu - )
Pemeriksaan penunjang
Anti virus
Vitamin/mineral
Transqualizer
Hiperbarik
Antitrombotik
Prognosis
Keterlambatan pengobatan
Vertigo
Usia tua
Tuli nada tinggi
Kecemasan
Tinitus
Penyakit penyerta
Trauma Laring
PENDAHULUAN
Diagnosis
Anamnesis
P. fisik
P. radiologi
P. laringoskopi
Patologi dlm lumen laring
P. CT scan laring
Trauma laring
tindakan yang cepat
& tepat
Menyelamatkan nyawa
Mencengah komplikasi
pasca trauma
Trauma Leher
1. Trauma tajam
2. Trauma tumpul
Etiologi
I.Trauma Mekanik
1. Eksterna
Kecelakaan mobil, trauma tumpul leher,komplikasi
trakeostomi, krikotirotomi.
2. Interna.
Tindakan endoskopi, intubasi endotrakea,
pemasangan pipa nasogaster.
II. Luka Bakar
1.Termis
menelan, makanan cairan, makanan panas,
inhalasi udara, gas panas
2.Kimiawi ( zat korosif )
cairan alkali, amoniak dll.
III.Trauma penyinaran
IV. Trauma autogen.
Diagnosis
Ditegakkan : - anamnesis,
- riwayat trauma laring.
Trauma leher kerusakan
laringdifikirkan gejala-gejala :
Sumbatan nafas makin lama makin
berat
Disfoni atau afoni
Batuk
Batuk darah atau muntah darah
Rasa sakit pada leher
Disfagi atau odinofagi
Gejala-gejala disertai: :
Deformitas leher,
Emfisema
Nyeri pada palpasi
Krepitasi tulang
Pemeriksaan Penunjang
Ro kepala
fraktur tuIang tengkorak,
fraktur tulang kepala lainnya.
Ro soft tissue leher AP / lat
fraktur kartiIago tiroid,
hioid, deviasi trakea, emfisema
Ro toraks
fraktur tulang iga, emfisema,
pneumotoraks
tindakan selanjutnya
Penatalaksanaan
trauma tumpul leher yang melibatkan laring
pelaksanaan konservatif dan operatif.
Tindakan Operatif
Kontroversi
beberapa hari setelah trauma
- edema sudah berkurang,
- laserasi mukosa dapat dievaluasi lebih jelas.
eksplorasi segera
- mendiagnosis kerusakan terjadi
- memperbaiki kerusakan segera
mempercepat proses penyembuhan
Indikasi Eksplorasi
menjaga jalan nafas tetap lancar
melihat secara langsung ke endolaring
Sehingga mengembalikan dan memperbaiki
kerusakan struktur laring semaksimal mgkn
1. Laserasi melibatkan
batas bebas pita atau
komisura anterior.
2. Laserasi mukosa yang
luas, terpaparnya
tulang rawan.
3. Fraktur multipeI, dengan
bergesernya Ietak tulang
rawan laring.
4. Dislokasi atau avulsi
aritenoid.
5. Immobilasasi pita suara
II. Kelompok II
Gejala : aliran udara membahayakan
Tanda:
- edema / hematom
- gangguan mukosa
- tidak tampak tulang rawan
Tatalaksana :
- trakeostomi
- Iaringoskopi langsung
- esofangoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- tidak perlu bidai
IV. Kelompok IV
Gejala:
- aliran udara membahayakan
Tanda :
- edema masif
- robekan mukosa
- tulang rawan terlihat
- pita suara kaku
Tatalaksana:
- trakeostomi
- laringoskopi
langsung
- esofagoskopi
- eksplorasi/perbaikan
- pasang bidai
Komplikasi
Jaringan granulasi
Stenosis laring dan trakea
Stenosis subglotis
Kelumpuhan pita suara
Fiksasi aritenoid
Obstruksi Laring
DIAGNOSIS
TINDAKAN SEGERA
INTUBASI
KRIKOTIROTOMI