Dampak Kesehatan
Salah satu hal krusial dalam masa tanggap darurat bencana adalah kesehatan.
Semakin lama, semakin banyak penyintas dan warga yang mengalami gangguan
kesehatan, mulai dari penyakit saluran pernapasan, batuk, flu, dan penyakit
lainnya. Itu belum termasuk kelaparan akibat kekurangan pangan untuk daerah
yang minim bantuan. Meskipun memiliki kesamaan, dampak kesehatan setiap
bencana berbeda di suatu wilayah dan wilayah lain, serta jenis bencana yang satu
dengan yang lain. Faktor waktu atau temporal juga memberikan perbedaan
tersendiri, letusan gunung berapi satu berbeda dengan letusan gunung api di
tempat lain, terutama kandungan gas beracun, abu vulkanik maupun karakteristik
lainnya (Ahmadi, 2008).
Penyakit-penyakit yang muncul akibat bencana letusan gunung berapi antara
lain luka luka sebagai dampak evakuasi korban, penyakit paru-paru, penyakit kulit
dan lain lain. Gunung Merapi mempunyai karakteristik dengan awan panas
wedhus gembel, lelehan lahar panas dan lahar dingin yang mengalir melalui
lembah dan sungai. Ketika meletus, partikel yang membahayakan adalah gas
beracun, lahar panas, awan panas, partikel debu serta batu batuan.
Penyakit yang muncul pada wilayah pengungsian juga ada perbedaan dengan
penyakit yang muncul pada rumah masing-masing pasca bencana. Adapun data
mengenai 10 besar penyakit yang muncul di wilayah pengungsian kabupaten
Magelang dapat dilihat pada tabel.
(Wijayanti, 2010).
Partikel abu yang dihasilkan dari erupsi sangat halus sehingga dapat masuk ke
paru-paru ketika kita bernapas. Apabila paparan terhadap abu cukup tinggi, maka
orang sehatpun akan mengalami kesulitan bernapas disertai batuk dan iritasi.
Beberapa tanda-tanda penyakit pernapasan akut (jangka waktu pendek) akibat abu
gunung api adalah (Cook, 2005; Horwell, 2005):
1. Iritasi hidung dan pilek
2. Iritasi dan sakit tenggorokan, kadang disertai dengan batuk kering
3. Untuk penderita penyakit pernapasan, abu gunung api dapat
menyebabkan penyakit menjadi serius seperti tanda-tanda bronkitis
akut selama beberapa hari (seperti: batuk kering, produksi dahak
berlebih, mengi dan sesak napas)
4. Iritasi saluran pernapasan bagi penderita asma atau bronkitis; keluhan
umum dari penderita asma antara lain sesak napas, mengi dan batuk
5. Ketidaknyamanan saat bernapas.
c. Penyakit Kulit
Sekitar 87% masyarakat terkena penyakit kulit, yaitu gatal-gatal pada seluruh
badan. Namun sebagian besar masyarakat tidak tahu penyebab gatal-gatal
tersebut. Sebagian besar masyarakat hanya mendiamkan saja penyakit gatal-gatal
yang mereka derita karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
penanganan dan pencegahan penyakit kulit tersebut. Abu gunung merapi dapat
menyebabkan iritasi untuk sebagian orang, terutama ketika abu gunung tersebut
bersifat asam. Kondisi ini bisa juga diakibatkan oleh perubahan kualitas air yang
sudah tercemar debu vulkanik. Tanda-tandanya antara lain iritasi dan memerahnya
kulit serta infeksi sekunder akibat garukan.
d. Iritasi Mata
Iritasi mata merupakan dampak kesehatan yang banyak dijumpai pasca
erupsi. Hal ini terjadi karena butiran-butiran abu yang tajam dapat merusak kornea
mata dan membuat mata menjadi merah. Pengguna lensa kontak diharapkan
menyadari hal ini dan melepas lensa kontak mereka untuk mencegah terjadinya
abrasi kornea. Tanda-tanda umum antara lain ( Cook, 2005; Howell, 2005):
1.
2.
3.
4.
5.
berbagai
upaya
untuk
menangani
dan
mencegah
timbulnya