PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung
pada letak anatomi dan etiologi agents. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas
tinea kapitis, tinea favosa (hasil dari infeksi oleh Trichophyton schoenleinii), tinea
corporis (ringworm of glabrous skin), tinea imbrikata (ringworm hasil infeksi oleh
T. concentrikum), tinea unguium (ringworm of the nail), tinea pedis (ringworm of
the feet), tinea barbae (ringworm of the beard) dan tinea manum (ringworm of the
hand).1
Tinea kapitis adalah salah satu kelainan di sistem dermatologi yang
menyerang rambut. Penyakit ini digolongkan sebagai mikosis superfisialis atau
dermatofitosis dan disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala,
alis dan bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut dan akar
folikel rambut. Kelainan ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia, bahkan kadang-kadang ditandai gejala yang lebih berat, yaitu kerion.2
Tinea kapitis telah menjadi masalah serius di Indonesia dan di dunia. Di
dunia, prevalensi tinea kapitis tertinggi terjadi di Afrika, Asia dan Eropa Tenggara.
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat insidennya rendah. Di Amerika serikat,
jumlah penderita tinea kapitis 3-8 % dari populasi anak-anak (Richardson, 2003).
Sebuah penelitian di Australia menunjukkan bahwa penduduk etnis Arab paling
sering terkena tinea kapitis (42%), disusul etnis Nuer dan Dinka (22%) dan
Afganistan (14%) (McPherson et al., 2005). Sementara itu, penelitian tinea kapitis
di India didapatkan bahwa terdapat 4,9 % orang dewasa terkena tinea kapitis.3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tinea kapitis?
2. Bagaimana etiologi dari tinea kapitis?
3. Bagaiamana patogenesis dari tinea kapitis ?
4. Bagaimana gejala klinis dari tinea kapitis ?
5. Bagaimana cara mendiagnosa tinea kapitis ?
6. Bagimana penatalaksanaan dari tinea kapitis ?
7. Bagaimana prognosis dari Tinea kapitis ?
1.3 Tujuan
1. Memahami dan mengetahui definisi tinea kapitis
2. Memahami dan mengetahui etiologi dari tinea kapitis
3. Memahami dan mengetahui patogenesis dari tinea kapitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan
oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk
onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga epidermomycosis
dan epidermophytosis.1
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan
bulu mata yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan
Trichophyton.4
2.2 SINONIM
Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans.1
2.3 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum,misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,
M. canis, M.ferrugineum. Di Indonesia penyebab terbanyak adalah M. canis dan T.
tonsurans.1
2.3.1 Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.
Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:
Microsporum audouinii
Anthropophilic
Microsporum canis
Microsporum cooeki
Microsporum ferrugineum
Anthropophilic
Microsporum gallinae
Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum
Microsporum nanum
Microsporum persicolor
Geophilic
Concentricum
Anthropophilic
Equinum
zoophilic (horse)
Erinacei
zoophilic (hedgehog)
Flavescens
geophilic (feathers)
Gloriae
Geophilic
Interdigitale
Anthropophilic
Megnini
Anthropophilic
Mentagrophytes
Phaseoliforme
Geophilic
Rubrum
Anthropophilic
Schoenleinii
Anthropophilic
Simii
Soudanense
Anthropophilic
Terrestre
Geophilic
Tonsurans
Anthropophilic
Vanbreuseghemii
Geophilic
Verrucosum
Violaceum
Anthropophilic
Yaoundei
anthropophilic
2.4 EPIDEMIOLOGI
Tinea kapitis sering mengenai anak anak berumur antara 4 dan 14 tahun.
Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi
penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus
kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman teman atau anggota keluarga.
Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan
seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus kasus yang disebabkan oleh
Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing.4
Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan
kesehatan masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden
tertinggi ditemui pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.2 Tinea kapitis
terjadi lebih dari 92,5 % dari dermatofitosis pada anak anak berumur kurang
dari 10 tahun. Penyakit ini jarang pada orang dewasa. Meskipun kejadiannya
mungkin dapat dijumpai pada pasien pasien tua.2 Di dunia internasional tinea
kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral
Amerika dan Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India.1 Di Asia
Tenggara, angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 % ( rata rata
dari anak perempuan dan laki laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena
keadaan sanitasi umum dan hygien perorangan telah membaik. Di Selatan Eropa
penyakit ini jarang.1
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah
0,4% (1996-1998), RSCM Jakarta 0,61 -0,87% (1989-1992), manado 2,2-6%
(1990-1996) dan Semarang 0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara
tahun 2001-2006 insidennya dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli
Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr.Soetomo antara 0,31% - 1,55%.
Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Graypatch (37,5%). Tipe
Blackdot tidak ditemukan.5
2.5 PATOGENESIS
rambut dan di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir
anagen saja. Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut.
Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut
tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki
daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamsons
fringe, dan dari sini hifa berpolifrasi dan membagi menjadi atrokonidia yang
mencapai korteks rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambutrambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang
menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya atrokonidia ektotrik yang
tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga.5
Infeksi Endotrik ( didalam rambut )
Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan
atrokonodia hanya tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin
intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat
rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikular
hilang meninggalkan black dot. Infeksi endotrik juga lebih kronis karena
kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.5
2.6 GEJALA KLINIS
Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas:4
1. Grey patch ringworm.
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak anak. Penyakit mulai
dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah
rasa gatal. Warna rambut menjadi abu abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset
tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga
dapat terbentuk alopesia setempat.1,4
Tempat tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat
dalam klinik tidak menunjukkan batas batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada
rambut yang sakit melampaui batas batas grey tersebut. Pada kasus kasus
tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis.
Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii biasanya disertai
tanda peradangan ringan, hanya sekali sekali dapat terbentuk kerion.4
Gambar 2: kerion
3. Black dot ringworm
Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan
Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya
menyerupai kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang
terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang
hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung
rambut yang patah kalau tumbuh kadang kadang masuk ke bawah permukaan
kulit.1
Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan
biakan jamur Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih
berat, bila disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton
verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang
menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian bentuk klinis granuloma, kerion ,
alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di tulis.1,4
Tahap Ketiga: Tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit
kepala (setidaknya sepertiga); rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya
jaringan parut. Pembentukan scutula baru di pinggiran plak adalah umum.
Bentuk khas dari scutulum, kerak cangkir berbentuk kuning yang
kulit
papulosquamous
berbulu,
di
mana
favus
adalah
letusan
scutula
khas
mungkin
papulovesikular
jelas.Sebagai
dan
sebuah
Gambar 4: Favus
2.7 PENEGAKAN DIAGNOSA
1) Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila pada anak-anak dan dewasa
(lebih jarang) dengan kulit kepala berskuama, alopesia, limfadenopatiservikal
posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk
pustul atau abses,Grey patch ringworm, kerion, dissecting cellulitis atau black
dot ringworm.5,12
2) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Lampu Wood
Rambut yang tampak dengan jamur
Microsporum canis,
swab
kapas
steril
yang
dibasahi
akua
steril
dandigosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril
dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di
kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur.
Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic
(Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau
Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh
jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh
karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya
berartijamurdematofitpositif.4
2.8 DIAGNOSA BANDING
Diagnosa Banding
Psoriasis scalp
- Plak eritematosa
Dermatitis Atopik
- plak eritematosa
- Plak berskuama
- Berskuama
- Gatal
- Linkenifikasi
akarnya
- Keluhan rasa gatal
Blackdots
Alopecia areata
Trichotilomania
- Rambut patah
- Rambut hilang
kemerehan
patah
Dermatitis Seboroik
Psoriasis
- Papul eritematosa
- Plak eritematosa
- Plak
pecah, berminyak
- Sikatriks
Krusta
berbentuk
cawan
Dewasa:
Makula/plak,
putih/perak.
- Gatal
(skutula)
dan
- Rambut ada/rontok
basah/berminyak
Kerion
- Radang luas
krusta
tipis-tebal
Karbunkel
- Nyeri
- Radang luas eritematosa
- abses berisi pus
- Fistul
yang
Obat ini bersifat fungisida sehigga dapat diberikan dalam waktu yang lebih
singkat yaitu selama 2-4 minggu. Dosis yang digunakan yaitu 62,5 mg/hari
untuk pasien dengan berat < 20 kg, 125 mg/hari untuk pasien dengan berat
20-40 kg dan 250 mg/hari untuk pasien dengan berat > 40 kg.
b. Ketokonazol
Obat ini dapat diberikan dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari untuk anak-anak
dan 200 mg/hari untuk dewasa. Lama terapi berkisar antara 7-14 hari.
Penggunaan obat ini terutama pada anak-anak dibatasi karena bersifat
hepatotoksik.
c. Flukonazol
Obat ini cukup efektif untuk mengatasi tinea kapitis terutama pada anakanak. Dosisnya yaitu 3-5 mg/kg BB/hari selama 4 minggu.
Pada kasus cerion celsi, dapat diberikan obat tambahan berupa kortikosteroid
yaitu prednison dengan dosis 3x5 mg/hari atau prednisolon 3x4 mg/hari untuk
mengurangi terjadinya sikatrik, nyeri dan pembengkakan.
d.
Griseofulvin
Pada tahun 1958, Williams dan Marten mendokumentasikan efektivitas
terapi oral dengan griseofulvin pada tinea kapitis , dan penggunaan obat ini telah
secara signifikan mengurangi angka penyakit secara epidemic. Berkat
ditemukannya griseofulvin penggunaan X-ray untuk pembotakan yang telah
digunakan sebelum itu oleh Sabouraud pada awal abad 19 telah mulai
ditinggalkan begitu juga penggunaan thallium asetat. Walau bagaimanapun tinea
kapitis terus berlanjut menjadi penyakit yang biasanya diderita oleh anak-anak
dan biasanya menyentuh 10%-20% dari populasi bila terjadi wabah epidemik.
Sejak akhir tahun 1950, Griseofulvin telah dijadikan gold standart pada tinea
kapitis, meskipun dosis dan durasinya berbeda pada tiap pasien, secara umum
dosis yang digunakan adalah 10-20 mg/kg/hari selama delapan sampai duabelas
minggu. Griseofulvin adalah obat fungistatik dan berfungsi menghambat sintesis
asamnukleid dan mengganggu perkembangbiakan inti sel dalam metaphase yang
akhirnya mencegah pembentukan dinding sel jamur. Griseofulvin pun memiliki
efek anti-inflamasi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, dan biasanya
direkomendasikan untuk diminum bersamaan dengan makanan berlemak, karena
hal itu akan meningkatkan absorpsi obat dan meningkatkan bioavailabilitasnya.
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari tinea kapitis yang dapat terjadi di antaranya:11,17
1. Alopesia sikatrik permanen, akibat jamur yang bersifat merusak rambut dan
struktur di sekitarnya sehingga terjadi kerusakan rambut yang parah.
2. Infeksi berulang, akibat pengobatan yang tidakadekuat.
2.11 Prognosis 18
Jika pengobatan telah lengkap dan penyembuhan telah tercapai, prognosis
umumnya baik.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Tinea kapitis