Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KANKER PAYUDARA
SAP dibuat untuk memenuhi ujian
Skill Kesehatan Reproduksi

Kelompok 2:
1. Woro Tamia

125070607111059

Nuningtyas

125070607111060

2. Zahra Listia Ardiyasa

125070607111061

3. Azizah Rahmah

125070607111062

4. Entin Srihadi Yanti

125070607111065

5. Wiwik Sartika

125070607111066

6. Luhdya Rachmi

125070607111067

7. Nabila Alri Hutami

125070607111070

8. Selvi Tri Arieaningsih

Program Studi S1 Kebidanan


Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
April, 2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN

20

KANKER PAYUDARA
Topik

: Kanker Payudara

Sub topik

: Deteksi Dini kanker Payudara

Sasaran

: Wanita Usia Subur (20-39 tahun) di Desa Kembang Duren


kec. Duren

Tempat

: Posyandu Desa Kembang Duren Kec. Duren

Hari/tanggal

: Senin, 28 Oktober 2015

Waktu

: 09.00 10.30WIB

Pemateri

: Woro Tamia, Zahra, Azizah, Entin, Luhdya, Nabila, Wiwik,


Selvie

A. Latar belakang
Kanker payudara dikenal sebagai salah satu kanker yang paling sering
menyerang kaum wanita. Kanker menjadi momok bagi semua orang selain itu
kecenderungan peningkatan prevalensinya tidak dapat dihindari. Menurut
WHO, kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada
wanita, 10% dari semua wanita di dunia menderita kanker payudara dalam
hidupnya. Prevalensi kanker payudara meningkat seimbang dengan kenaikan
usia, sebanyak 400 kasus baru dari 100.000 kasus setiap tahun terjadi (Hidayat
dkk, 2009). Setiap tahun, di Indonesia diperkirakan terdapat 100 orang
penderita baru kanker payudara per 100.000 penduduk. Ini berarti dari jumlah
237 juta penduduk ada sekitar 237.000 penderita kanker baru. Sejalan dengan
itu, data empiris juga menunjukkan bahwa kematian akibat kanker dari tahun
ke tahun terus meningkat dan berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, sekitar
5,7 % kematian semua umur disebabkan oleh kanker ganas (Depkes, 2012).
Jumlah penderita kanker payudara di Jawa Timur pada tahun 2014
sebanyak 5.127 kasus, 105 di antaranya dinyatakan meninggal (Depkes Jatim,
2015). Dinas Kesehatan Kota Malang (2015) melaporkan bahwa pada periode
tahun 2014 dari 1.333

perempuan yang

melakukan pemeriksaan

(pemeriksaan payudara, pemeriksaan leher rahim, dan krioterapi) di

20

puskesmas-puskesmas kota Malang dijumpai 45 perempuan yang pada


pemeriksaan didapati tumor/benjolan pada payudaranya dan 48 jiwa dicurigai
mengarah ke kanker payudara dan dilakukan rujukan.
Tingginya angka kematian akibat kanker payudara disebabkan
penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan dalam stadium
inoperable atau stadium lanjut dan sukar disembuhkan, padahal pemeriksaan
terhadap kemungkinan adanya gejala kanker secara dini dapat dilakukan oleh
diri sendiri sehingga dapat dilakukan sewaktu-waktu dan tanpa biaya
(Hastutik, 2010).
Keterlambatan mengetahui bahwa seorang wanita telah mengidap
kanker payudara hingga stadium lanjut dikarenakan rendahnya pemahaman
wanita tentang kanker payudara itu sendiri dan rendahnya kesadaran untuk
melakukan pemeriksaan terhadap payudaranya. Deteksi dini merupakan suatu
langkah yang sangat penting untuk mengurangi tingkat kematian karena
kanker payudara. Deteksi dini ini dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan
payudara sendiri, breast imaging, dan pengujian mamografi.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan deteksi dini
kanker payudara yang paling mudah dibanding dengan yang lain yaitu
pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan dan pemeriksaan mammografi.
Umumnya, kanker payudara terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri.
Untuk itu, agar kanker tersebut dapat dideteksi lebih awal, pemeriksaan
payudara sendiri perlu dilakukan secara rutin setiap bulan oleh para wanita,
baik wanita yang beresiko tinggi maupun wanita tanpa resiko. Selain mudah
untuk dilakukan, pemeriksaan ini juga membuat para wanita merasa nyaman
karena pemeriksaan ini di lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Adanya
informasi tentang SADARI serta kanker payudara menjadi motivasi para
wanita untuk menambah pengetahuan tentang area payudara. Semakin
meningkatnya tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri
maka akan mempengaruhi perilaku wanita untuk menyadari pentingnya
pemeriksaan payudara sendiri untuk mencegah risiko kanker payudara
(Handayani, 2008).

20

Untuk memberikan informasi mengenai cara-cara yang dapat


dilakukan dalam mendeteksi dini kanker payudara, diperlukan bantuan
petugas kesehatan untuk memberikan pengarahan yang tepat. Bantuan yang
dapat dilakukan petugas kesehatan dapat dilakukan melalui proses penyuluhan
yang tepat sasaran terkait skrining kanker payudara yakni SADARI
(Pemeriksaan payudara Sendiri).
B. Sub Pokok Bahasan
Anatomi dan Fisiologi Payudara
1. Anatomi
2. Fisiologi

Konsep Kanker Payudara


1. Pengertian
2. Etiologi
3. Faktor resiko
4. Patofisiologi
5. Tanda dan gejala
6. Diagnosis Kanker Payudara
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
9. Pencegahan kanker payudara
10. Deteksi dini kanker payudara (SADARI

C. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan diharapkan sasaran mampu mengerti,
memahami dan mampu melakukan cara deteksi dini kanker payudara dengan
melakukan SADARI.

Tujuan Instruksional Khusus

20

Setelah mengikuti kegiatan mengenai deteksi dini kanker payudara diharapkan


wanita usia subur dapat memahami dan mendiskripsikan:

Konsep deteksi dini kanker payudara


SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

D. Strategi
Media (Alat bantu)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Leaflet
X banner
LCD
Laptop
Poster
PowerPoint Slide Show
Video

Metode
1. Persentasi/Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Persiapan
1. Menyiapkan pokok bahasan
2. Menyiapkan alat demonstrasi
3. Menyiapkan tempat, waktu, dan sasaran
4. Menyiapkan video
5. Menyiapkan hadiah bagi peserta

20

Layout

: POSTER

: PDDM

: OBSERVER

: MC

: PESERTA

: PEMATERI

: LCD

: PINTU

20

F. Rencana Kegiatan Penyuluhan (POA)


TAHAPAN
KEGIATAN
Pembukaan

Penyuluhan I

WAKTU

KEGIATAN PENYAJI/PEMATERI

Penyampaian salam
Perkenalan
Menjelaskan topik penyuluhan
Menjelaskan tujuan penyuluhan
15 menit Penyampaian materi oleh pemateri :
5 menit

Konsep Deteksi Dini kanker Payudara

KEGIATAN PESERTA

Menjawab salam
Memperhatikan

METODE
ceramah
penyampaian

MED

DAN
Pow

Slide

penyaji
Mendengarkan

dan

memberikan Ceramah

Pow

umpan balik tehadap materi yang Dan tanya jawab

Slide

disampaikan.

Leaf

Post
Penayangan
Video

5 menit

Mempersilahkan audience untuk menyaksikan dan Menyaksikan video


memahami esensi video

SADARI,
breast
imaging,
mammograf

20

Penyuluhan II

20 menit

Mendengarkan

dan

memberikan Ceramah, tanya Pow

Penyampaian materi dan demonstrasi umpan balik tehadap materi yang jawab,
oleh pemateri :

disampaikan

demonstrasi secara bersama-sama

Konsep SADARI

dan

mengikuti demonstrasi

Slide

Leaf

Post

Man
5 menit

Mempersilahkan audience untuk menyaksikan dan Menyaksikan video


memahami esensi video

Post-Test

10 menit Mempersilahkan

peserta

untuk

menjawab Menjawab pertanyaan dengan Acungkan

pertanyaan yang ditayangkan di layar secara mengacungkan

20 menit

dan Tangan

Slide

dipersilahkan oleh penyaji

langsung peserta
Penutup

tangan

Pow

Penutup

Memperhatikan kegiatan dan ikut serta ceramah

dalam penarikan kesimpulan dan


Pemberian Reward
a. Penanya
manfaat yang diperoleh selama
b. Pendemonstrasi
penyuluhan
c. Pre dan post tertinggi
Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan
Ucapan terima kasih
Salam penutup

20

Hadi

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
SAP sudah dipersiapkan
Media sudah dipersiapkan
Waktu, tempat, dan sasaran sudah sesuai
2. Evaluasi Proses
Audiance aktif
Pemaparan materi sesuai dengan konsep dan waktu yang sudah ditentukan
Media yang digunakan sesuai kebutuhan
3. Evaluasi Hasil
Penyaji melakukan kegiatan sesuai peran
Peserta yang datang sesuai dengan target yang sudah ditetapkan
Diakhir kegiatan sudah dilakukan evaluasi hasil kegiatan dengan cara peserta

mendemonstrasikan dan dari nilai


post test.

H. Post Test
1.

I. Lampiran
Materi
1.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
1.1.1 Anatomi Payudara
22

Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam. Perluasan kauda
(ekor) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada masa lemak dan
nifas dini saat jaringan tersebut membengkak. Konstituen utama payudara adalah sel kelenjar
disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Payudara
dibagi menjadi bagian atau lobus oleh septum fibrosa,yang berjalan dari belakang putting
payudara kearah otot pektoralis. Septum ini penting untuk melokalisasi infeksi, yang sering
terlihat sebagai meradang di permukaan payudara ( dunstall, 2007).
Secara anatomi fisologi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus,
ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke
aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan
ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.setiap payudara terdiri dari 15-20 lobulus
dari jaringan kelenjar. Jumlah lobulus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap
lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli. Kelenjar ini bersama-sama
membentuk sejumlah gumpalan,mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveoli dan acinus
singular) menghasilkan susu dan subtansi lainnya selama menyusui . Setiap bola memberikan
makanan ke dalam pembuluh darah tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui
putting susu.
Sebagai hasilnya terdapat 15-20 saluran putting susu, mengakibatkan banyak lubang pada
putting susu. Di belakang putting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai membentuk
penyimpangan kecil yang di sebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Lemak dan
jaringan penghubung mengelingi bola-bola jaringan kelenjar. Sejumlah jaringan lemak
tergantung pada banyaknya faktor termasuk usia,persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi
tulang cooper menghubungkan dinding dada pada kulit payudara dan memberikan bentuk
payudara dan keelatisannya (Long, 2000).
1.1.2 Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan
menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan
kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi

22

payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu
hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)
1.2 Kanker Payudara
1.2.1 Pengertian
Kanker payudara merupakan penyakit neoplasma yang bersifat ganas dimana sel payudara
mengalami proliferasi, diferensiasi abnormal dan tumbuh secara autonom yang menyebabkan
infiltrasi ke jaringan sekitar diambil merusak serta menyebar ke bagian tubuh yang lain (Artanti,
2011). Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi ganas. (Harianto, 2005). Kanker payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan
sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Carpenito, 2000).
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh
penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang
menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian
akibat kanker masih dapat dicegah.
1.2.2 Etiologi
Penyebab dari kanker payudara tidak diketahui dengan pasti, namun terdapat serangkaian
faktor genetik, hormonal dan lingkungan. Penyebab tersebut yang dapat menunjang terjadinya
kanker payudara. Banyak faktor yang diprediksi mempuyai hubungan kanker payudara (John
Cleese, 2010).

22

Genetik merupakan faktor panting karena kejadian kanker payudara akibat kelainan
genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu dengan mengumpulkan riwayat
keluarga yang terkena kanker payudara dan memetakannya dalam bentuk silsilah. Riwayat
keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker payudara pada ibu atau saudara
perempuan 12 yang terkena kanker payudara pada umur di bawah 50 tahun atau keponakan
dengan jumlah lebih dari dua (Luwia, 2003).
Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh kembang organ
seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal kanker pada sebagian wanita.
Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada sel-sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon
estrogen yang menempel pada saluran ini, lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut
menjadi kanker (Luwia, 2003). Pengunaan KB hormonal seperti pil, suntik KB dan susuk yang
mengandung banyak dosis estrogen meningkatkan risiko kanker payudara (John Cleese, 2010).
Faktor lingkungnan juga dapat menjadi pemicu kanker payudara. Lingkungan tersebut
berupa paparan radiasi bahan-bahan radioaktif, sinar X dan pencemaran bahan kimia. Luwia
(2003) mengatakan bahwa risiko kanker payudara meningkat apabila radiasi terjadi sebelum
umur 40 tahun.
1.2.3 Faktor resiko
Kumar, et.al., (2012) menyebutkan risiko major kanker payudara antara lain:
1) Gender: Hanya 1% kanker payudara yang terjadi pada laki-laki.
2) Usia: kanker payudara jarang terjadi sebelum usia 25 tahun. Insidennya meningkat berkaitan
dengan usia, dengan rata-rata didiagnosis pada usia 61 tahun bagi kaum Kaukasia, 56 tahun
untuk kaum Hispanik, dan 46 tahun pada kaum Afrika-Amerika. Karsinoma pada perempuan
muda dikaitkan dengan hilangnya reseptor esterogen (ERs) atau meningkatnya ekspresi reseptor
2 dari faktor pertumbuhan epidermal manusia (HER2/neu).
3) Usia saat menarche: Menarche dini (kurang dari usia 11 tahun) dan menopause yang terlambat
dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
4) Usia saat melahirkan pertama: Kehamilan dan persalinan yang lebih awal (usia kurang dari 20
tahun) memiliki separuh dari risiko relatif mengalami kanker payudara dari perempuan nulipara
atau perempuan yang melahirkan pertama setelah usia 35 tahun, hal ini dikaitkan dengan proses
menyusui; menginduksi diferensiasi terminal dari sel luminal untuk menghilangkan risiko
potensial pencetus timbulnya kanker.

22

5) Kerabat tingkat pertama dengan kanker payudara: Risiko meningkat dengan jumlah kerabat
tingkat pertama yang terkena, meskipun 87% mereka dengan riwayat keluarga demikian tidak
timbul keganasan. Sebagian besar risiko pada keluarga dimungkinkan karena interaksi dari gen
rentan yang berisiko rendah dan faktor non-genetik.
6) Atipikal hiperplasia: Hal ini meningkatkan risiko.
7) Ras/Etnik: Risiko pada perempuan yang berusia 50 tahun akan mengalami karsinoma invasif
dalam 20 tahun yang rata-rata tejadi 7% pada perempuan Kaukasian, 5% pada perempuan
Afrika-Amerika, dan kurang dari 4% pada perempuan Hispanik dan Kepulauan Asia/Pasifik.
Namun, perempuan Afrika-Amerika dan Hispanik cenderung lebih sering menunjukkan kejadian
keganasan dan angka mortalitas yang lebih tinggi, pada sebagian yang terkait dengan variasi gen
risiko kanker.
8) Paparan esterogen: Terapi hormon postmenopause meningkatkan risiko 1,2 sampai 1,7 kali lipat,
meskipun kontrasepsi oral tidak meningkatkan risiko. Mengurangsi esterogen endogen melalui
ooforektomi atau blokade hormonal dapat mengurangi risiko kanker payudara.
9) Kepadatan payudara, paparan radiasi, dan karsinoma endometrium (mungkin mencerminkan
lamanya keterpaparan esterogen): semua hal ini dapat meningkatkan risiko.
10) Pengaruh geografis: Kejadian kanker payudara empat sampai tujuh kali lipat lebih tinggi terjadi
di United States dan Eropa dikaitkan dengan perbedaan budaya dalam hal paritas dan waktu,
menyusui, diet, obesitas, dan aktivitas fisik.
11) Diet: Tingkat konsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan risiko, sementara itu
konsumsi kafein dirasa mampu menurunkan risiko.
12) Obesitas: Obesitas pada orang yang lebih muda dari 40 tahun menurunkan risiko dengan
meningkatkan sirkulasi onovulatory, sementara itu obesitas yang terjadi post-menopause
meningkatkan risiko melalui sintesis esterogen tambahan.
13) Menyusui: Semakin tinggi durasi menyusui, semakin tinggi penurunan risiko secara keseluruhan.
1.2.4 Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga
merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara . Kanker
payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula
terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kirakira
22

berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu
sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu
payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya
benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006)
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit
menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe.
Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya,
dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena
terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering
menyertai upaya tersebut pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra
operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon
neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari
ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka
mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu
yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syok. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat
dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan
suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di
perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan
untuk fungsi yang optimal.
Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun
yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan,
dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer , 2000)
1.2.5 Tanda gejala
Manifestasi klinis kondisi keganasan pada payudara antara lain adanya nyeri, benjolan, dan
discharge pada puting (Santen. 2010; Chinyama, 2014). Benjolan yang teraba pada payudara

22

terasa agak keras dan lebih sering dijumpai pada kuadaran atas bagian luar. Daerah tersebut
merupakan daerah yang paling banyak memiliki jaringan glandular (LeMone & Burke, 2008).
Manifestasi klinis lainnya yakni keadaan abnormal dari puting, seperti adanya ruam dan
erupsi yang terdapat di daerah sekitar puting serta adanya penarikan pada puting, perubahan
posisi dari puting, nyeri pada area putting sensasi rasa terbakar, dan tertusuk-tusuk pada
payudara (LeMone & Burke, 2008).
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit
payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk. Gejala lainnya
yang mungkin ditemukan:
Benjolan atau massa di ketiak
Perubahan ukuran atau bentuk payudara
Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning
sampai hijau, mungkin juga bernanah)
Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah
berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
Payudara tampak kemerahan
Kulit di sekitar puting susu bersisik
Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara . Pada stadium lanjut bisa timbul
nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut (Smeltzer & Bare,
2002):
1. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase)
pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara
sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain,
harus diperiksa di laboratorium.
2. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah
bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari

22

luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk
mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
3. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan
untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya
pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh
sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang
sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh
serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin.
1.2.6 Diagnosis Kanker Payudara
Terdiri dari diagnosis klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnosis pasti.
1.2.6.1 Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis di dasarkan atas:
a. Wawancara dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah sehubungan dengan kanker
payudara.
b. Pemeriksaan klinis payudara untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemerikasaan
payudara dilakukan saat 1 minggu dari hari terakhir menstruasi. Penderita diperiksa dengan
badan bagian atas terbuka dan posisi badan tegak.
c. Insfeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri,kelainan papila, letak dan bentuk,
retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda radang, dan ulserasi. Dilakukan dalam keadaan
kedua lengan diangkat keatas untuk melihat ada tidaknya bayangan tumor di bawah kulit yang
ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal.
d. Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.
1.2.6.2 Pemeriksaan Penunjang31
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menuju diagnosis pasti suatu kanker payudara,
yaitu:
a. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra-red.
b. Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang diradiasikan pada
payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuannya mendeteksi tumor yang belum
22

teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini. Waktu yang tepat untuk
melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada
perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%. Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah
untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada
setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap
1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.
c. Ultrasonografi, metode ini dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kistik, dan hanya
dapat membuat diagnosis dugaan berdasarkan pemantulan gelombang suara. USG digunakan
untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.
d. Scintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radioisotop.
e. Termografi adalah pemeriksaan menggunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.
Dalam protokol penanganan kanker payudara, pemeriksaan yang dianjurkan adalah
mammografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan gabungan ultrasonografi dan mammografi
memberikan angka ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.
1.2.6.3 Diagnosis Pasti
Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan pemeriksaan
dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu:
a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman
c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi.
1.2.7 Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker payudara adalah
1. Pengobatan lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal:
a. Mastektomi radiasi yang modifikasi
b. Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah : mastektomi, limfektomi (pengangkatan
jaringan kanker dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan kulit lapisan atas tetap di
tempatnya)

22

2. Mastektomi
Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh payudara dan beberapa nodus
limfe. Tujuannya : untuk menghilangkan tumor payudara dengan membuang payudara
dan jaringan yang mendasari.
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor untuk mengurangi
kecenderungan kambuh dan menyingkirkan kanker resudial
4. Rekontruksi / pembedahan
Rekontruksi/ pembedahan ini dilakukan tindakan pembedahan tergantung pada stadium 1
dan 11 lakukan mastektomi radikal, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan
kemoterapi ajuvan. Dapat juga dilakukan mastektomi simplek yang harus di ikuti radisi tumor
bed.Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran sentral
5. Terapi Hormonal
Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menekan sekresi hormon esterogen
6. Tranplantasi sumsum tulang
Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang di lakukan adalah
pengangkatan sumsum tulang dan memberikan kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang pasien
yang di pisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian infuskan ke IV.
1.2.8 Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
1.2.9 Pencegahan Kanker Payudara
1. Pencegahan primer.
Pencegahan primer adalah pencegahan yang paling utama.Caranya adalah dengan upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup

22

sehat. Cara ini dilakukan oleh para wanita yang belum sama sekali terdeteksi adanya kanker
payudara. Hal ini sangat bagus bila dilakukan, sebab dapat mencegah kanker payudara secara
dini.
Hal-hal yang dapat dilakukan dengan pencegahan primer adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Membatasi konsumsi alkohol


Menjaga berat badan ideal
Berkonsultasi dengan dokter mengenai cara alternatif untuk menambah atau hormon lainnya
Menggabungkan aktivitas fisik kedalam kehidupan sehari-hari
Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak
Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran.

2. Pencegahan sekunder.
Terkadang kita tidak tau bahwa kita dapat terkena resiko kanker payudara. Dari pola makan
yang salah atau dari riwayat keluarga yang pernah menderita kanker ini. Pencegahan sekunder
merupakan pecegahan yang dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko untuk terkena
kanker payudara.
Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk
dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteki dini. Beberapa
metode deteksi ini terus mengalami perkembangan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah resiko datangnnya kanker payudara adalah
dengan cara :
a) Wanita usia 20 tahun dianjurkan melakukan SADARI selama 3 bulan sekali agar kanker
dapat terdeteksi secara dini. Jika ada benjolan atau hal-hal yang mencurigakan segeralah
menghubungi dokter.
b) Wanita usia 35-40 tahun melakukan mamografi
c) Wanita berusia diatas 40 tahun melakukan check-up pada dokter ahli atau melakukan cancer
risk assessement survey
d) Wanita berusia lebih dari 50 tahun check-up rutin dan demografi setiap tahun.
e) Saat baik melakukan mamografi adalah seminggu setelah menstruasi. Caranya dengan
meletakkan payudara secara bergantian antara dua lembar alas, kemudian dibuat foto dari
atas ke bawah, lalu dari kiri ke kanan.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan ini ditunjukan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan ini untuk meningkatkan kualitas hidup

22

penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan


pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan :
a)
b)
c)
d)

Operasi walaupun tidak berpengaruh banyak tehadap ketahanan penderita


Tindakan kemoterapi dengan sitostatika
Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa sistomatik
Dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif (Endang dan Bertani, 2009)
Cara lain untuk melakukan pencegahan kanker payudara sebagai berikut :

a)
b)
c)
d)
e)

Jangan menggunakan bra yang terlalu ketat terlalu lama. Kalau bisa ketika tidur bra dilepas
Hilangkan kebiasaan merokok dan minum alkohol
Periksa payudara sendiri secara rutin, misalnya satu bulan sekali
Hindari radiasi dari Sinar-X atau berbagai macam radiasi lainnya
Rajin mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin sebagai zat

f)

antioksidan.
Selain itu, banyak-banyaklah mengonsumsi kacang kedelai, tempe, tahu, dan sebagainya.
Kacang kedelai mulai mengandung fitoestrogen genistein yang dapat membantu mengurangi

g)
h)
i)

resiko tumbuhnya kanker payudara.


Rajin berolahraga meski hanya sebatas olahraga ringan seperti joging
Kurangi makanan yang banyak mengandung lemak, terutama lemak hewani
Hindari stress. (Nurcasanah, 2009)
1.2.10 Deteksi Dini Kanker Payudara (SADARI)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan
pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi
wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI
adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa
dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
1.2.10.1 Pengertian
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
pemeriksaan payudara setiap wanita. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap 1 bulan
sekali dan dapat menjadi instrumen penapisan yang efektif untuk mengetahui lesi payudara
(Varney, 2007).
Sedangkan menurut Smeltzer (2005) SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri antara
hari ke 5 dan ke 10 dari siklus menstruasi, dengan menghitung hari pertama haid sebagai hari
1. Dan menurut Maulani (2009), Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah bagian penting
dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi anda dari resiko kanker payudara.
22

1.2.10.2 Tujuan
Tujuan utama SADARI adalah untuk menemukan kanker dalam stadium dini sehingga
pengobatannya menjadi lebih baik.
1.2.10.3 Manfaat
1) Dapat mendeteksi adanya tumor dalam ukuran kecil.
2) Dapat mendeteksi adanya kanker payudara stadium dini.
3) Dapat mencegah penyakit kanker payudara.
4) Dapat menemukan adanya kelainan pada payudara.
5) Dapat menurunkan angka kematian wanita akibat kanker payudara.
1.2.10.4 Waktu Pemeriksaan SADARI
a) Usia 20 tahun melakukan SADARI setiap 3 bulan sekali. Wanita usia 20
tahun dianjurkan melakukan SADARI selama 3 bulan sekali agar kanker dapat terdeteksi
secara dini. Jika ada benjolan atau hal-hal yang mencurigakan segeralah menghubungi
dokter.
b) Usia 35-40 tahun melakukan mamografi.
c) Di atas 40 tahun melakukan check-up pada dokter ahli.
d) Lebih dari 50 tahun check-up rutin dan mamografi setiap tahun.
1.2.10.5 Teknik SADARI
Berikut ini langkah langkah melakukan SADARI menurut Smeltzer(2005):
Langkah 1 :
a. Berdirilah di depan cermin.
b. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidaknormal.
c. Perhatikan adanya rabas pada puting susu, keriput, dimpling atau kulit mengelupas Dua
tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur pada payudara. Jadi ketika
melakukan SADARI, anda harus mampu merasakan otot otot anda yang menegang.
Langkah 2 :
a. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan anda dibelakang kepala anda
ke arah depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudra anda.
Langkah 3 :
a. Selanjutnya tekan tangan anda ke arah pinggang anda dan agak membungkuk ke arah
cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan.

22

b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda. Beberapa wanita melakukan
pemeriksaan payudara berikut ketika sedang mendi dengan shower. Jari jari akan
meluncur dengan mudah diatas kulit yang bersabun, sehingga anda dapat berkonsentrasi
dan merasakan setiap perubahan yang terjadi pada payudara anda.
Langkah 4 :
a. Angkat tangan kiri anda.
b. Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda dengan kuat, hati hati dan
menyeluruh.
c. Mulailah pada tepi luar, ttekan bagian datar dari jari tangan anda dalam lingkaran kecil,
bergerak melingkar dengan lambat di sekitar payudara.
d. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.
e. Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara.
f. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah lengan, termasuk bagian di
bawah lengan itu sendiri.
g. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.
Langkah 5 :
a. Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan adanya rabas.
b. Jika anda menemukan adanya rabas dari puting susu dalam sebulan yang terjadi ketika
anda sedang atau tidak melakukan SADARI, temuilah dokter anda.
c. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda.
Langkah 6 :
a. Tahap 4, Sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring.
b. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di bawah kepala anda dengan
sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah bahu kiri.
c. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas.
d. Ulangi pada payudara kanan anda.

22

Anda mungkin juga menyukai