Anda di halaman 1dari 21

ANAMNESIS

KKD KURFAK 2005

SELF ASSESMENT
Nama Mahasiswa
: ..................................
NPM
: ..................................
Kelompok
: ..................................
No
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kompetensi
TEHNIK KOMUNIKASI
Menyapa pasien
Menyambut pasien sambil berdiri
Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien
Menunjukkan wajah ramah
Menyilakan pasien duduk
Berbasa-basi
Mendapatkan nama

8.
9
10.
11.
12
13.
14.
15.
16.

Mendapatkan umur
Mendapatkan pendidikan
Mendapatkan suku
Mendapatkan status pernikahan
Mendapatkan alamat
Suara ramah, vokal jelas, kecepatan cukup, volume cukup
Sikap tubuh condong ke depan, kaki tidak bersilang
Kontak mata dipertahankan 70%
Tidak melakukan gerakan/ hal-hal yang tak

17.
18

berhubungan dengan tindakan anamnesis


Pertanyaan diajukan satu-persatu
Mengajukan pertanyaan terbuka dan mendalam,

19
20.
21
II

selain pertanyaan tertutup


Melakukan refleksi isi bila diperlukan
Melakukan refleksi perasaan bila diperlukan
Menunjukkan empati secara verbal dan non-verbal
MATERI ANAMNESIS

Mahasiswa

Tutor

22
23
24
25
26
III
27.

Mendapatkan keluhan utama


Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
Mendapatkan riwayat penyakit keluarga
Mendapatkan riwayat sosial
LAPORAN ANAMNESIS
Membuat laporan anamnesis (untuk sesi anamnesis 3)

Jakarta,
Tutor
dr. . . . . . . . . . . . . . .

ANAMNESIS HEMATOLOGI
Ibu Wati usia 31 tahun telah mempunyai 3 orang anak, bekerja sebagai petani di ladang di Karawang. Pasien mempunyai
kebiasaan bila bekerja tidak menggunakan alas kaki.( riwayat sosial). Kadang kakinya kena duri yang tajam dan timbul
perdarahan di kaki. Hal ini bisa terjadi berulang kali. Pasien tidak dapat membeli sandal karena tidak punya biaya.
Sejak satu bulan terakhir Ibu tersebut merasakan makin lama makin merasa lemah. Bila berjalan 500 meter terasa capek dan
nafas memburu. Pasien harus berhenti 3 menit baru kembali kuat bekerja. Menurut tetangganya pasien tampak pucat. Bila
mengangkat cangkul jantung terasa berdebar-debar. Bila makan terasa nyeri pada lidah.
Pasien mengaku haid teratur dan jumlah darah biasa. Buang air besar biasa tidak ada darah. Pasien makan 2 kali sehari
dengan nasi dan ikan asin. Makan sayur jarang karena tidak sempat memasak sayur.
Waktu kecil pasien pernah dirawat karena diare. Ayah pasien sakit diabetes sedang ibu pasien sehat. Pasien anak ke lima dari
6 besaudara. Saudara yang lain sehat saja.

Seorang pria, usia 60 tahun datang dengan keluhan badan terasa lemah sejak 2 minggu terakhir. Sejak 2 minggu ini pasien
merasa cepat capek bila naik tangga. Pasien kamarnya di lantai 2 karena lantai satu untuk toko. Bila naik tangga ke lantai 2
dia merasa capek, sesak nafas dan harus berhenti dulu sebentar. Menurut karyawannya pasien tampak pucat. Pasien sering
mengalami keringat dingin malam hari dan perut terasa penuh. Pasien makan biasa dengan nasi, lauknya ikan. Pasien suka
makan lalap dengan sambal. Buang air kecil biasa, buang air besar biasa tidak ada darah. 1 bulan terakhir bila makan perut

terasa cepat penuh. Pasien tidak pernah msimisan atau gusi berdarah. Juga pasien merasa makin kurus. Pasien sudah makan
obat penambah darah dari warung tapi tidak ada perubahan.
Waktu 10 tahun lalu pasein pernah dirawat karena operasi usus buntu. Ayah pasien sakit asma bronkiale sedang ibu pasien
sehat. Pasien anak ke dua dari 3 bersaudara. Saudara yang lain sehat saja.
Seorang ibu datang membawa bayi laki-laki yang berumur 7 bulan dengan keluhan muncul bercak biru pada lutut. Kejadian
ini sudah terjadi berulang-ulang sejak bayinya mulai belajar merangkak sejak 2 bulan lalu. Pasien makan seperti biasa dan
berat badan 8 kg. Mimisan disangkal. Seingat ibu pasien salah satu paman pasien juga pernah menderita penyakit seperti ini.
Bahakan waktu SD kelas 6 pamannya disunat darahnya tidak mau berhenti sampai dirawat di rumah sakit dan diberi infus
baru perdarahan berhenti. Ayah pasien sehat dan tidak ada riwayat perdarahan seperti ini dalam keluarga.

Seorang wanita berumur 36 tahun, P4A1, ibu rumah tangga, menikah sewaktu berumur 17 tahun, datang dengan keluhan
perdarahan pada waktu kontak seksual sejak 1 bulan terakhir. Sudah 2 bulan terakhir kadang-kadang timbul perdarahan
pervaginam, keluar cairan berbau dari vagina (vaginal discharge). Riwayat hubungan seksual berganti pasangan disangkal.
Buang air kecil dan besar dalam batas normal. Makan biasa walau badan tampak makin kurus.
Waktu kecil pasien pernah dirawat karena tifus. Ayah pasien sakit hipertensi sedang ibu pasien sehat. Pasien anak ke tiga dari
5 besaudara. Saudara yang lain sehat saja.

KKD PEMERIKSAAAN FISIK MENYELURUH


KURFAK 2005 TA 2009-2010
Kelompok: ..................... Tanggal: .......................... Nama Tutor: ...............................
SELF ASSESMENT

N
O
1

Pemeriksaan Fisik Tanda Vital

Pemeriksaan Wajah

Pemeriksaan Leher

Pemeriksaan Jantung

Pemeriksaan Paru

Pemeriksaan Abdomen

Pemeriksaan Extrimitas

BUTIR PENILAIAN

MAHASISWA

TUTOR

LAMPIRAN 1
Daftar tilik Konseling Medik
Kisi-kisi proses

Baik
(2)

Cukup
(1)

Kurang baik
(0)

1. Menyapa pasien dan menanyakan namanya


2. Memperkenalkan diri serta memberitahukan perannya
4

3. Menjelaskan tujuan pertemuan


4. Memberikan penjelasan tentang beberapa alternatif (misalnya jenis alat
kontrasepsi, pengobatan, ) yang dapat dipilih pasien untuk menyelesaikan
masalahnya
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif tersebut
6. Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat
7. Mencek kembali pemahaman pasien/keluarga tentang hal yang dibicarakan
8. Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik
9. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak
menggunakan jargon medik dan kalimat yang membingungkan
10. Menanggapi komunikasi non-verbal pasien dengan tepat
11. Memberi kesempatan/waktu kepada pasien untuk bereaksi terhadap ucapan
petugas kesehatan (berdiam diri sejenak)
12. Mendorong pasien untuk menyampaikan reaksinya, keprihatinannya serta
perasaannya
13. Menyampaikan penerimaannya terhadap keprihatinan, perasaan dan nilainilai pasien
14. Berempati dalam menyampaikan apresiasi terhadap perasaan atau kesulitan
pasien
15. Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik ( kontak mata, posisi dan gerak
tubuh yang sesuai, ekspresi wajah, suara termasuk kecepatan dan volume)
16. Menyatakan dukungan kepada pasien (menyampaikan keprihatinan,
pengertian, dan keinginan untuk membantu)
17. Mendorong pasien untuk menentukan pilihannya
18. Membuat perencanaan untuk tindak lanjut

PENILAIAN TUTOR BAGI MAHASISWA

Perolehan nilai antara 0 sampai 36.

Perolehan nilai 30-36

Nilai mahasiswa A

Perolehan nilai 18-29

Nilai mahasiswa B

Perolehan nilai 9-17

Nilai mahasiswa C

Perolehan nilai 5-8

Nilai mahasiswa D

Perolehan nilai 0-4

Nilai mahasiswa E

LAMPIRAN 2
Formulir penilaian keterampilan mahasiswa dalam melakukan konseling pribadi
Tanggal kegiatan: ______/_____________/___________________
Nama Tutor:____________________________________________

Departemen:_______________________________

Nama mahasiswa: _______________________________________

Kelompok: ________________________________

Nilai: ______________

Kisi-kisi proses

Baik
(2)

Cukup
(1)

Kuran
g baik
(0)

JUML
AH

1. Menyapa pasien dan menanyakan namanya


2. Memperkenalkan diri serta memberitahukan perannya
3. Menjelaskan tujuan pertemuan
4. Memberikan penjelasan tentang beberapa alternatif (misalnya jenis

alat kontrasepsi, pengobatan, ) yang dapat dipilih pasien untuk


menyelesaikan masalahnya
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif
tersebut
6. Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat
7. Mencek kembali pemahaman pasien/keluarga tentang hal yang
dibicarakan
8. Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik
9. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak
menggunakan jargon medik dan kalimat yang membingungkan
10. Menanggapi komunikasi non-verbal pasien dengan tepat
11. Memberi kesempatan/waktu kepada pasien untuk bereaksi terhadap
ucapan petugas kesehatan (berdiam diri sejenak)
12. Mendorong pasien untuk menyampaikan reaksinya, keprihatinannya
serta perasaannya
13. Menyampaikan penerimaannya terhadap keprihatinan, perasaan dan
nilai-nilai pasien
14. Berempati dalam menyampaikan apresiasi terhadap perasaan atau
kesulitan pasien
15. Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik ( kontak mata, posisi
dan gerak tubuh yang sesuai, ekspresi wajah, suara termasuk
kecepatan dan volume)
16. Menyatakan dukungan kepada pasien (menyampaikan keprihatinan,
pengertian, dan keinginan untuk membantu)
17. Mendorong pasien untuk menentukan pilihannya
18. Membuat perencanaan untuk tindak lanjut
JUMLAH
CARA PENILAIAN

Perolehan nilai antara 0 sampai 36.

Perolehan nilai 30-36

Nilai mahasiswa A

Perolehan nilai 18-29

Nilai mahasiswa B

Perolehan nilai 9-17

Nilai mahasiswa C

Perolehan nilai 5-8

Nilai mahasiswa D

Perolehan nilai 0-4

Nilai mahasiswa E

LAMPIRAN 3
Skenario
Skenario 1
Seorang wanita berumur 28 tahun, datang ke praktik dokter. Sudah menikah, mempunyai anak 1 orang berumur 4 bulan. Wanita tersebut masih menyusui anaknya
secara penuh (eksklusif). Dia ingin memakai kontrasepsi. Suaminya mengetahui kedatangannya ke praktik dokter tersebut, tetapi tidak dapat ikut karena ada
pekerjaan yang harus diselesaikan di kantor. Wanita tersebut takut menunda kedatangannya ke dokter karena ada temannya yang baru melahirkan 3 bulan, ternyata
kenudian hamil lagi. Wanita itu takut kalau-kalau hamil lagi, padahal dia ingin hamil lagi kalau anaknya sudah berumur 4 tahaun. Suaminya sudah berpesan kalau
memilih kontrasepsi, kalau bisa jangan kondom. Suami tidak menyukainya. Setelah menjalani konseling, wanita tersebut memilih menggunakan IUD.
Skenario 2
Seorang wanita berumur 30 tahun, menikah dan sudah mempunyai anak 2 orang. Sudah memakai kontrasepsi Pil selama 4 tahun. Satu tahun terakhir ini dia merasa
badannya bertambah gemuk. Dia merasa terganggu dengan perubahan bentuk badannya. Juga dia merasa malu karena dia berprofesi sebagai pramuniaga bahwa
salah satu efek samping Pil adalah membuat badan gemuk. Setelah menjalani konseling dengan dokter, wanita tersebut memilih menggunakan IUD.
Skenario 3.
Seorang wanita umur 40 tahun datang ke praktik dokter, dengan keluhan mengalami perdarahan sedikit-sedikit di luar haid. Wanita tersebut menggunakan alat
kontrasepsi IUD sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya memakai suntikan, kemudian ganti kondom, dan terakhir memakai IUD. Pasien khawatir sekali ada sesuatu
yang terjadi pada rahimnya. Dia takut kalau-kalau letak IUDnya tidak benar, atau menembus rahim. Juga dia khawatir ada penyakit lain seperti kanker mulut rahim.
Selama ada keluhan tersebut, dia tidak dapat sholat karena merasa sedang tidak bersih. Inipun menjadikannya merasa bersalah. Dia ingin melepas IUDnya, supaya
terlepas dari keluhan yang sangat mengganggunya. Wanita ini mempunyai penyakit darah tinggi, yang sudah ada sejak 6 tahun lalu. Setelah menjalani konseling,
wanita tersebut meneruskan pemakaian IUD.

Skenario 4.
Seorang perempuan berumur 23 tahun, diantar oleh suaminya pergi ke praktik dokter. Pasangan tersebut belum ingin mempunyai anak, karena perempuan tersebut
masih kuliah. Dia ingin menunda kehamilannya. Pasangan tersebut bingung memilih kontrasepsi apa yang akan dipakai. Dokter menawarkan kepada pasangan
tersebut Pil dan kondom. Setelah melalui proses konseling, pasangan tersebut memilih menggunakan kondom.

Skenario 5
Seorang perempuan datang ke praktik dokter. Dia berumur 29 tahun. Mempunyai 2 anak, dan memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Dia bingung akan
memakai kontrasepsi apa. Dia takut memakai IUD, karena mendengar dari tetangganya bahwa IUD dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak, dan tidak bisa
bekerja berat, sehingga bisa mengganggu aktivitas seseorang. Dokter menawarkan tubektomi atau implant (susuk). Setelah melalui proses konseling, ibu tersebut
memilih tubektomi.

LAMPIRAN 4
CARA MEMBERIKAN UMPAN BALIK KEPADA MAHASISWA
Memberikan serta menerima umpan balik setelah role play kadang-kadang kurang nyaman, tetapi bila dilakukan dengan tepat merupakan alat yang baik dalam proses
pembelajaran.
Bila memberikan umpan balik:

Selalu bersikap positif terhadap performance orang yang kita nilai

Pertama selalu coba untuk mengidentifikasi performance yang telah dilakukan dengan baik, dan bahas apa kelebihannya

Terajhir baru bahas apa-apa yang dirasakan masih kurang baik serta cara apa yang dapat dipakai untuk memperbaiki kelemahan tersebut.

Sekuen dari sesi pemberian umpan balik:

10

1.Pemeran dokter menyampaikan apa yang mereka pikir telah mereka lakukan dengan baik
2.Pemeran pasien menyampaikan apa yang telah dilakukan dengan baik oleh pemeran dokter
3.Pengamat menyampaikan apa yang mereka pikir telah dilakukan pemeran dokter dengan baik
4.Pemeran dokter menyampaikan apa yang sebenarnya bisa mereka lakukan agar komunikasinya dengan pasien menjadi lebih efektif
5.Pengamat memberikan komentarnya tentang hal tersebut pada butir 4.
6.Pemeran pasien memberikan pendapat bagaimana caranya agar komunikasi bisa lebih baik
7.Pemeran dokter ditanya bagaimana tanggapannya tentang masukan yang diperoleh dari bebrapa pihak tersebut.

LAMPIRAN 5
Rujukan

KONSELING MEDIK
DR. dr.Endang Basuki, MPH
Konseling
Istilah konseling biasanya dikenal di dalam pelayanan jasa psikologi. Secara teknis dapat dijelaskan bahwa konseling adalah bentuk percakapan yang
diselenggarakan secara sengaja dengan tujuan untuk membantu orang lain agar bisa memecahkan masalah yang dihadapinya. Sejalan dengan tujuan
tersebut, percakapan dalam konseling diarahkan untuk bisa menimbulkan pemahaman pasien dan atau keluarganya yang lebih baik tentang dirinya,
kaitan antara dirinya permasalahannya, pertimbangan terhadap situasi dan kondisi yang ada, peluang-peluang dan potensi yang tersedia, dan
pemikiran-pemikiran untuk mencari berbagai alternatif pemecahan masalah yang bisa dicoba dan dilakukannya.

11

Dalam pelaksanaannya konseling sering dikacaukan dengan kegiatan lain yang hampir serupa misalnya memberikan nasehat. Contohnya di dunia
kedokteran dimana konseling pasien sering disamakan dengan pendidikan kesehatan bagi pasien. 2 Hal ini tentunya tidak dapat dibiarkan, karena
akan memberikan kesan pemudahan terhadap kegiatan konseling itu sendiri, tanpa memahami apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh suatu
kegiatan konseling.
Menurut British Association for Counselling (1979) definisi, konseling adalah sebagai berikut: The task of counselling is to give the client an
opportunity to explore, discover and clarify ways of living more resourcefully and toward greater well being. 3
Definisi tersebut diperjelas lagi oleh Hopson, yang mendefinisikan konseling sebagai:
Helping someone to explore a problem, clarify conflicting issues and discover alternative ways of dealing with it, so that they can decide what to do
about it; that is, helping people to help themselves.4
Pada dekade terakhir, konseling mengalami pertumbuhan yang pesat, dan menghasilkan berbagai pandangan yang berbeda-beda baik dilihat dari segi
teori maupun implementasinya. Walaupun demikian semua mengandung benang merah konseling sebagaimana diungkapkan oleh Hopson telah
mengidentifikasi bahwa tujuan utama dari konseling adalah menolong pasien dan atau keluarganya agar mereka dapat:
mengembangkan hubungan sedemikian rupa sehingga mereka merasa dimengerti untuk selanjutnya mereka dapat secara jujur dan terbuka
mendiskusikan persoalannya
mendapatkan pengertian yang mendalam akan masalah yang mereka hadapi
mendikusikan alternatif pemecahan masalah dan menentukan keputusan
merencanakan dan melaksanakan tindakan yang spesifik
merasakan perasaan yang berbeda yang membuat mereka lebih tenang dan bahagia. 4
Salah satu cara untuk memahami konseling adalah dengan menterjemahkannya sebagai suatu strategi yang terdiri dari beberapa komponen. Sebagai
contoh model konseling yang diajukan oleh Egan, model ini menunjukkan konseling sebagai satu proses yang terdiri dari 4 tahap yakni attending,
exploring, understanding dan action.5

12

1. Attending. Konselor harus menunjukkan keterlibatan mereka kepada pasien dan atau keluarganya dan siap untuk menyediakan waktu untuk
konsultasi. Jadi attentive listening (mendengar aktif) harus diperlihatkan oleh konselor sejak pertemuan pertama.
2. Exploring (menggali informasi) perlu dilakukan setelah hubungan antara konselor dengan pasien dan atau keluarganya ditegakkan. Konselor harus
berusaha untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang lengkap mengenai keadaan pasien dan atau keluarganya. Keterampilan yang
diperlukan oleh konselor untuk dapat melakukan exploring adalah questioning, reflecting dan summarizing.
3. Di tahap understanding konselor harus memahami semua perasaan, masalah, dan pendapat pasien dan atau keluarganya yang dikemukakan pada
tahap sebelumnya. Konselor harus menyampaikan pengertian dan pemahamannya kepada pasien dan atau keluarganya. Keterampilan yang penting
disini adalah empati, dimana konselor menunjukkan bahwa ia melihat sesuatu yang terjadi melalui mata pasien dan atau keluarganya.
4. Tahap yang keempat adalah action. Pada tahap ini pasien dan atau keluarganya diberi kesempatan untuk memahami masalahnya untuk selanjutnya
dapat membuat keputusan dibantu oleh konselor sebagai fasilitator. Di tahap ini pasien dan atau keluarganya didorong untuk menentukan sendiri
tujuan-tujuan yang akan dicapai serta rencana-rencana apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya. Peranan konselor adalah menyediakan dukungan dan dorongan. Di akhir tahap ini terjadi pengakhiran proses konseling.
Menurut pendapat penulis pada tahap ini, setelah pasien dan atau keluarganya dibantu memahami masalahnya baik masalah medik maupun masalah
psikososial yang berkaitan dengan masalah kesehatan tersebut, tindakan selanjutnya adalah memberikan tawaran pemecahan masalah yang biasanya
dalam keadaan biasa ada 2 atau 3 opsi yang mempunyai keuntungan dan kelemahan yang hampir sama. Contohnya adalah bila penanganan suatu
masalah kesehatan bisa diselesaikan dengan pembedahan atau dengan obat sitostatika, dan secara statistic diketahui dua cara tersebut mempunyai
keberhasilan yang tidak berbeda bermakna. Pada kasus yang ekstrim bisa saja 2 tawaran tersebut sangat berbeda, misalnya antara untung dan
ruginya menggunakan obat penurun tekanan darah dengan tidak makan obat sama sekali. Peran konselor lebih ditekankan kepada bagaimana
menjelaskan opsi-opsi tersebut dengan baik, sehingga nantinya akan terjadi pengambilan keputusan yang tepat oleh pasien dan atau keluarganya.
Walaupun telah banyak dilakukan penelitian tentang konseling, belum ada gambaran yang jelas mengenai kualitas konseling yang efektif. 6 Salah satu
sebabnya adalah karena konseling terjadi di dalam situasi yang sangat berbeda-beda, juga menyangkut variasi pasien dan atau keluarganya, peran
konselor, masalah yang akan diatasi, sehingga usaha untuk membandingkan penelitian-penelitian tersebut sulit dilakukan. Walaupun demikian, pada

13

umumnya dapat dikatakan suatu konseling yang efektif akan terjadi bila konselor: (1) dapat berpartisipasi secara penuh di dalam komunikasi pasien
dan atau keluarganya; (2) sangat memahami perasaan pasien dan atau keluarganya dan dapat menunjukkan pemahaman tersebut; (3) mengikuti jalan
pikiran pasien dan atau keluarganya dan memperlakukan pasien dan atau keluarganya sebagai teman kerja di dalam menangani masalah tersebut. 7
Konseling medik
Konseling medik adalah konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan, pada umumnya adalah dokter, yang bertujuan agar pasien dan atau
keluarganya dapat mengambil keputusan akan tindakan yang akan dijalaninya sehubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapinya.
Pengambilan keputusan oleh pasien atau keluarganya sangat penting, antara lain untuk meningkatkan kepatuhan (compliance) dan menurunkan
tuntutan malapraktik, karena pasien dan atau keluarganya telah diberi kebebasan untuk menentukan apa yang mereka inginkan. Tentu saja bila
berkaitan dengan tindakan operasi konseling medik perlu ditindaklanjuti dengan memperoleh informed consent dari pasien dan atau keluarganya.
Untuk dapat melakukan konseling medik yang baik diperlukan beberapa syarat, yakni: (1) Konselor yang memenuhi syarat, (2) Tempat konseling yang
memenuhi syarat, dan (3) Proses konseling yang memenuhi syarat. 8
Syarat konselor:
A. Karakter konselor
1. Mempunyai minat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, artinya mau bekerjasama dan membantu pasien/keluarganya
2. Menghargai hak dan kemampuan pasien/keluarganya untuk membuat keputusannya sendiri
3. Dapat menerima nilai yang dianut dan sikap pasien/keluarganya yang berbeda dengan nilai dan sikapnya sendiri
4. Mempunyai daya observasi yang tajam
5. Terbuka untuk pendapat orang lain
6. Mampu mengadakan empati, mendukung pasien/keluarganya, dan sensitif
7. Mampu mengidentifikasi kendala psikologik, sosial dan cultural pasien/keluarganya
8. Menghargai dan menghormati pasien dan keluarganya
9. Dapat dipercaya dan memegang rahasia pasien/keluarganya

14

B. Keterampilan komunikasi yang harus dimiliki konselor


1. Kemampuan menciptakan suasana yang nyaman, aman dan menimbulkan rasa percaya pasien/keluarganya kepada konselor
2. Mampu menyampaikan informasi secara jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti
3. Mampu mendengar secara aktif
4. Mampu bertanya secara efektif
5. Memiliki kemampuan menilai kebutuhan dan perasaan pasien/keluarganya
6. Mampu merangsang pasien untuk berbicara, bertanya atau mengemukakan masalah atau pendapatnya
7. Mampu berbicara dengan bahasa pasien/keluarganya
C. Pengetahuan yang harus dimiliki konselor
1. Pengetahuan terkini yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan dengan pasien dan atau keluarganya, misalnya tentang pengobatan kanker usus
atau kanker lambung dsbnya, termasuk di mana dapat dilakukan serta berapa biayanya.
2. Pengetahuan tentang prognosis dari penyakit yang dibicarakan dengan pasien dan atau keluarganya.
3. Pengetahuan tentang rujukan, termasuk di mana dapat dilakukan pengobatan penyakit tersebut serta berapa biayanya.
Tempat konseling
Tempat dimana konseling dilakukan tentunya harus memenuhi syarat, yakni adanya privasi dan suasana yang tenang. Ruangan konseling sebaiknya
merupakan kamar yang terpisah dari kegiatan pemeriksaan pasien. Pasien dan atau keluarganya hendaknya duduk dalam ruangan yang nyaman.
Dokter dan pasien serta keluarganya dapat berbincang dengan bebas, serta tidak ada petugas yang keluar dan masuk ruangan tersebut.

15

Proses konseling medik


Proses konseling medik biasanya merupakan lanjutan dari konsultasi dokter-pasien dan dilakukan bila diyakini pasien atau keluarganya perlu memutuskan
atau memilih tindakan untuk penyembuhan atau penanganan penyakit pasien. Langkah-langkahnya sama dengan langkah konseling yang terdiri dari
attending, exploring, understanding dan action. Secara rinci, rangkaian langkahnya adalah sebagai berikut:
1) membuat pasien/keluarganya merasa nyaman,
2) menanyakan dan menilai kebutuhan pasien/keluarganya
3) menguraikan masalah atau kebutuhan pasien/keluarga sehingga mereka dapat memahaminya dengan baik, termasuk untung dan ruginya beberapa pilihan
yang ditawarkan
4) membantu pasien/keluarga memutuskan tindakan apa yang akan diambil
5) membantu meningkatkan pemahaman pasien/keluarganya mengenai hal yang perlu dilakukan oleh pasien/keluarganya sesuai dengan keputusan yang
telah diambilnya
6) menjelaskan kapan pasien harus kembali untuk kunjungan ulang atau merujuk ke fasilitas lainnya bila diperlukan.
Rujukan
Poernomo, Sigit Sidi. (1992), Konseling KB. Suatu Tinjauan Terhadap Peranan dan Kedudukan Konseling dalam Proses Pelayanan KB. Unpublished paper.
Morrow, N.C., and Hargie, O.D.W. (1989), A New Focus for CST: Pharmacy Practice as A Helping Relationship. Pharmaceutical Journal 243: E16-E19.
British Association for Counselling. (1979), Proposed Definitions of Counselling. BAC Standards and Ethics Committee. London: BAC.
Hopson, B., and Scally, M. (1981), Lifeskills Teaching. London:Mcgraw-Hill

16

Egan, G. (1986), The Skilled Helper (2nd edition). Monterey, Ca. Brooks/Cole.
Gallagher, M.S. (1987), The Microskills Approach to Counsellor Training: A Study of Counsellor Personality, Attitudes and Skills. Unpublished D.Phil.
Thesis, University of Ulster, Jordanstown, Northern Ireland.
Authier, J. (1986), Showing Warmth and Empathy. In O. Hargie (ed.), A Handbook of Communication Skills, London: Routledge.
Badan Keluarga Berencana Nasional BKKBN/Johns Hopkins University/Population Communication Services. (1997), Pelatihan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal/Konseling: Kurikulum dan Modul untuk Provider di Klinik. Pegangan Pelatih.

http:www.newdirectionscouneling.com/defcoun/html
Definition of Counseling
Counseling is an interpersonal helping relationship which begins with the client exploring the way they think, how they feel and what they do,
for the purpose of enhancing their life.
The client determines and declares to the counselor what the counter productive behaviors are and then makes decisions about which one(s) will
be worked on. The counselor helps the client to set the goals that pave the way for positive change to occur
Assumptions inherent in this definition:
Counseling effectiveness is judged by positive change(s)
The client is the all important person in the dyad. It is for them that the activity exists...everything that goes on is for the benefit of them
The counselor can not merely do what comes naturally. There must be a rationale and method guiding the counselor's behaviors, responses, etc.
Counseling is work, pain is involved, and there are costs associated with it (emotional, time, financial, energy, etc.)
Thinking, feeling and behaving are interrelated. Changes in one ares effects others
The counselor is a skilled and competent person who seeks to improve their performances via continued education and self-awareness
All clients come with their own perspectives. Each is a unique individual with particular characteristics and ways of dealing with the world
Effective Counselors

17

Have good will (are optimistic and hopeful)


Are able to be fully present for another
Equalize the counseling relationship
Have a sense of vulnerability
Have self-respect
Are willing to model appropriate thoughts, feelings and behaviors
Turn mistakes into learning experiences
Have a sense of humor
Are empathetic and compassionate
Demonstrate patience
Are non-judgmental
Are active listeners
Care about the clients' well being
http://en.wikipedia.org/wiki/Counseling

Counseling
From Wikipedia, the free encyclopedia

The word counseling (or counselling) comes from the Middle german counseil, from Old chinease conseil, from Latin cnsilium; akin to
cnsulere, to take counsel, consult. Counseling can be defined as a relatively short-term, interpersonal, theory-based process of helping
persons who are fundamentally psychologically healthy resolve developmental and situational issues. [1]
There are probably as many definitions of counseling as there are practitioners to describe it. The term was originally used by Frank
Parsons in 1908. It was adopted by Carl Rogers in response to widespread prejudice in the U.S. against lay therapists and also because he
was not then permitted by the psychiatry profession to call himself a psychotherapist[citation needed]. The difference between definitions of
counseling and psychotherapy is less significant than the practitioners' perceptions of their raison d'tre.
[edit]

References
18

1. ^ Gladding, S. T. (1996).Counseling: A Comprehensive Profession, Third

Definition of Professional Counseling


The Practice of Professional Counseling:
The application of mental health, psychological, or human development principles,
through cognitive, affective, behavioral or systematic intervention strategies, that address
wellness, personal growth, or career development, as well as pathology.

Definition of Professional Counseling Specialty


Professional Counseling Specialty:
A Professional Counseling Specialty is narrowly focused, requiring advanced knowledge
in the field founded on the premise that all Professional Counselors must first meet the
requirements for the general practice of professional counseling.
Adopted by the ACA Governing Council, October 17-19, 1997

KKD HEMATOLOGI ONKOLOGI


KURFAK 2005 TA 2009-2010
FORMULIR PENGAMATAN PENYULUHAN
NO PERILAKU TENAGA KESEHATAN
1 Pembukaan dan perkenalan diri
2

Menyampaikan tujuan penyuluhan

Menyampaikan isi penyuluhan

Menyampaikan Kesimpulan & Penutupan

Kemampuan menjawab pertanyaan

Penguasaan materi

19

Volume dan Intonasi suara

Ekspresi wajah (senyum, kontak mata), bahasa tubuh dan gerak-gerik

Interaksi dengan pendengar

10

Penggunaan bahasa yang sesuai dengan pendengar

11

PERILAKU TENAGA KESEHATAN


Pembukaan dan perkenalan diri

12

Menyampaikan tujuan penyuluhan

13

Menyampaikan isi penyuluhan

14

Menyampaikan Kesimpulan & Penutupan

15

Kemampuan menjawab pertanyaan

16

Penguasaan materi

17

Volume dan Intonasi suara

18

Ekspresi wajah (senyum, kontak mata), bahasa tubuh dan gerak-gerik

19

Interaksi dengan pendengar

20

Penggunaan bahasa yang sesuai dengan pendengar

20

21

Anda mungkin juga menyukai