SELF ASSESMENT
Nama Mahasiswa
: ..................................
NPM
: ..................................
Kelompok
: ..................................
No
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kompetensi
TEHNIK KOMUNIKASI
Menyapa pasien
Menyambut pasien sambil berdiri
Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien
Menunjukkan wajah ramah
Menyilakan pasien duduk
Berbasa-basi
Mendapatkan nama
8.
9
10.
11.
12
13.
14.
15.
16.
Mendapatkan umur
Mendapatkan pendidikan
Mendapatkan suku
Mendapatkan status pernikahan
Mendapatkan alamat
Suara ramah, vokal jelas, kecepatan cukup, volume cukup
Sikap tubuh condong ke depan, kaki tidak bersilang
Kontak mata dipertahankan 70%
Tidak melakukan gerakan/ hal-hal yang tak
17.
18
19
20.
21
II
Mahasiswa
Tutor
22
23
24
25
26
III
27.
Jakarta,
Tutor
dr. . . . . . . . . . . . . . .
ANAMNESIS HEMATOLOGI
Ibu Wati usia 31 tahun telah mempunyai 3 orang anak, bekerja sebagai petani di ladang di Karawang. Pasien mempunyai
kebiasaan bila bekerja tidak menggunakan alas kaki.( riwayat sosial). Kadang kakinya kena duri yang tajam dan timbul
perdarahan di kaki. Hal ini bisa terjadi berulang kali. Pasien tidak dapat membeli sandal karena tidak punya biaya.
Sejak satu bulan terakhir Ibu tersebut merasakan makin lama makin merasa lemah. Bila berjalan 500 meter terasa capek dan
nafas memburu. Pasien harus berhenti 3 menit baru kembali kuat bekerja. Menurut tetangganya pasien tampak pucat. Bila
mengangkat cangkul jantung terasa berdebar-debar. Bila makan terasa nyeri pada lidah.
Pasien mengaku haid teratur dan jumlah darah biasa. Buang air besar biasa tidak ada darah. Pasien makan 2 kali sehari
dengan nasi dan ikan asin. Makan sayur jarang karena tidak sempat memasak sayur.
Waktu kecil pasien pernah dirawat karena diare. Ayah pasien sakit diabetes sedang ibu pasien sehat. Pasien anak ke lima dari
6 besaudara. Saudara yang lain sehat saja.
Seorang pria, usia 60 tahun datang dengan keluhan badan terasa lemah sejak 2 minggu terakhir. Sejak 2 minggu ini pasien
merasa cepat capek bila naik tangga. Pasien kamarnya di lantai 2 karena lantai satu untuk toko. Bila naik tangga ke lantai 2
dia merasa capek, sesak nafas dan harus berhenti dulu sebentar. Menurut karyawannya pasien tampak pucat. Pasien sering
mengalami keringat dingin malam hari dan perut terasa penuh. Pasien makan biasa dengan nasi, lauknya ikan. Pasien suka
makan lalap dengan sambal. Buang air kecil biasa, buang air besar biasa tidak ada darah. 1 bulan terakhir bila makan perut
terasa cepat penuh. Pasien tidak pernah msimisan atau gusi berdarah. Juga pasien merasa makin kurus. Pasien sudah makan
obat penambah darah dari warung tapi tidak ada perubahan.
Waktu 10 tahun lalu pasein pernah dirawat karena operasi usus buntu. Ayah pasien sakit asma bronkiale sedang ibu pasien
sehat. Pasien anak ke dua dari 3 bersaudara. Saudara yang lain sehat saja.
Seorang ibu datang membawa bayi laki-laki yang berumur 7 bulan dengan keluhan muncul bercak biru pada lutut. Kejadian
ini sudah terjadi berulang-ulang sejak bayinya mulai belajar merangkak sejak 2 bulan lalu. Pasien makan seperti biasa dan
berat badan 8 kg. Mimisan disangkal. Seingat ibu pasien salah satu paman pasien juga pernah menderita penyakit seperti ini.
Bahakan waktu SD kelas 6 pamannya disunat darahnya tidak mau berhenti sampai dirawat di rumah sakit dan diberi infus
baru perdarahan berhenti. Ayah pasien sehat dan tidak ada riwayat perdarahan seperti ini dalam keluarga.
Seorang wanita berumur 36 tahun, P4A1, ibu rumah tangga, menikah sewaktu berumur 17 tahun, datang dengan keluhan
perdarahan pada waktu kontak seksual sejak 1 bulan terakhir. Sudah 2 bulan terakhir kadang-kadang timbul perdarahan
pervaginam, keluar cairan berbau dari vagina (vaginal discharge). Riwayat hubungan seksual berganti pasangan disangkal.
Buang air kecil dan besar dalam batas normal. Makan biasa walau badan tampak makin kurus.
Waktu kecil pasien pernah dirawat karena tifus. Ayah pasien sakit hipertensi sedang ibu pasien sehat. Pasien anak ke tiga dari
5 besaudara. Saudara yang lain sehat saja.
N
O
1
Pemeriksaan Wajah
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan Paru
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Extrimitas
BUTIR PENILAIAN
MAHASISWA
TUTOR
LAMPIRAN 1
Daftar tilik Konseling Medik
Kisi-kisi proses
Baik
(2)
Cukup
(1)
Kurang baik
(0)
Nilai mahasiswa A
Nilai mahasiswa B
Nilai mahasiswa C
Nilai mahasiswa D
Nilai mahasiswa E
LAMPIRAN 2
Formulir penilaian keterampilan mahasiswa dalam melakukan konseling pribadi
Tanggal kegiatan: ______/_____________/___________________
Nama Tutor:____________________________________________
Departemen:_______________________________
Kelompok: ________________________________
Nilai: ______________
Kisi-kisi proses
Baik
(2)
Cukup
(1)
Kuran
g baik
(0)
JUML
AH
Nilai mahasiswa A
Nilai mahasiswa B
Nilai mahasiswa C
Nilai mahasiswa D
Nilai mahasiswa E
LAMPIRAN 3
Skenario
Skenario 1
Seorang wanita berumur 28 tahun, datang ke praktik dokter. Sudah menikah, mempunyai anak 1 orang berumur 4 bulan. Wanita tersebut masih menyusui anaknya
secara penuh (eksklusif). Dia ingin memakai kontrasepsi. Suaminya mengetahui kedatangannya ke praktik dokter tersebut, tetapi tidak dapat ikut karena ada
pekerjaan yang harus diselesaikan di kantor. Wanita tersebut takut menunda kedatangannya ke dokter karena ada temannya yang baru melahirkan 3 bulan, ternyata
kenudian hamil lagi. Wanita itu takut kalau-kalau hamil lagi, padahal dia ingin hamil lagi kalau anaknya sudah berumur 4 tahaun. Suaminya sudah berpesan kalau
memilih kontrasepsi, kalau bisa jangan kondom. Suami tidak menyukainya. Setelah menjalani konseling, wanita tersebut memilih menggunakan IUD.
Skenario 2
Seorang wanita berumur 30 tahun, menikah dan sudah mempunyai anak 2 orang. Sudah memakai kontrasepsi Pil selama 4 tahun. Satu tahun terakhir ini dia merasa
badannya bertambah gemuk. Dia merasa terganggu dengan perubahan bentuk badannya. Juga dia merasa malu karena dia berprofesi sebagai pramuniaga bahwa
salah satu efek samping Pil adalah membuat badan gemuk. Setelah menjalani konseling dengan dokter, wanita tersebut memilih menggunakan IUD.
Skenario 3.
Seorang wanita umur 40 tahun datang ke praktik dokter, dengan keluhan mengalami perdarahan sedikit-sedikit di luar haid. Wanita tersebut menggunakan alat
kontrasepsi IUD sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya memakai suntikan, kemudian ganti kondom, dan terakhir memakai IUD. Pasien khawatir sekali ada sesuatu
yang terjadi pada rahimnya. Dia takut kalau-kalau letak IUDnya tidak benar, atau menembus rahim. Juga dia khawatir ada penyakit lain seperti kanker mulut rahim.
Selama ada keluhan tersebut, dia tidak dapat sholat karena merasa sedang tidak bersih. Inipun menjadikannya merasa bersalah. Dia ingin melepas IUDnya, supaya
terlepas dari keluhan yang sangat mengganggunya. Wanita ini mempunyai penyakit darah tinggi, yang sudah ada sejak 6 tahun lalu. Setelah menjalani konseling,
wanita tersebut meneruskan pemakaian IUD.
Skenario 4.
Seorang perempuan berumur 23 tahun, diantar oleh suaminya pergi ke praktik dokter. Pasangan tersebut belum ingin mempunyai anak, karena perempuan tersebut
masih kuliah. Dia ingin menunda kehamilannya. Pasangan tersebut bingung memilih kontrasepsi apa yang akan dipakai. Dokter menawarkan kepada pasangan
tersebut Pil dan kondom. Setelah melalui proses konseling, pasangan tersebut memilih menggunakan kondom.
Skenario 5
Seorang perempuan datang ke praktik dokter. Dia berumur 29 tahun. Mempunyai 2 anak, dan memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Dia bingung akan
memakai kontrasepsi apa. Dia takut memakai IUD, karena mendengar dari tetangganya bahwa IUD dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak, dan tidak bisa
bekerja berat, sehingga bisa mengganggu aktivitas seseorang. Dokter menawarkan tubektomi atau implant (susuk). Setelah melalui proses konseling, ibu tersebut
memilih tubektomi.
LAMPIRAN 4
CARA MEMBERIKAN UMPAN BALIK KEPADA MAHASISWA
Memberikan serta menerima umpan balik setelah role play kadang-kadang kurang nyaman, tetapi bila dilakukan dengan tepat merupakan alat yang baik dalam proses
pembelajaran.
Bila memberikan umpan balik:
Pertama selalu coba untuk mengidentifikasi performance yang telah dilakukan dengan baik, dan bahas apa kelebihannya
Terajhir baru bahas apa-apa yang dirasakan masih kurang baik serta cara apa yang dapat dipakai untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
10
1.Pemeran dokter menyampaikan apa yang mereka pikir telah mereka lakukan dengan baik
2.Pemeran pasien menyampaikan apa yang telah dilakukan dengan baik oleh pemeran dokter
3.Pengamat menyampaikan apa yang mereka pikir telah dilakukan pemeran dokter dengan baik
4.Pemeran dokter menyampaikan apa yang sebenarnya bisa mereka lakukan agar komunikasinya dengan pasien menjadi lebih efektif
5.Pengamat memberikan komentarnya tentang hal tersebut pada butir 4.
6.Pemeran pasien memberikan pendapat bagaimana caranya agar komunikasi bisa lebih baik
7.Pemeran dokter ditanya bagaimana tanggapannya tentang masukan yang diperoleh dari bebrapa pihak tersebut.
LAMPIRAN 5
Rujukan
KONSELING MEDIK
DR. dr.Endang Basuki, MPH
Konseling
Istilah konseling biasanya dikenal di dalam pelayanan jasa psikologi. Secara teknis dapat dijelaskan bahwa konseling adalah bentuk percakapan yang
diselenggarakan secara sengaja dengan tujuan untuk membantu orang lain agar bisa memecahkan masalah yang dihadapinya. Sejalan dengan tujuan
tersebut, percakapan dalam konseling diarahkan untuk bisa menimbulkan pemahaman pasien dan atau keluarganya yang lebih baik tentang dirinya,
kaitan antara dirinya permasalahannya, pertimbangan terhadap situasi dan kondisi yang ada, peluang-peluang dan potensi yang tersedia, dan
pemikiran-pemikiran untuk mencari berbagai alternatif pemecahan masalah yang bisa dicoba dan dilakukannya.
11
Dalam pelaksanaannya konseling sering dikacaukan dengan kegiatan lain yang hampir serupa misalnya memberikan nasehat. Contohnya di dunia
kedokteran dimana konseling pasien sering disamakan dengan pendidikan kesehatan bagi pasien. 2 Hal ini tentunya tidak dapat dibiarkan, karena
akan memberikan kesan pemudahan terhadap kegiatan konseling itu sendiri, tanpa memahami apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh suatu
kegiatan konseling.
Menurut British Association for Counselling (1979) definisi, konseling adalah sebagai berikut: The task of counselling is to give the client an
opportunity to explore, discover and clarify ways of living more resourcefully and toward greater well being. 3
Definisi tersebut diperjelas lagi oleh Hopson, yang mendefinisikan konseling sebagai:
Helping someone to explore a problem, clarify conflicting issues and discover alternative ways of dealing with it, so that they can decide what to do
about it; that is, helping people to help themselves.4
Pada dekade terakhir, konseling mengalami pertumbuhan yang pesat, dan menghasilkan berbagai pandangan yang berbeda-beda baik dilihat dari segi
teori maupun implementasinya. Walaupun demikian semua mengandung benang merah konseling sebagaimana diungkapkan oleh Hopson telah
mengidentifikasi bahwa tujuan utama dari konseling adalah menolong pasien dan atau keluarganya agar mereka dapat:
mengembangkan hubungan sedemikian rupa sehingga mereka merasa dimengerti untuk selanjutnya mereka dapat secara jujur dan terbuka
mendiskusikan persoalannya
mendapatkan pengertian yang mendalam akan masalah yang mereka hadapi
mendikusikan alternatif pemecahan masalah dan menentukan keputusan
merencanakan dan melaksanakan tindakan yang spesifik
merasakan perasaan yang berbeda yang membuat mereka lebih tenang dan bahagia. 4
Salah satu cara untuk memahami konseling adalah dengan menterjemahkannya sebagai suatu strategi yang terdiri dari beberapa komponen. Sebagai
contoh model konseling yang diajukan oleh Egan, model ini menunjukkan konseling sebagai satu proses yang terdiri dari 4 tahap yakni attending,
exploring, understanding dan action.5
12
1. Attending. Konselor harus menunjukkan keterlibatan mereka kepada pasien dan atau keluarganya dan siap untuk menyediakan waktu untuk
konsultasi. Jadi attentive listening (mendengar aktif) harus diperlihatkan oleh konselor sejak pertemuan pertama.
2. Exploring (menggali informasi) perlu dilakukan setelah hubungan antara konselor dengan pasien dan atau keluarganya ditegakkan. Konselor harus
berusaha untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang lengkap mengenai keadaan pasien dan atau keluarganya. Keterampilan yang
diperlukan oleh konselor untuk dapat melakukan exploring adalah questioning, reflecting dan summarizing.
3. Di tahap understanding konselor harus memahami semua perasaan, masalah, dan pendapat pasien dan atau keluarganya yang dikemukakan pada
tahap sebelumnya. Konselor harus menyampaikan pengertian dan pemahamannya kepada pasien dan atau keluarganya. Keterampilan yang penting
disini adalah empati, dimana konselor menunjukkan bahwa ia melihat sesuatu yang terjadi melalui mata pasien dan atau keluarganya.
4. Tahap yang keempat adalah action. Pada tahap ini pasien dan atau keluarganya diberi kesempatan untuk memahami masalahnya untuk selanjutnya
dapat membuat keputusan dibantu oleh konselor sebagai fasilitator. Di tahap ini pasien dan atau keluarganya didorong untuk menentukan sendiri
tujuan-tujuan yang akan dicapai serta rencana-rencana apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya. Peranan konselor adalah menyediakan dukungan dan dorongan. Di akhir tahap ini terjadi pengakhiran proses konseling.
Menurut pendapat penulis pada tahap ini, setelah pasien dan atau keluarganya dibantu memahami masalahnya baik masalah medik maupun masalah
psikososial yang berkaitan dengan masalah kesehatan tersebut, tindakan selanjutnya adalah memberikan tawaran pemecahan masalah yang biasanya
dalam keadaan biasa ada 2 atau 3 opsi yang mempunyai keuntungan dan kelemahan yang hampir sama. Contohnya adalah bila penanganan suatu
masalah kesehatan bisa diselesaikan dengan pembedahan atau dengan obat sitostatika, dan secara statistic diketahui dua cara tersebut mempunyai
keberhasilan yang tidak berbeda bermakna. Pada kasus yang ekstrim bisa saja 2 tawaran tersebut sangat berbeda, misalnya antara untung dan
ruginya menggunakan obat penurun tekanan darah dengan tidak makan obat sama sekali. Peran konselor lebih ditekankan kepada bagaimana
menjelaskan opsi-opsi tersebut dengan baik, sehingga nantinya akan terjadi pengambilan keputusan yang tepat oleh pasien dan atau keluarganya.
Walaupun telah banyak dilakukan penelitian tentang konseling, belum ada gambaran yang jelas mengenai kualitas konseling yang efektif. 6 Salah satu
sebabnya adalah karena konseling terjadi di dalam situasi yang sangat berbeda-beda, juga menyangkut variasi pasien dan atau keluarganya, peran
konselor, masalah yang akan diatasi, sehingga usaha untuk membandingkan penelitian-penelitian tersebut sulit dilakukan. Walaupun demikian, pada
13
umumnya dapat dikatakan suatu konseling yang efektif akan terjadi bila konselor: (1) dapat berpartisipasi secara penuh di dalam komunikasi pasien
dan atau keluarganya; (2) sangat memahami perasaan pasien dan atau keluarganya dan dapat menunjukkan pemahaman tersebut; (3) mengikuti jalan
pikiran pasien dan atau keluarganya dan memperlakukan pasien dan atau keluarganya sebagai teman kerja di dalam menangani masalah tersebut. 7
Konseling medik
Konseling medik adalah konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan, pada umumnya adalah dokter, yang bertujuan agar pasien dan atau
keluarganya dapat mengambil keputusan akan tindakan yang akan dijalaninya sehubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapinya.
Pengambilan keputusan oleh pasien atau keluarganya sangat penting, antara lain untuk meningkatkan kepatuhan (compliance) dan menurunkan
tuntutan malapraktik, karena pasien dan atau keluarganya telah diberi kebebasan untuk menentukan apa yang mereka inginkan. Tentu saja bila
berkaitan dengan tindakan operasi konseling medik perlu ditindaklanjuti dengan memperoleh informed consent dari pasien dan atau keluarganya.
Untuk dapat melakukan konseling medik yang baik diperlukan beberapa syarat, yakni: (1) Konselor yang memenuhi syarat, (2) Tempat konseling yang
memenuhi syarat, dan (3) Proses konseling yang memenuhi syarat. 8
Syarat konselor:
A. Karakter konselor
1. Mempunyai minat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain, artinya mau bekerjasama dan membantu pasien/keluarganya
2. Menghargai hak dan kemampuan pasien/keluarganya untuk membuat keputusannya sendiri
3. Dapat menerima nilai yang dianut dan sikap pasien/keluarganya yang berbeda dengan nilai dan sikapnya sendiri
4. Mempunyai daya observasi yang tajam
5. Terbuka untuk pendapat orang lain
6. Mampu mengadakan empati, mendukung pasien/keluarganya, dan sensitif
7. Mampu mengidentifikasi kendala psikologik, sosial dan cultural pasien/keluarganya
8. Menghargai dan menghormati pasien dan keluarganya
9. Dapat dipercaya dan memegang rahasia pasien/keluarganya
14
15
16
Egan, G. (1986), The Skilled Helper (2nd edition). Monterey, Ca. Brooks/Cole.
Gallagher, M.S. (1987), The Microskills Approach to Counsellor Training: A Study of Counsellor Personality, Attitudes and Skills. Unpublished D.Phil.
Thesis, University of Ulster, Jordanstown, Northern Ireland.
Authier, J. (1986), Showing Warmth and Empathy. In O. Hargie (ed.), A Handbook of Communication Skills, London: Routledge.
Badan Keluarga Berencana Nasional BKKBN/Johns Hopkins University/Population Communication Services. (1997), Pelatihan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal/Konseling: Kurikulum dan Modul untuk Provider di Klinik. Pegangan Pelatih.
http:www.newdirectionscouneling.com/defcoun/html
Definition of Counseling
Counseling is an interpersonal helping relationship which begins with the client exploring the way they think, how they feel and what they do,
for the purpose of enhancing their life.
The client determines and declares to the counselor what the counter productive behaviors are and then makes decisions about which one(s) will
be worked on. The counselor helps the client to set the goals that pave the way for positive change to occur
Assumptions inherent in this definition:
Counseling effectiveness is judged by positive change(s)
The client is the all important person in the dyad. It is for them that the activity exists...everything that goes on is for the benefit of them
The counselor can not merely do what comes naturally. There must be a rationale and method guiding the counselor's behaviors, responses, etc.
Counseling is work, pain is involved, and there are costs associated with it (emotional, time, financial, energy, etc.)
Thinking, feeling and behaving are interrelated. Changes in one ares effects others
The counselor is a skilled and competent person who seeks to improve their performances via continued education and self-awareness
All clients come with their own perspectives. Each is a unique individual with particular characteristics and ways of dealing with the world
Effective Counselors
17
Counseling
From Wikipedia, the free encyclopedia
The word counseling (or counselling) comes from the Middle german counseil, from Old chinease conseil, from Latin cnsilium; akin to
cnsulere, to take counsel, consult. Counseling can be defined as a relatively short-term, interpersonal, theory-based process of helping
persons who are fundamentally psychologically healthy resolve developmental and situational issues. [1]
There are probably as many definitions of counseling as there are practitioners to describe it. The term was originally used by Frank
Parsons in 1908. It was adopted by Carl Rogers in response to widespread prejudice in the U.S. against lay therapists and also because he
was not then permitted by the psychiatry profession to call himself a psychotherapist[citation needed]. The difference between definitions of
counseling and psychotherapy is less significant than the practitioners' perceptions of their raison d'tre.
[edit]
References
18
Penguasaan materi
19
10
11
12
13
14
15
16
Penguasaan materi
17
18
19
20
20
21