Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Makalah ini mendeskripsikan tipe kepribadian dan mekanisme pertahanan
perempuan dalam menjaga eksistensinya yang digambarkan pengarang dalam
suatu karya sastra. Dalam pembahasannya memberikan gambaran tentang
berbagai tipe kepribadian perempuan mekanisme pertahanan diri dalam upaya
menjaga eksistensi dirinya sebagai seorang perempuan yang dalam hal ini
digambarkan oleh tokoh perempuan dalam suatu karya sastra. Makalah ini juga
memberikan sedikit penjelasan bahwa motif tingkah laku yang nampak pada tokoh
wanita adalah sebagian besar masih menampakan adanya pengaruh dari diri
sendiri dan lingkungannya. Jika dihubungkan dengan latar, cara, dan tujuan
dilakukannya suatu perbuatan atau tindakan, maka dapat melahirkan beberapa
sifat dasar di dalamnya yang memiliki keterkaitan antara perempuan dengan
lingkungannya. Tokoh-tokoh wanita terutama di dalam sebuah karya sastra lebih
menunjukan sikap reaktif. Kelabilan hatinya selalu menjadikan mereka lebih mudah
terpengaruh pada lingkungannya. Perempuan yang cenderung memiliki feminimitas
lebih tinggi memiliki kecenderungan bahwa mereka harus tunduk, patuh dan setia
kepada suaminya. Sedangkan sebaliknya mereka perempuan yang memiliki
pendidikan tinggi bahkan berkedudukan tinggi mereka lebih mengantarkan
kedudukannya dalam mensejajarkan kedudukan antara perempuan dan laki-laki.
Perempuan dalam menjalani fungsinya sebagai istri sudah tidak lagi berperan
sebagai sosok yang memiliki konsep dan perilaku tradisional. Mereka cenderung
menjadi memiliki sikap tidak merasa ketergantungan terhadap suami sehingga
peran yang dijalaninya sebagian besar berfungsi sebagai penompang peran
kedudukan sang suami.
Kata Kunci: Perempuan, Kepribadian, Feminisme, Karya Sastra
PENDAHULUAN
Perbedaan jender telah melahirkan perbedaan peran sosial. Terkadang peran
sosial tersebut dibakukan oleh masyarakat, sehingga tidak ada kesempatan bagi
perempuan atau laki-laki untuk berganti peran.1 Padahal pada hakikatnya Laki-laki
dan perempuan merupakan makhluk Tuhan yang berasal dari jenis manusia yang
sama. Tidak ada superioritas diantara keduanya, hanya saja ada beberapa perbedaan
yang spesifik antara laki-laki dan perempuan yaitu dari segi biologisnya. Dalam
1
Badriyah Fayumi, dkk., Keadilan dan Kesetaraan Jender (Perspektif Islam), Tim
Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama Departemen Agama RI, 2001. 58.
pendapatnya orang Yahudi dan Kristen yang mengatakan bahwa Allah menicptakan
Adam baru kemudian Hawa. Hal ini tidak ada bukti dalam al-quran yang
mengatakan bahwa Adam diciptakan pertama kali dan kemudian Hawa karena
dalam Al-Quran hanya berbicara tentang penciptaan makhluk dalam berpasangan.2
Karena itu tidak ada perbedaan yang cukup signifikan dalam kaitan tersebut.
Dewasa ini, isu perempuan selalu mendapat perhatian, terutama terlahir
dari orang-orang yang memandang dan menganggap perempuan diperlakukan tidak
adil dalam keluarga dan masyarakat. Dalam kaitannya dengan sastra, permasalahan
yang ada tidak terbatas pada keterlibatan perempuan di dalam dunia penciptaan,
kritik maupun sebagai penikmat saja, akan tetapi yang tidak kalah penting adalah
bagaimana sosok perempuan yang direpresentasikan di dalam sebuah teks sastra,
khususnya perbandingan teks yang diciptakan laki-laki dan perempuan. Bahkan
permasalahan yang ada saat ini yang tidak kalah penting adalah bagaimana sosok
perempuan direpresentasikan di dalam sebuah teks sastra.3
Tak sedikit tokoh perempuan yang diposisikan sebagai salah satu tokoh
yang termarjinalisasi bahkan tak kurang yang mengalami diskriminasi secara sosial
di masyarakatnya. Hal tersebut mengakibatkan perempuan mengalami viktimisasi
dengan berbagai label dan stigma yang dikenakan kepadanya. Pada akhirnya
menimbulkan jender sebagai satu istilah yang merupakan konstruk sosial yang
dipahami sebagai suatu sistem relasi sosial antara laki-laki dan perempuan. Dalam
istilah sastra dikenal dengan feminisme, bahkan ada yang disebut dengan kritik
sastra feminis, sebagai suatu disiplin ilmu yang membahas kajian feminisme dalam
karya sastra. Persfektif feminis yang banyak dipakai untuk menunjukkan adanya
hegemoni atas ideologi dominan yang sebenarnya berdampak negatif pada hak
perempuan.4
Pada dasarnya dalam artian umum, perempuan tidak dapat dilepaskan
sepenuhnya dari peran dan fungsinya sebagai seorang ibu. Dalam kedudukannya
sebagai sumber moralitas. Peran ibu dan suara-suara ibu yang selalu memberikan
prinsip-prinsip dasar bagi pembentukan dan pengembangan moral anak. Dalam
kelembagaan misalnya, perempuan menjadi sasaran dalam berbagai praktek dan
kebijakan di dalam masyarakat yang khususnya di dalam masyarakat yang di
dominasi kaum laki-laki. Karena itu bagi perempuan menjadi ibu merupakan
peristiwa biologis, tetapi penghayatan keibuan adalah sublimasi psikologis.5 Hal
tersebut menjadi sesuatu yang lain ketika realisasinya disajikan dalam suatu karya
sastra. Misalnya menyangkut kedudukan perempuan dalam kebebasan dirinya untuk
mengekspresikan diri.
2
Dewasa ini, fenomena kaum perempuan dalam hal bekerja bukan suatu hal
yang aneh lagi di dalam masyarakat Indonesia. Sekarang mereka dapat melakukan
pekerjaan seperti yang dilakukan oleh laki-laki. Bahkan termasuk dapat
berpartisipasi di dalam dunia politik. Sebagai contoh, kini jumlah angkatan kerja di
Indonesia jika ditelusuri, diperkirakan sebesar 125,3 juta pada Februari 2014, atau
naik 5,2 juta dibandingkan Agustus 2013 atau 1,7 juta dibandingkan bulan februari
2013. Tingkat berpatisipasi angkatan kerja diperkirakan sebesar 69,2 persen dan
jumlah orang yang bekerja pada Februari 2014 mencapai 118,2 juta. Peningkatan
partisipasi angkatan kerja ini didorong oleh peningkatan jumlah perempuan di
perkotaan yang masuk dalam angkatan kerja. Dimana tingkat partisipasi angkatan
kerja laki-laki 85,0 persen dan perempuan mencapai 53,4 persen pada Februari
2014.6
Hal tersebut membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dan
kesempatan yang sama dalam memenuhi hak-haknya sebagai seorang individu.
Kepribadian seorang perempuan akan menjadi titik tolak ukuran dalam sebuah
pandangan. Kepribadian yang merupakan bagian dari jiwa yang membangun
kepribadian manusia menjadi satu kesatuan. Ketika memahami kepribadian itu
berarti memahami diri, aku, self, dan memahami manusia dengan seutuhnya.7
Karena itu, tulisan ini akan memberikan sedikit gambaran kepribadian perempuan
berikut mekanisme pertahanannya dalam menjaga eksistensi dirinya, sebagai contoh
kasusnya dari beberapa tokoh perempuan yang disajikan dalam suatu karya sastra.
Mungkin saja akan memiliki kesamaan dengan realita kehidupan pada umunya,
karena karya sastra lahir dari realitas sosial yang terjadi di masyarakat.
PEMBAHASAN
A. Sastra Feminis
Kritik sastra feminis berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an yang
merupakan pembaharuan tradisi pemikiran dan tindakan atas diagnosis terhadap
masalah ketidaksetaraan posisi perempuan dalam masyarakat. Kritik sastra feminis
tersebut digunakan untuk melihat citra perempuan dan usahanya dalam meraih
eksistensinya dalam perspektif sastra.8 Siti Nurul mengutip pendapatnya Sugihastuti
yang mengemukakan bahwa feminisme adalah suatu teori tentang persamaan antara
laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial, atau kegiatan
terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan.
Aquarini juga mengungkapkan bahwa feminisme bukanlah semata-mata milik
Atep Hendang, Perempuan Bekerja dalam Islam, Majalah Tabligh No. 6/XII
Jumadil Akhir-Rajab 1436 H, 31.
7
Ulvadisa Santora, Perjuangan Hidup dan Kemandirian Tokoh Utama dalam Novel
Padang Bulan Karya Andrea Hirata: Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra, Jurnal Skripsi
Universitas Diponegoro, 2012, 6.
8
Siti Nurul Hikmah, Perjuangan Perempuan Mengejar Impian: Sebuah Tinjauan
(Kritik Sastra) Feminisme Eksistensialis Terhadap Novel 9 Matahari Karya Adenita, Jurnal
Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, 2013, 4.
perempuan akan tetapi milik laki-laki. Feminisme hanya memiliki satu tujuan yaitu
mewujudkan adanya keseimbangan dan interelasi gender.9
Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu dalam kritik sastra
yang muncul sebagai respons terhadap berkembang luasnya feminisme di berbagai
penjuru dunia. Sastra feminis pula sebagai salah satu studi sastra yang mengarahkan
fokus analisisnya pada perempuan.10 Beberapa ragam dalam kritik sastra feminis
diantaranya;
1. Kritik sastra feminis-idiologis, yaitu kritik sastra feminis yang menjadi pusat
perhatian pembaca wanita adalah citra serta stereotipe wanita dalam sebuah
karya sastra. Kritik sastra feminis ini dipakai dalam meneliti kesalahpahaman
tentang wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering tidak diperhitungkan,
bahkan nyaris diabaikan sama sekali dalam kritik sastra.
2. Kritik sastra feminis ginokritik, yaitu penelitian tentang sejarah karya sastra
wanita, gaya penulisan, tema, genre, dan struktural tulisan wanita. Dikaji juga
kreativitas penulis wanita, profesi penulis wanita sebagai suatu perkumpulan
serta perkembangan dan peraturan tradisi penulis wanita. Adapun masalah yang
di kaji adalah masalah perbedaan antara tulisan pria dan wanita.
3. Kritik sastra feminis-sosialis (feminis-marxis), yaitu kritik sastra yang meneliti
tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis. Kritik ini akan mencoba untuk
mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang
tertindas.
4. Kritik sastra feminis-psikoanalitik. Kritik sastra ini banyak diterapkan pada
tulisan-tulisan wanita, karena para feminis mempercayai bahwa pembaca wanita
biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau menempatkan dirinya pada
tokoh wanita. Pengkritik sastra feminis biasanya perempuan dan pembaca wanita
biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh wanita yang
dibacanya. Pada umumnya tokoh-tokoh wanita di dalam suatu karya otobiografi,
biografi, dan bahkan fiksi yang ditulisnya merupakan cerminan penulisnya.
5. Kritik sastra feminis-lesbian, yaitu kritik sastra yang hanya meneliti penulis dan
tokoh wanita saja. Adapun tujuan kritik sastra feminis-lesbian adalah untuk
mengembangkan suatu definisi yang cermat tentang makna lesbian. Setelah
mengidentifikasi penulis-penulis serta karya-karya lesbian, para pengkritik akan
mampu membentuk suatu kanon sastra lesbian dari karya-karya masa silam,
kemudian dari kanon tersebut dapat dikembangkan suatu tradisi menulis sastra
lesbian dari strategi membaca, dari sudut pandang lesbian baik pada teks-teks
lama maupun modern.
6. Kritik sastra feminis-ras atau kritik sastra feminis-etnik, yaitu kritik sastra
feminis yang mengkaji tentang adanya diskriminasi seksual dari kaum laki-laki
kulit putih atau hitam dan diskriminasi rasial dari golongan mayoritas kulit putih,
baik laki-laki maupun perempuan.11
Pemikiran feminisme dibangun atas kesadaran bahwa ada struktur yang
tidak adil dalam relasi antara laki-laki dan perempuan. ketidakdilan ditengarai
berakar dari sistem patriarki yang memandang dunia dengan laki-laki sebagai
subjek. Subjektivitas laki-laki yang disuburkan oleh praktik-praktik sosial
menjadikan perempuan terus-menerus dalam posisi objek (korban).12
B. Paradigma Terhadap Intensitas Perempuan
1. Manifestasi Budaya Patriarki Terhadap Kedudukan Perempuan
Adanya budaya patriarki yang masih berkembang di kalangan masyarakat
tertentu selalu memberikan pandangan yang banyak merugikan perempuan. Hal
tersebut tak lepas dari tradisi yang melekat pada suatu masyarakat. Perihal yang
memberikan pengaruh yang sangat kuat diantaranya;
a. Adanya tradisi dalam keluarga, yang sepertinya selalu membuat adanya
perbedaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan;
b. Tradisi perjodohan, yang tidak adanya pemberian kesempatan kepada
perempuan untuk memilih pasangan hidupnya sendiri;
c. Tradisi berpendapat yang seakan menafikan peran perempuan, sehingga
pendapat-pendapatnya selalu di nomor duakan;
d. Dominasi dan kekerasan terhadap perempuan13
Dari pengaruh-pengaruh tersebut yang mendapatkan sorotan paling banyak,
bahkan sampai saat ini merupakan isu paling kontemporer adalah aspek kekerasan.
Kekerasan terhadap perempuan yang dapat diartikan sebagai suatu tindak kekerasan
secara fisik, seksual dan psikologis yang terjadi pada suatu keluarga atau
lingkungan. Tindak kekerasan akan memberikan dampak dan resiko yang sangat
besar bagi perempuan. Bahkan dapat dikategorikan sebagai tindakan yang
melanggar hukum dan hak-hak asasi manusia karena melukai secara fisik dan
psikologis seorang perempuan.14
Bentuk kekerasan dalam kategori fisik misalnya menampar, memukul dan
perlakuan sikap kasar dari suaminya. Kekerasan seksual seperti melakukan tindakan
yang mengarah kepada ajakan atau desakan seksual seperti mencium, menyentuh,
dan memaksa berhubungan seks. Kemudian dalam kategori psikologis misalnya
teriakan, menyumpah, mengancam, melecehkan sehingga adanya tekanan yang
menyebabkan hilangnya rasa percaya diri, rasa aman, dan tekanan-tekanan
lainnya.15 Akan tetapi dalam hal tersebut seorang perempuan yang kuasa tidak
11
menyebabkan dirinya menjadi perempuan yang lemah, yang pasrah atas keadaan
yang menimpanya, seorang perempuan mampu menciterakan dirinya sebagai
perempuan kuasa dengan ketegasan, kecerdasan, sikap kritis, bertanggung jawab,
memiliki tekad yang kuat dan pantang untuk menyerah.16
Para pengarang perempuan di dalam menggambarkan dunia perempuan
mereka cenderung menggambarkan dunia perempuan domestik perempuan. Para
pengarang memberikan gambaran terhadap seorang perempuan secara kebahasaan
dengan nama citra perempuan. Terdapat enam citra perempuan yang digambarkan
dalam karya sastra, diantaranya citra seorang ibu, citra perempuan setia, citra
perempuan sukses, citra perempuan kedua, citra perempuan ideal, dan citra negatif
perempuan. Kecenderungan dunia domestik yang digambarkan pengarang atas
sosok perempuan memperlihatkan bahwa pengarang masih dipengaruhi pola pikir
masyarakat yang menganggap bahwa perempuan memang lebih baik di rumah,
sehingga hal tersebut memperlihatkan bahwa pengarang perempuan di Indonesia
menganut faham feminisme moderat.17
2. Perempuan tidak dapat Berkembang dan Laki-laki Takut Tersaingi
Seorang laki-laki dianggap memiliki kelebihan, baik secara fisik maupun
dari segi akal pikiran dibanding perempuan, sehingga memunculkan anggapan
bahwa seorang pemimpin haruslah laki-laki. Pandangan tersebut mempengaruhi
sikap sebagian perempuan. Perempuan cenderung membatasi dirinya agar tidak
melebihi laki-laki, sebab bisa jadi kelak dia mengalami kesulitan dalam mencari
jodoh. Bahkan sejak kecil baik laki-laki maupun perempuan sudah ditanamkan
bahwa laki-laki harus melebihi perempuan.18
3. Hubungan laki-laki dan Perempuan yang Timpang
Perbedaan jender yang menyebabkan adanya hubungan yang timpang
antara laki-laki dan perempuan. seperti lahirnya pepatah Jawa swargo nunut, neroko
katut (surga ikut, ke neraka turut) yang membenarkan kenyataan tersebut. Hal
demikian mengisyaratkan bahwa nasib seorang perempuan harus benar-benar
menaati aturan yang diterapkan oleh suami jika ingin selamat.19 Seorang perempuan
atau istri harus menunjukkan pengabdiannya kepada suaminya dengan
menunjukkan sikap menerima terhadap tindakan dan perintah suaminya walaupun
benar atau tidak. Pemikiran tersebut malah memberikan kesulitan perempuan untuk
bergerak dalam meningkatkan intensitas dirinya dalam kehidupan sosial.
16
Salim
Segaf
Al
Jufri,
Menteri
Sosial.
Lihat
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/05/23/n5zm74-anak-dan-perempuanrentan-dapat-kekerasan.
21
Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,
2003), 12.
22
Yenni Hayati, Dunia Perempuan dalam Karya Sastra Perempuan Indonesia
(Kajian Feminisme), Humanus, Vol IX No. 1 Th. 2012, 88.
Else Liliani dan Esti Swatika Sari, Refleksi Peran Perempuan dalam Novel
Indonesia 1900-2000., p. 11.
24
Yenni Hayati, Dunia Perempuan dalam Karya Sastra Perempuan Indonesia
(Kajian Feminisme), Humanus, Vol IX No. 1 Th. 2012, 89.
25
Else Liliani dan Esti Swatika Sari, Refleksi Peran Perempuan dalam Novel
Indonesia 1900-2000., p. 16.
26
Tini adalah tokoh perempuan di dalam novel Belenggu karya Armijn Pane. Novel
yang menampilkan cerita perselingkuhan seorang dokter yang bernama Hartono dengan
perempuan penghibur karena dia merasa tidak mendapatkan kasih sayang seorang istri yang
memiliki karir yang cemerlang yang bernama Tini. Tini berasal dari keluarga berada,
29
Lihat
https://jokotingkir.wordpress.com/2008/12/25/4-tipe-manusia-sanguinkolerik-melankolis-plegmatik/.
30
Laila adalah tokoh perempuan yang diceritakan dalam novel Saman karya Ayu
Utami. Novel tersebut menceritakan tentang seorang perempuan karir, Laila namanya yang
memiliki tiga orang sahabat. Kesemua sahabatnya tersebut memiliki sikap bebas di dalam
pergaulan khususnya dalam menjalin cinta. Laila sendiri menganut sikap tradisional dengan
berusaha mempertahankan keperawanannya sebelum dia menikah. Laila merupakan seorang
perempuan karier dengan beragama Islam. Dia memiliki kekasih yang telah beristri, namun
dia dapat menghindari hubungan di luar nikah karena agamanya dan juga karena kekasihnya
yang telah beristri. Lihat Ekarini Saraswati, Pergeseran Citera Pribadi Perempuan dalam
Sastra Indonesia: Analisis Psikoanalisis Terhadap Karya Sastra Indonesia Mulai Angkatan
Sebelum Perang Hingga Mutakhir, Ibid.
31
Novel Siti Nurbaya bercerita tentang kisah cinta tokoh Siti Nurbaya dengan
Samsulbahri yang harus kandas karena dengan terpaksa Siti Nurbaya menikah dengan lakilaki lain untuk menolong orang tuanya dari beban hutang. Tokoh Siti Nurbaya adalah tokoh
yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga kaya yang menganut agama Islam dia memiliki
paras yang cantik dan kekayaan melimpah sehingga kehidupan remaja yang dia jalani
berjalan dengan menyenangkan. Dia memiliki banyak teman dan kekasih yang mencintai
dan dicintainya. Di satu pihak kecantikan yang dia miliki memudahkan dia untuk bergaul,
namun di pihak lain membuat suatu bencana. Karena kecantikannya dia mengalami
kesengsaraan yang mengakibatkan dia harus menikah dengan orang yang tidak dia cintai.
Lihat Ekarini Saraswati, Pergeseran Citera Pribadi Perempuan dalam Sastra Indonesia:
Analisis Psikoanalisis Terhadap Karya Sastra Indonesia Mulai Angkatan Sebelum Perang
Hingga Mutakhir,
10
11
34
12
37
13
e. Wanita ingin mengubah hidupannya menjadi lebih baik dan menjadi seorang
yang terhormat dalam surat Al-Ankabut ayat 6,
f. Wanita sebagai seorang ibu dan istri yang taat dalam surat Ar-Rum ayat 21 dan
surat An-Nisa ayat 34,
g. Wanita bekerja di kantor, sebagai seorang dokter, sebagai seorang sipir, dan
sebagai seorang guru dalam surat Al-Mulk ayat 15 dan surat An-Nahl ayat 97,
h. Wanita tidak bisa menjadi kepala negara dalam hadits shahih muttafaq alaih.40
G. Figur Perempuan dalam Al-Quran
Al-Quran mengisahkan sejumlah perempuan yang berhubungan dengan
para nabi Allah. Di dalamnya digambarkan dengan beragam dan kompleksitas yang
berbeda-beda. Walaupun sebagian digambarkan dengan nama-namnya saja atau
hanya sketsa kecil saja. Akan tetapi sebagian lain digambarkan pula dengan porsi
yang lebih besar. Kisah-kisah dalam al-Quran tentang perempuan pada umumnya
merupakan contoh atas dosa dan keadilan, kelemahan dan kekuatan, serta perbuatan
jahat dan kebajikan. Perbuatan dosa dianggap sebagai pemberontakan kepada Allah,
kekafiran dan ketidaksetiaan kepada suami yang salih, sedangkan kebajikan
diidentikan dengan keyakinan kepada kesyahidan, taat kepada Allah, ikhlas dan taat
pada suami yang salih.41 Figur seorang perempuan yang di jelaskan dalam al-Quran
sebagai berikut:
1. Perempuan yang berbuat kebajikan
a. Perempuan memiiki sifat kepekaan, perasa, dukungan, dan perhatian.
Sedangkan kaum laki-laki diberikan kehendak yang penting, kekuatan rasio
dan kekuatan fisik.42 Hal ini dalam kasus kisahnya Hawwa, istrinya nabi
Adam.
40
Esti Rohana Qudsiah, A. Fuad Effendy, Ahmad Munjin Nasih, Pencitraan Wanita
dalam Novel Imroah Inda Nuqthah Ash-Shifr Karya Nawal El-Sadawi (Kritik Sastra
Feminis), 15.
41
Dalam surah at-Tahrim ayat 10-12. Lihat Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi
Gender: Wanita dalam Al-Quran, Hadis, dan Tafsir, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001),
55. Terj. Oleh Mochtar Zoerni.
42
Menurut pandangan kaum konservatif kontemporer yang memberikan penekanan
terhadap persamaan seks dalam Islam. Mereka menggunakan hadis perempuan dari tulang
rusuk laki-laki akan tetapi dengan konteks dan tujuan yang baru sebagai acuannya. Nabi
saw. Bersabda, Perempuan terbuat dari tulang rusuk yang bengkok; yang paling bengkok
adalah paling atas, jika engkau ingin meluruskannya, engkau harus mematahkannya (patah
menandakan perceraian); dengan demikian, nikmati dia dengan kebengkokannya. Dalam
ungkapan itu beliau tidak menyalahkan perempuan, tetapi menjelaskan watak alami
perempuan denggan proporsi emosi yang lebih besar disbanding rasionalitas. Allah telah
membuatnya berbeda. Tidak seperti laki-laki yang rasionalitasnya mengungguli emosi.
Tidak ada yang lebih tinggi baik laki-laki maupun perempuan. Kebengkokan dalam hadis
itu tidak menunjukkan kekurangan atau ketidaksempurnaan sifat perempuan. Kebengkokan
itu memungkinkan perempuan untuk melakukan tugasnya, berhubungan dengan anak-anak
yang membutuhkan kasih sayang dan simpati yang kuat, bukan rasionalitas. Kata-kata
bagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atas menandakan kasih sayang
perempuan terhadap anaknya dan perasaannya yang melampaui rasionalitas. Atas dasar ini,
kebengkokannya menjadi keistimewaan perempuan, karena kebengkokan ini pada
14
b. Perempuan muslim adalah pejuang iman. Dia adalah prajurit dalam ranah
peperangan melawan setan dan semua pengaruhnya yang akan membuat
rusak reputasinya.43
c. Patuh, memberikan dukungan dan kepercayaan kepada suaminya. Seperti
istrinya Nabi Ibrahim, Sarah dan Hajar. Mereka adalah istri yang percaya
terhadap ajaran yang dibawa suaminya.
2. Perempuan yang berbuat dosa
a. Perempuan yang melakukan pengkhianatan terhadap suaminya; tidak percaya
kepada Allah dan menyerang misi kenabian suaminya. Perempuan yang
memiliki sikap pembohong dan menentang Allah. Seperti istrinya nabi Nuh
dan Luth.44
b. Perempuan penggoda, seperti Zulaikha. Karena itu tipu daya perempuan
sangat berbahaya.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Eksistensi perempuan dipengaruhi oleh paradigma yang berkembang,
diantaranya; (a) Adanya manifestasi budaya patriarki terhadap kedudukan
perempuan. Manifestasi budaya patriarki terlihat dalam beberapa hal, seperti
pada tradisi keluarga yang sepertinya membuat perbedaan antara kedudukan
laki-laki dan perempuan, pada tradisi perjodohan yang tidak memberikan pilihan
bagi perempuan untuk memilih pasangan hidupnya sendiri, dan pada tradisi
berpendapat yang menafikan peran perempuan, (b) Perempuan tidak dapat
berkembang dan laki-laki takut tersaingi, seorang laki-laki dianggap memiliki
kelebihan, baik secara fisik maupun dari segi akal pikiran dibanding perempuan,
(c) Hubungan laki-laki dan perempuan yang timpang yang mengisyaratkan
bahwa nasib seorang perempuan harus benar-benar menaati aturan yang
diterapkan oleh suami jika ingin selamat, (d) Perempuan lebih rentan terhadap
kekerasan, sehingga munculnya banyak kekhawatiran jika dirinya bersikap
bebas.
2. Tipe kepribadian perempuan yang digambarkan sebagian dalam karya sastra
diantaranya; tipe ruling, avoiding, melankolik dan kolerik, Sosially usefull, dan
leaning.
kenyataannya merupakan kualifikasi perempuan paling lurus untuk melaksanakan
tugasnya. Lihat Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi Gender: Wanita dalam Al-Quran,
Hadis, dan Tafsir (Women in the Quran, Traditions, and Interpretation, Terj. Mochtar
Zoerni (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001),92.
43
Pandangan kaum fundamentalis atas persamaan perempuan dengan kaum laki-laki.
Mereka mengatakan bahwa orang mukmin laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan
untuk memikul tanggung jawab, sama-sama berjuang dan memperoleh ganjaran atas
perjuangan mereka di jalan Allah. Lihat Barbara Freyer Stowasser, ibid, 93.
44
Peringatan Al-Quran kepada mereka muncul dalam surah at-Tahrim ayat 10, tema
utama surah tersebut adalah pemberontakan perempuan dalam rumah tangga seorang nabi
berikut hukumannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Muhammad., Lina Meilinawati, Baban Banita, Perempuan dalam Kuasa
Patriarki, Laporan Penelitian/Buku, Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 2009.
Arivia, Gadis., Filsafat Berperspektif Feminis, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan,
2003.
Dawabah, Asyraf Muhammad., Muslimah Karier, Sidoarjo: Mashun, 2009.
Djajanegara, Soenarjati., Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Engineer, Asghar Ali., Pembebasan Perempuan, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta,
2003.
Fayumi, Badriyah., dkk., Keadilan dan Kesetaraan Jender (Perspektif Islam), Tim
Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama Departemen Agama RI, 2001.
Hayati, Yenni., Dunia Perempuan dalam Karya Sastra Perempuan Indonesia
(Kajian Feminisme), Humanus, Vol IX No. 1 Th. 2012.
Hendang, Atep., Perempuan Bekerja dalam Islam, Majalah Tabligh No. 6/XII
Jumadil Akhir-Rajab 1436 H.
Hikmah, Siti Nurul., Perjuangan Perempuan Mengejar Impian: Sebuah Tinjauan
(Kritik Sastra) Feminisme Eksistensialis Terhadap Novel 9 Matahari
Karya Adenita, Jurnal Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro, 2013,
Liliani, Else., dan Esti Swatika Sari, Refleksi Peran Perempuan dalam Novel
Indonesia 1900-2000.
16
17