Anda di halaman 1dari 34

MATA KULIAH

PERANCANGAN KOMPUTER
( 2 sks )

SISTEM PENILAIAN :
-

Kehadiran

Pekerjaan Rumah/Tugas 20%

Ujian Tengah Semester

30%

Ujian Akhir Semester

35%

TOTAL

15%

100%

Buku Wajib :
Computer Analysis of Structure Matrix Structural Analysis
Structured Programming, Siegbried M. Holzer, Elsevier.

Buku Pendukung :
Buku Manual SAP, Etabs, SANS

PENDAHULUAN

Untuk mengunakan program rekayasa berbasis komputer, user


yang baik dituntut untuk memahami latar belakang metode
penyelesaian dan batasan-batasan dari program yang
digunakannya,

Pada dasarnya komputer adalah robot, apabila salah perintahnya


(inputnya) maka outputnya juga dipastikan akan salah,

User harus mempunyai kepekaan terhadap perilaku struktur yang


dirancang,

Pada proses rekayasa struktur berbasis komputer, user dituntut


memahami dasar-dasar teori mengenai Mekanika Teknik.

Sebagai materi pembelajaran, pada kuliah ini digunakan program


SAP2000 student version 7.40 yang dapat di-download secara gratis
di http://www.engr.csufresno.edu/~aelzeiny/instruct.html
Proses rekayasa struktur dengan SAP2000, meliputi :

Memodelkan geometri struktur

Pemilihan material

Mendefinisikan/Pemilihan penampang elemen struktur

Pembebanan

Analisis Struktur (Perhitungan MT oleh Program SAP)

Design Penampang (memastikan bahwa penampang yang dipilih


memenuhi persyaratan)

OBJECT
Object digunakan untuk merepresentasikan geometri struktur yang
dimodelkan.

Object terdiri dari :


Point objects : selalu terdapat pada sudut atau ujung dari tipe object
yang lain dan untuk merepresentasikan tumpuan
Line objects : untuk merepresentasikan balok, kolom, rangka, dll.
Area objects: untuk mereprentasikan dinding, lantai, dll.
Solid objects: untuk merepresentasikan struktur 3 dimensi yang solid.

SISTEM KOORDINAT
Sistem koordinat digunakan untuk menempatkan geometri model dan
menentukan arah pembebanan, perpindahan, gaya-gaya internal dan
tegangan yang terjadi.
Semua sistem koordinat didalam model ditetapkan terhadap satu sistem
koordinat global, sedangkan setiap bagian dari model (joint, element,
atau constraint) dapat mempunyai sistem koordinat lokal tersendiri.
Sistem koordinat yang digunakan adalah koordinat tiga dimensi persegi
(Cartesian) yang mengacu kepada kaidah tangan kanan (ibu jari, telunjuk
dan jari tengah) yang saling membentuk garis tegak lurus, dimana :
- ibu jari
- telunjuk
- jari tengah

: sumbu X
: sumbu Y
: sumbu Z

Arah yang ditunjukkan ketiga jari kanan tersebut menunjukkan arah


positif. Translasi dan gaya akan bernilai positif jika selaras dengan sistem
sumbu koordinat arah positif.

Untuk rotasi dan momen, juga ditentukan dengan aturan tangan kanan
(lihat gambar), dimana arah ibu jari menunjukkan arah posistif dari sumbu
putar sedangkan arah yang ditunjukkan keempat jari yang lain
menunjukkan arah posistif dari rotasi dan momen.
SAP2000 selalu mengasumsikan Z sebagai sumbu vertikal, dimana +Z
mengarah keatas. Sistem koordinat lokal untuk joints, elements, dan
akselerasi beban ke tanah ditetapkan terhadap arah vertikal tersebut.
Berat sendiri struktur selalu mengarah kebawah, dalam arah Z.

Sistem koordinat lokal digunakan untuk mendefinikan properti, beban dan


respon dari setiap bagian dari model (joint, element, atau constraint).
Sumbu dari sistem koordinat lokal dinyatakan dengan sumbu 1, 2, dan 3.
Secara umum, pada setiap bagian model sistem koordinat lokal dapat
berbeda-beda.

JOINT ( NODAL POINT / NODE )


Joint mempunyai peran yang sangat penting pada pemodelan struktur.
Semua elemen batang bertemu pada joint sehingga terbentuk geometri
struktur itu sendiri. Selain itu joint digunakan sebagi lokasi untuk
mengetahui besarnya deformasi dari struktur.
Setiap joint mempunyai sistem koordinat lokal yang digunakan untuk
mendefinisikan derajat kebebasan (degree of freedom), restraints, properti,
dan beban pada joint.
Orientasi sistem koordinat lokal 1, 2, dan 3 dari suatu joint sama dengan
sistem koordinat global X, Y, dan Z (default).
Orientasi tersebut dapat dirubah. Misalnya diputar dengan tiga parameter
sudut a, b, dan c. Urutan langkahnya sbb :
1. Sistem lokal pertama-tama diputar terhadap sumbu +3 sebesar sudut a
2. Selanjutnya diputar lagi terhadap sumbu +2 yang baru sebesar sudut b
3. Terakhir diputar lagi terhadap sumbu +1 yang baru sebesar sudut c
INGAT !!! KAIDAH TANGAN KANAN untuk menetapkan perputaran arah
positif.

Langkah-Langkah merubah orientasi sistem sumbu lokal pada


joint :

DEGREES OF FREEDOM (DOF)


Lendutan dari model struktur dipengaruhi oleh displacement dari joint,
dimana joint mempunyai 6 komponen displacement yang disebut sebagai
degrees of freedom (derajat kebebasan), yang terdiri dari :
Translasi pada 3 sumbu lokal, dinyatakan dengan U1, U2, dan U3
Rotasi pada 3 sumbu lokal, dinyatakan dengan R1, R2, dan R3
Jika sistem koordinat lokal pada joint parallel dengan sistem global, maka
degrees of freedom dapat dinyatakan dengan UX, UY, UZ, RX, RY dan RZ.

Joint yang diberi restraint disebut juga tumpuan. Penempatan restraint


pada joint sehingga menjadi tumpuan adalah sangat penting, karena
menentukan stabilitas struktur. Jika struktur tidak stabil, maka tidak dapat
dianalisa.

Contoh Restraints :

FRAME ELEMENT
Frame element digunakan untuk memodelkan balok, kolom dan rangka
pada struktur 3D.
Frame element dimodelkan sebagai garis lurus yang menghubungkan dua
titik. Setiap elemen mempunyai sistem sumbu lokal tersendiri (lokal 1-2-3)
yang digunakan untuk mendefinisikan section properties dan beban, serta
digunakan untuk menginterpretasikan output hasil analisis.
Sumbu lokal 1 selalu terletak pada sumbu longitudinal elemen dengan arah
positif dari joint i ke joint j (yang ditetapkan pada saat membuat geometri
struktur), sedangkan dua sumbu lain saling tegak lurus yang orientasi
arahnya dapat ditetapkan sesuai kebutuhan user.
Orientasi default sumbu lokal 2 & 3 oleh SAP2000, sbb :
Bidang 1-2 terletak vertikal, sejajar dengan sumbu Z
Sumbu lokal 2 mengarah keatas (+Z), kecuali elemen vertikal (kolom)
dimana sumbu lokal 2 terletak pada bidang horisontal searah dengan
sumbu +X
Sumbu lokal 3 terletak pada bidang horisontal.

Untuk mengubah orientasi sumbu lokal 2 & 3 dilakukan dengan memutar


sudut koordinat elemen, ang. (lihat gambar). Untuk menetapkan arah
putaran positif, ingat kaidah/aturan tangan kanan !!!

Merubah Orientasi Sumbu Lokal 2 & 3 :

Section Properties:
Section properties dari suatu frame element ditetapkan terhadap sistem
sumbu lokal, dengan megikuti ketentuan sbb :
Sumbu 1 terletak pada sumbu longitudinal elemen,
Sumbu 2 & 3 parallel dengan garis netral, biasanya sumbu 2 searah
dengan sumbu kuat (tinggi) dan sumbu 3 searah dengan sumbu lemah
(lebar).
Material properties yang digunakan untuk penampang adalah :
Modulus elastis, E, untuk kekakuan aksial dan lentur,
Modulus geser, G, untuk kekakuan torsi dan kekakuan geser
transversal,
Koefisien ekspansi thermal, , untuk menghitung ekspansi aksial dan
regangan lentur akibat pengaruh termal,
Densitas massa, , untuk menghitung massa elemen, yang digunakan
untuk analisa dinamik.
Densitas berat, , untuk menghitung berat sendiri dan beban gravitasi.
Untuk menghasilkan kekakuan penampang diperlukan enam properti
geometri dasar yang digunakan secara bersama-sama dengan properti
material yang lain. Enam properti tersebut adalah :
Luas penampang, A, untuk menghasilkan kekakuan batang (AE/L)
Momen inersia, I33 adalah momen inersia terhadap sumbu 3 untuk
lentur pada bidang 1-2 dan I22 adalah momen inersia terhadap sumbu
2 untuk lentur pada bidang 1-3. Kekakuan lentur yang dihasilkan
adalah EI33/L dan EI22/L
Konstanta torsi, K, menghasilkan kekakuan torsi (GK/L)
Luas Bidang Geser, Av2 dan Av3, untuk perhitungan geser transversal
pada bidang 1-2 dan bidang 1-3. Luas efektif bidang geser ini untuk
berbagai penampang berbeda-beda seperti ditunjukkan pada tabel.

Formula mencari luas bidang geser :

Sap2000 memberi fasilitas untuk perhitungan otomatis terhadap enam


properti geometri dasar, untuk bentuk-bentuk penampang sbb :

Beban Pada Frame Element :


Berat Sendiri (Self-Weight Load) arahnya selalu kebawah (global Z)
Gravity load arahnya dapat dibuat kemana saja, jika arahnya kebawah
(global Z) biasanya lebih baik digunakan Self-Weight Load
Beban Terpusat dapat berupa gaya atau momen terpusat. Aturan
menetapkan beban terpusat sbb :
- bedasarkan jarak relatif, rd, dari joint i, dimana 0 rd 1
- berdasarkan jarak absolut, d, dari joint i, dimana 0 d L dengan L
adalah panjang elemen
Arah dari beban terpusat dapat ditetapkan menurut sistem koordinat
global atau sistem koordinat lokal. Jika digunakan sistem koordinat
global akan ditransformasi kedalam sistem koordinat lokal.
Contoh mendefinikan beban tepusat :

Beban merata dapat berupa gaya-gaya atau momen-momen. Aturan


menetapkan beban merata sbb :
- bedasarkan jarak relatif, rda&rdb, dari joint i, dimana 0 rda<rdb
1
- berdasarkan jarak absolut, da & db, dari joint i, dimana
0 da < db L, dengan L adalah panjang elemen
Arah dari beban merata dapat ditetapkan menurut sistem koordinat
global atau sistem koordinat lokal.
Contoh Beban Merata :

Matriks Kekakuan [K] pada frame element :

Secara umum degrees of fredom (dof) pada frame element, sbb :


Sumbu 2

Ri1

Ri2

Rj2

Ui2

Uj2

node i

Ui1

node j

Ui3

Rj1

Uj1

Sumbu 1

Uj3

Ri3

Rj3

Sumbu 3

ku1

0
ku2

0
0
ku3

0
0
0
kr1

=
SIM
ETR
IS

0
0
-ku3r2
0
kr2

0
ku2r3
0
0
0
kr3

-ku1
0
0
0
0
0

0
-ku2
0
0
0
-ku2r3

0
0
-ku3
0
ku3r2
0

0
0
0
-kr
0
0

0
0
-ku3r2
0
kr2
0

0
ku2r3
0
0
0
kr3

Ui1
Ui2
Ui3
Ri1
Ri2
Ri3

ku1

0
ku2

0
0
ku3

0
0
0
kr1

0
0
ku3r2
0
kr2

0
-ku2r3
0
0
0
kr3

Uj1
Uj2
Uj3
Rj1
Rj2
Rj3

Dimana :
AE
ku1

=
L
12 E I3

ku2

2 =

=
(1+2) L

ku3

3 =

=
(1+3) L

G KT
kr1

=
L
(4+3) E I2

kr2

=
(1+3) L
(4+2) E I3

kr3

A2/k2 G L2

12 E I3

=
(1+2) L
6 E I3

ku2r3 =
(1+2) L2
6 E I2
ku3r2 =
(1+3) L2

12 E I3

12 E I2
A3/k3 G L2

A = luas penampang (aksial)


Av/k = luas penampang efektif geser
(k=1.2 untuk penampang
persegi,
k=2.0 untuk penampang
tabung tipis,
E = modulus elastis
I
= momen inersia
G = modulus geser
KT = konstanta torsi
L = panjang elemen
Jika Av nilainya dibuat nol menyebabkan
kekakuan geser transversal, , hal ini
menyebabkan kekakuan lentur yang
berhubungan dengannya menjadi nol
(struktur selalu tidak stabil).
SAP akan mengabaikan hal ini dan akan
menganggap kekakuan geser transversal
tidak ada.

DOF PADA BEBERAPA MODEL STRUKTUR :

Uz

Uz
Ux
Ry

2D Beam

2D Truss

Uz

Ux
Ux

Ry

Rx
Ry

2D Frame

2D Grid
Rz

Uz

Uz
Ux

Ux

Uy

Uy
Ry

3D Truss

3D Frame

Rx

ANALISIS STATIK

Linear-Elastic

Action

Action

Analisis statik pada struktur digunakan untuk menentukan respon


struktur akibat suatu beban dimana perilaku struktur akibat beban
tersebut bersifat linier ( elastis atau inelastis )

Nonlinear-Elastic
Deformation

Linear-Inelastic

Action

Action

Deformation

Nonlinear-Inelastic
Deformation

Deformation

Sifat linear : respon struktur proporsional terhadap rangsangan dari luar


(deformasi 2 kali jika beban 2 kali-nya)
Sifat nonlinear : respon struktur tidak proporsional terhadap
rangsangan dari luar
Elastis : bergerak pada garis yang sama selama loading & unloading,
dan setelah tidak ada beban/rangsangan akan kembali kebentuk
semula.
Inelastis : tidak bergerak pada garis yang sama selama loading &
unloading, dan setelah tidak ada beban/rangsangan tidak kembali
kebentuk semula.
Sebagian besar material dapat bersifat elastis atau inelastis tergantung
pada besarnya pembebanan

Hubungan keseimbangan struktur pada kondisi linier, dinyatakan


dengan :
K.u=r
Dimana :
K = matrix kekakuan struktur
u = vektor displacement
r = vektor beban

Contoh Aplikasi :
Sebuah struktur rangka batang seperti terlihat pada gambar. Diminta
untuk mencari gaya-gaya internal dan reaksi tumpuan (berat sendiri
rangka diabaikan). Gunakan Static Load Case.
Uz
Ux

2D Truss
P = 89 kN, L = 183 cm, E = 206850 Mpa A = 96.8 cm 2
(catatan : 1 MPa = 1 N/mm2)
Solusi :
DOF = Ux, Uz
Struktur rangka batang mengasumsikan bahwa gaya-gaya internal
yang
bekerja adalah gaya aksial (node-nya diasumsikan sendi)
Orientasi arah beban P kebawah (global Z)
Berat sendiri diabaikan (Self Weight Multiplier = 0)
Catatan : Jika berat sendiri tidak diabaikan, maka akan timbul gaya geser
dan lentur pada batang (silahkan dicoba!!!)

Yang perlu diperhatikan, bahwa keseimbangan struktur mengharuskan gayagaya aksi akan saling meniadakan dengan gaya-gaya reaksi, atau:
AKSI + REAKSI = 0
(Ingat !!! gaya aksi berlawanan tanda dengan gaya reaksi)

Untuk kasus contoh perhitungan diatas, kondisi keseimbangan gaya sbb :


G L O B A L

F O R C E

B A L A N C E

TOTAL FORCE AND MOMENT AT THE ORIGIN, IN GLOBAL COORDINATES


LOAD

LOAD1 -----------------MY
.000000
-5.17E-11

MZ
.000000
.000000

TOTAL

3.13E-13

.000000

-1.25E-12

.000000

-5.17E-11

.000000

MX
.000000
.000000

FY
FZ
.000000 -445.000000
.000000 445.000000

FX
.000000
3.13E-13

APPLIED
REACTNS

KONVENSI TANDA GAYA-GAYA INTERNAL


Gaya-gaya internal pada elemen frame berorientasi pada sumbu lokal (lihat
gambar) :
P, gaya aksial (searah sumbu 1), bertanda positif jika menyebabkan
tegangan
tarik pada batang
T, momen torsi yaitu momen yang berputar pada sumbu 1, tanda positif
mengikuti putaran menurut kaidah tangan kanan
V2, gaya geser pada bidang 1-2,
V3, gaya geser pada bidang 1-3,
M2, momen yang berputar pada sumbu 2 (bidang 1-3), bertanda positif jika
menyebabkan sisi sumbu 3 negatif tertarik dan sumbu 3 positif tertekan,
M3, momen yang berputar pada sumbu 3 (bidang 1-2), bertanda positif jika
menyebabkan sisi sumbu 2 negatif tertarik dan sumbu 2 positif tertekan.

Problem dan Teknik Mengaktifkan Perintah SAP2000


NO

PROBLEM

PERINTAH SAP2000

Berat sendiri diabaikan

Tetapkan Self Weight Multiplier = 0 yang


diakses melalui perintah Define Static
Load
Cases

Merubah orientasi sumbu lokal


pada elemen

Assign Frame Local Axes dan tetapkan


besarnya sudut perubahan orientasi
Ingat !, kaidah tangan kanan untuk
menetapkan perputaran arah positif

Deformasi geser diabaikan

Tetapkan shear area, Av = 0, atau


Tetapkan faktor modifikasi properti untuk
shear area = 0

Deformasi aksial diabaikan

Tetapkan section area, A = , atau


Tetakan faktor modifikasi properti untuk
section area =
Note: nilai ditetapkan dengan mengambil
suatu angka yang sangat besar

Perletakan miring

Assign Joint Local Axes dan tetapkan


besarnya sudut kemiringan

Beban displacement pada joint

Assign Joint Static Load Displacement


dan tetapkan besarnya displacement

Kesalahan fabrikasi pada


elemen rangka

dianalogikan dengan adanya beban


prestress pada elemen rangka
Hitung beban prestess dengan rumus Hook
P =AE / L
Masukkan beban prestress pada batang
dengan perintah Assign Frame Prestress
Aktifkan beban prestress dengan perintah
Assign Frame Static Load Prestress dan
isikan scale factor = 1

Differential Settlement

Analog dengan beban displacement pada


joint

LATIHAN 1:
Suatu struktur rangka
terlihat seperti pada
gambar.
Profil Baja Siku L100.100.10
E=2.000.000 kg/cm2
Berat sendiri diabaikan !

Load Case 1 :
Beban terpusat pada Joint G sebesar 5000 Kg ( )
Load Case 2 :
Pada saat pemasangan terjadi kesalahan potong pada batang AD dimana
panjangnya berkurang 1.5 mm, sehingga perlu pemaksaan agar batang
tersebut dapat dipasang pada struktur
Load Case 3 :
Terjadi penurunan sebesar 5 cm pada pondasi B
Hitung gaya-gaya batang dan reaksi perletakan akibat kombinasi ketiga load
case tersebut.

LATIHAN 2 :

Suatu struktur portal seperti terlihat


pada gambar.
Tumpuan pada joint 4 dimodelkan
dengan beberapa tipe yaitu model A
s/d model F. Kondisi tumpuan pada
masing-masing model dan beban
yang bekerja dapat disimak pada
gambar disamping dan tabel
dibawah.
Hitung reaksi tumpuan yang terjadi
pada beberapa model tersebut.
Catatan :
Hanya deformasi lentur yang
diperhitungkan pada analisis,
deformasi geser dan aksial
diabaikan.

Jika inputing pada soal latihan 2 dilakukan dengan benar, maka Output untuk
beberapa parameter yang dihasilkan SAP2000 dapat disimak pada tabel dibawah.
Perbandingan hasil analisis SAP2000 dan perhitungan manual menurut metode
beban satuan (Cook & Young 1985, halaman 244) sbb :

END OFFSET & RIGID-END FACTOR


Jika dua buah elemen bertemu (misal : balok dan kolom), pada pertemuan
tersebut terdapat potongan penampang yang overlap. Untuk struktur yang
dimensinya cukup besar maka panjang overlap tersebut cukup signifikan
untuk diperhitungkan.

End offset berpengaruh terhadap panjang bersih elemen (lihat gambar) :


Lc = L ( ioff + joff )
Dimana :
Lc : panjang bersih
L : panjang total elemen ( center to center )
ioff, joff : panjang offset pada ujung i dan j
Sedangkan panjang flexible, Lf, suatu elemen dengan memperhitungkan
rigid-end factor dinyatakan dengan :
Lf = L rigid ( ioff + joff ), dengan 0 rigid 1.
rigid = 0, berarti end offset bersifat non-rigid
rigid = 1, berarti end offset bersifat fully rigid
SAP2000 memberi nilai default rigid = 0

Sifat rigid pada end offset mempengaruhi sifat kekakuan end offset
terhadap deformasi lentur dan geser, tetapi tidak berpengaruh terhadap
deformasi axial dan torsi.

Seluruh output gaya internal dan momen hasil analisis merupakan gayagaya internal dan momen pada permukaan tumpuan (support face) dan
pada sepanjang bentang bersih (Lc) dari elemen.

VERIFIKASI :
Hitung lendutan pada ujung cantilever dan bandingkan hasilnya dengan
tabel dibawah !

END RELEASE
Perintah release pada ujung elemen dilakukan untuk menyesuaikan model
struktur dengan kondisi fisik struktur yang sebenarnya (atau untuk
menyesuaikan dengan asumsi dari perilaku struktur yang diinginkan).

Sebagai contoh, elemen diagonal ij mempunyai hubungan momen pada


ujung i dan hubungan sendi pada ujung j. Oleh karena itu DOF yang
berhubungan dengan momen pada ujung j harus di-release (disconnect),
dalam hal ini adalah R3 pada ujung j.

EFEK P-DELTA
Konsep dasar dari efek P-Delta, dijelaskan menurut contoh gambar berikut ini :
-Balok cantilever
menerima gaya aksial P
dan gaya transversal F,
kondisi ini mengakibatkan
momen pada tumpuan
sebesar M1=F*L
-Gaya F mengakibatkan
balok berdeformasi
sebesar
-Keseimbangan yang baru
terjadi dengan besarnya
momen pada tumpuan
adalah M2=F*L P*
(plus +, jika P berupa gaya
aksial tekan, dan minus
jika P gaya aksial tarik)
SAP2000 mempunyai opsi
untuk memperhitungkan efek
P-Delta, dengan asumsi dan
keterbatasan sbb:
-Efek P-Delta hanya dianalisa
pada elemen frame saja,
-Yang diperhitungkan hanya
pengaruh tegangan yang besar
dari gaya aksial pada bending
transversal dan deformasi
geser,
-Semua lendutan, regangan
dan
rotasi diasumsikan kecil,
-Lendutan transversal pada
elemen frame diasumsikan
berbentuk kubik untuk bending
dan linear untuk geser pada
daerah rigid zone offset,
-Gaya P-Delta aksial
diasumsikan konstan
sepanjang elemen.

Suatu struktur portal bidang menerima beban terpusat P = 1000 pounds


(a) beban sentris, (b) beban eksentris. Lakukan analisis dengan SAP2000
dengan dan tanpa memperhitungan efek P-Delta. Bandingkan hasilnya
dengan tabel dibawah !!!

Catatan : perhitungan teoritis mengasumsikan tidak ada deformasi aksial


dan deformasi geser. Untuk menyatakan ini didalam program SAP2000
dengan melakukan setting, sbb :
-Tetapkan luas penampang aksial, A, dengan nilai yang besar (misal
diperbesar 1000 kali)
-Tetapkan luas penampang geser, Av1=0 & Av2=0

KOMBINASI PEMBEBANAN
Pada umumnya beban yang bekerja pada struktur terdiri dari tiga bagian,
yaitu beban mati, beban hidup dan beban akibat pengaruh alam. Kekuatan
struktur harus dihitung berdasarkan beberapa kombinasi beban tersebut
(sesuai peraturan yang berlaku). Beban rencana ditetapkan dari kombinasi
pembebanan yang paling membahayakan terhadap struktur.
SAP2000 versi 7.40 student menyediakan opsi untuk menghitung
kombinasi pembebanan tersebut yang dapat diakses dengan perintah
Define - Load Combination dan dipilih Load Combination type ADD.

Anda mungkin juga menyukai