Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Halusinasi)
a. Pengertian
Hallucinations can be defined as sensory perceptions for which no external stimulus
exist. (Varcarolis,Carson,Shoemaker,2006)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan persepsi sensori; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau pembauan. Pasien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada. (keliat,2009)
b. Penyebab
Perkembangan yang terganggu, merasa tidak diterima oleh lingkungan, stress
berkepanjangan, koping maladaptif, faktor keturunan dan pola asuh.
(Yosep Isus,2003 )
c. Tanda dan Gejala
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
-

Bicara sendiri, senyum sendiri, ketawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara.
Pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat.
Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari orang lain.
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, Sulit

berhubungan dengan orang lain, berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.


Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, bertindak merusak diri, orang

lain dan lingkungan.


Tampak tremor, berkeringat, perilaku panik, Agitasi, curiga dan bermusuhan.
Ketakutan, tidak dapat mengurus diri, biasa terdapat disorientasi waktu, tempat
dan orang.

II. Proses terjadinya masalah :


a. Predisposisi
1. Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Biologis : Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:

Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih


luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal

dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.


Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan

dengan terjadinya skizofrenia.


Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
4. Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2001).
c. Proses terjadinya masalah (patofisiologi)
Pattern of parenting (pola asuh keluarga) misal : pada anak yang kelahirannnya
tidak dikehendaki, ineffective coping (koping individu tidak efektif) misal : Saat
individu mengalami kegagalan menyalahkan orang lain, Lack of Development task
(gangguan tugas perkembangan) misal : kegagalan menjalin hubungan intim dengan
sesama jenis atau lawan jenis, Stressor internal and external (stress internal dan

eksternal) misal : stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan


keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasi. (Yosep Isus,2003 )
III. A. POHON MASALAH
RESIKO
MENCEDERAI DIRI
SENDIRI
HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

(keliat,2009)
B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
-

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.


Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
Isolasi sosial : menarik diri

(Yosep Isus,2003 )
IV. Diagnosa Kperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, perawat dapat merumuskan
diagnosis keperawatan dengan gangguan konsep diri : Halusinasi (keliat.2009)
V. Rencana tindakan keperawatan
Menurut keliat,Budi,Anna.2009
1. Tujuan keperawatan
a. Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami
b. Pasien dapat mengontrol halusinansinya
c. Pasien mengikuti pengobatan secara optimal
2. Tindakan keperawatan
a. Bantu pasien mengenali halusinasinya
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi :
1) Menghardik halusinasi
2) Bercakap cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktifitas yang terjadwal
4) Minum obat secara teratur

SP 1 pasien : membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol


halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
Orientasi
Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat anda. Saya suster DKK, senang
dipanggil suster D. Nama anda siapa? Senang dipanggil siapa?
Bagaimana persaan S hari ini? Apa keluhan S saat ini?
Baiklah bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang suara yang selama ini S
dengar, tetapi tidak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit?
Kerja
Apakah S mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?
Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu waktu? Kapan S paling seing
mendengar suara itu? Berapa kali sehari S alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah waktu sendiri?
Apa yang S rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang S lakukan saat mendengar
suara itu? Apakah dengan cara itu suara suara itu menghilang? Bagaimana kalau kita
belajar cara cara untuk mencegah suara itu muncul?
S, ada 4 cara untuk mencegah suara suara itu muncul. Pertama dengan menghardik
suara itu. Kedua, dengan cara bercakap cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang keempat minum obat dengan teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya adalah
ketika suara suara itu muncul, langsung S bilang, pergi saya tidak mau dengar saya
tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu diulang ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba S peragakan! Nah, begitu bagus! Coba lagi, Ya Bagus S sudah
bisa.
Terminasi
Bagaimana perasaan S setelah memeragakan latihan tadi? Kalau suara suara itu
muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya?
Mau jam berapa saja latihannya? Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk mengendalikan
suara suara dengan cara yang kedua? Pukul berapa S? Bagaimana kalau dua jam lagi?
Dimana tempatnya?
Baiklah, sampai jumpa.

Daftar Pustaka

Hamid, Achir Yani. (2000).Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Keliat,Budi Anna.2001.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.EGC: Jakarta.
Keliat,Budi Anna.2009.Model praktik keperawatan profesionaljiwa.EGC:Jakarta
Stuart,G.W. & Sundeen S.J.2007.Principle and practice of psychiatric nursing.St. Louis,
Missiouri:Mosby Year Book
Yosep,Isus.2009.Keperawatan jiwa.PT Refika Aditama:Bandung

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

Disusun oleh :

Nama : Diah Khusnul Khotimah


NIM

: 1.12.030

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2014

Anda mungkin juga menyukai