Anda di halaman 1dari 14

Lampiran-2

Nomor : 184/DPPMD.1/Dit.V/VII/2015
Tanggal : 15 Juli 2015

PANDUAN TEKNIS REKRUTMEN


TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL
DALAM RANGKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG DESA
A. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah III (2015 2019) dan Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2015 mengamanatkan bahwa percepatan pembangunan desa
akan dilaksanakan melalui implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Peraturan Presiden Nomor 12 tentang Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi mengamanatkan bahwa Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
memiliki tugas dan fungsi menjalankan urusan pemerintahan di bidang pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa. Selain daripada itu, Nota Keuangan APBN
Perubahan Tahun Anggaran 2015 mengamanatkan bahwa pengelolaan anggaran
dalam rangka penyelesaian akhir PNPM MPd menjadi tanggung jawab Kementerian
Desa, PDT dan Transmigrasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka Kementerian Desa memiliki tugas dan fungsi untuk
melaksanakan implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Dalam rangka mendukung kelancaran implementasi UU Nomor 6 Tahun 2015 tentang
desa, sekaligus penyelesaian akhir PNPM MPd, Pemerintah akan melakukan
pendampingan dengan dibantu oleh pendamping profesional. Pengaturan rekrutment
tenaga pendamping profesional berdasarkan pada ketentuan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, serta Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Mengingat rentang kendali yang luas, dalam hal pembinaan dan pengelolaan
pendampingan maka Pemerintah akan melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada Pemerintah Provinsi melalui mekanisme dekonsentrasi. Untuk itu, dalam
rangka memenuhi kebutuhan pendamping, dipandang perlu disusun Panduan Teknis
Rekrutment Tenaga Pendamping Profesional dalam rangka Pelaksanaan UndangUndang Desa.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Panduan Seleksi Pendamping Pelaksanaan Undang-Undang Desa dimaksudkan agar
pelaksanaan seleksi dapat menghasilkan tenaga pendamping Teknis di Kabupaten
dan Pendamping Desa yang berkualitas.

C. TUJUAN UMUM
Panduan Seleksi Aktif Pendamping (Pendamping Teknis dan Pendamping Desa)
merupakan pedoman dalam pelaksanaan seleksi untuk memenuhi kebutuhan atau
kekosongan pendamping. Prosedur dan tata cara seleksi yang sistematis diharapkan
dapat menghasilkan Pendamping yang memenuhi kualifikasi, bertanggungjawab dan
memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan implemetasi program.

D. TUJUAN KHUSUS
Sebagai pedoman dalam melakukan seleksi bagi Calon Pendamping Implementasi
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

E. REKRUTMENT TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL


1. Rekrutment tenaga ahli pemberdayaan masyarakat di tingkat kabupaten/kota non
lokasi PNPM MPd dengan ketentuan kuota penempatan sebagai berikut:
a. kabupaten/kota yang memiliki jumlah kecamatan 1 (satu) sampai dengan 3
(tiga) kecamatan, akan ditempatkan 2 (dua) orang tenaga ahli, yaitu :

1 (satu) orang tenaga ahli pembangunan partisipatif; dan

1 (satu) orang tenaga ahli pemberdayaan masyarakat desa.

b. kabupaten/kota yang memiliki jumlah kecamatan 4 (empat) sampai dengan 7


(tujuh) kecamatan, akan ditempatkan 4 (empat) orang tenaga ahli, yaitu :

1 (satu) orang tenaga ahli pemberdayaan masyarakat desa,

1 (satu) orang tenaga ahli pembangunan partisipatif;

1 (satu) orang tenaga ahli pemberdayaan ekonomi desa; dan

1 (satu) orang tenaga ahli pengembangan pelayanan dasar.

c. kabupaten/kota yang memiliki jumlah kecamatan lebih dari 7 (tujuh) kecamatan,


akan ditempatkan 6 (enam) orang tenaga ahli, yaitu :

1 (satu) orang tenaga ahli pemberdayaan masyarakat desa,

1 (satu) orang tenaga ahli pembangunan partisipatif;

1 (satu) orang tenaga ahli pemberdayaan ekonomi desa;

1 (satu) orang tenaga ahli pengembangan teknologi tepat guna;

1 (satu) orang tenaga ahli infrastruktur desa; dan

1 (satu) orang tenaga ahli pengembangan pelayanan dasar.

2. Rekrutment pendamping desa di kecamatan non lokasi PNPM MPd dengan


ketentuan kuota penempatan sebagai berikut:
a. kecamatan yang memiliki 1 (satu) s.d 5 (lima) desa, ditempatkan 1 (satu) orang
pendamping desa;
b. kecamatan yang memiliki 6 (enam) s.d 10 (sepuluh) desa, ditempatkan 2 (dua)
orang pendamping desa;

c. kecamatan yang memiliki lebih dari 11 (sebelas) desa, ditempatkan 3 (tiga)


orang Pendamping Desa.
3. Rekrutment pendamping lokal desa untuk kebutuhan seluruh desa dengan
ketentuan kuota penempatan sebagai berikut:
a. satu orang pendamping lokal desa wajib mendampingi minimal 2 (dua) desa
dan maksimal 3 (tiga) desa;
b. cara menentukan jumlah pendamping desa di sebuah kecamatan adalah hal
jumlah desa dalam satu kecamatan dibagi 3, dan apabila setelah dibagi 3 masih
terdapat sisa desa yang jumlahnya kurang dari 3 (tiga) desa, maka ditambahkan
1 (satu) orang pendamping lokal desa;
contoh:
1) jumlah desa adalah 8, setelah dibagi 3 akan terdapat kebutuhan 2 orang
pendamping lokal desa dan tersisa 2 desa yang belum didampingi sehingga
dilakukan penambahan 1 orang pendamping lokal desa, dengan demikian
jumlah 8 desa akan didampingi oleh 3 orang pendamping lokal desa.
2) jumlah desa adalah 10, setelah dibagi 3 akan terdapat kebutuhan 3 orang
pendamping lokal desa dan tersisa 1 desa yang belum didampingi sehingga
dilakukan penambahan 1 orang pendamping lokal desa, dengan demikian
jumlah 8 desa akan didampingi oleh 4 orang pendamping lokal desa.
4. Rekrutment tenaga ahli pemberdayaan masyarakat di kabupaten/kota lokasi PNPM
MPd dengan ketentuan sebagai berikut:
a. posisi kosong fasilitator kabupaten (faskab) pemberdayaan diisi dengan tenaga
ahli pemberdayaan masyarakat desa;
b. posisi kosong faskab keuangan diisi dengan tenaga ahli pembangunan
partisipatif;
c. posisi kosong faskab teknik diisi dengan tenaga ahli infrastruktur desa;
d. posisi kosong faskab perguliran dan pengembangan usaha diisi dengan tenaga
ahli pemberdayaan ekonomi desa;
e. posisi kosong asisten faskab pemberdayaan diisi dengan asisten tenaga ahli
pemberdayaan masyarakat desa; dan
f. posisi kosong asisten faskab teknik diisi dengan asisten tenaga ahli infrastruktur
desa.
g. kabupaten/kota yang memiliki jumlah kecamatan lebih dari 7 (tujuh) kecamatan,
agar ditempatkan tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang meliputi :

1 (satu) orang tenaga ahli pengembangan teknologi tepat guna;

1 (satu) orang tenaga ahli pengembangan pelayanan dasar.

5. Rekrutment pendamping desa di kecamatan lokasi PNPM MPd dengan ketentuan


sebagai berikut:
a. kecamatan yang memiliki jumlah desa lebih dari 11 (sebelas) desa, agar
ditempatkan tambahan 1 (satu) orang pendamping desa sehingga jumlah
pendamping profesional di kecamatan dimaksud adalah 3 (tiga) orang;

b. posisi kosong fasilitator kecamatan pemberdayaan diisi dengan pendamping


desa;
c. posisi kosong fasilitator kecamatan teknik diisi dengan pendamping desa.

F. TUGAS POKOK TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL


1. tenaga pendamping lokal Desa yang bertugas di Desa untuk mendampingi Desa
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan
BUM Desa, dan pembangunan yang berskala lokal Desa;
2. tenaga pendamping Desa yang bertugas di kecamatan untuk mendampingi Desa
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan
BUM Desa, dan pembangunan yang berskala lokal Desa;
3. tenaga ahli pemberdayaan masyarakat desa yang bertugas meningkatkan
kapasitas tenaga pendamping dalam rangka :
a. fasilitasi pemerintah daerah kabupaten/kota terkait sosialisasi UU Desa;
b. fasilitasi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam menetapkan peraturan
bupati/walikota tentang daftar kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. fasilitasi penegakan kewenangan desa kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. pengembangan kapasitas masyarakat desa;
e. kaderisasi masyarakat desa dalam rangka pelaksanaan UU Desa;
f. fasilitasi musyawarah desa;
g. fasilitasi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melakukan prereview dan
review peraturan desa;
h. fasilitasi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melakukan rangka
menyusun regulasi di daerah yang berkaitan dengan pengaturan tentang desa;
i.

fasilitasi pengembangan pusat kemasyarakatan (community center) di desa


dan/ atau antar desa;

j.

fasilitasi pengembangan ketahanan masyarakat desa;

k. fasiltasi kerja sama antar desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa;
l.

fasilitasi kerja sama desa dengan pihak ketiga dalam rangka pelaksanaan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa; dan

m. fasilitasi pembentukan serta pengembangan jaringan sosial dan kemitraan.


n. fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi desa
melaksanakan pemberdayaan masyarakat desa;
4. tenaga ahli pembangunan partisipatif yang bertugas meningkatkan kapasitas
tenaga pendamping dalam rangka :

a. fasilitasi penyusunan penyusunan perencanaan dan anggaran desa yang


meliputi: RPJM Desa; RKP Desa; DURKPDesa; dan APBDesa;
b. fasilitasi musyawarah desa dalam rangka perencanaan pembangunan desa;
c. fasilitasi musyawarah perencanaan pembangunan desa;
d. fasilitasi pelaksanaan kegiatan pembangunan desa;
e. fasilitasi pengelolaan dana pembangunan desa;
f. fasilitasi pengadaan barang dan jasa oleh desa;
g. fasilitasi swadaya gotong royong masyarakat desa dalam rangka pembangunan
desa;
h. fasilitasi integrasi program/proyek masuk desa dengan pembangunan berskala
lokal desa;
i.

fasilitasi integrasi pembangunan desa dengan pembangunan kawasan


perdesaan;

j.

fasilitasi audit berbasis komunitas;

k. fasilitasi pemantuan berbasis komunitas;


l.

fasilitasi penanganan pengaduan dan masalah berbasis komunitas; dan

m. fasilitasi musyawarah desa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan


pembangunan desa
n. fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi desa
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa;
5. tenaga ahli pemberdayaan ekonomi desa yang bertugas meningkatkan kapasitas
tenaga pendamping dalam rangka :
a. fasilitasi pembentukan dan pengembangan lembaga BUMDesa;
b. fasilitasi pengembangan usaha dan pemasaran hasil usaha BUMDesa.
c. fasilitasi pembentukan, pengelolaan dan pengembangan pasar desa;
d. fasilitasi promosi pemasaran hasil usaha ekonomi desa;
e. fasilitasi pengembangan jaringan pemasaran hasil usaha ekonomi desa;
f. fasilitasi pengembangan kredit modal usaha ekonomi desa;
g. fasilitasi pengembangan usaha kredit mikro;
h. fasilitasi penggalangan modal keswadayaan;
i.

fasilitasi promosi pemanfaatan potensi desa;

j.

fasilitasi pengembangan usaha kredit mikro;

k. fasilitasi pengembangan ekonomi kreatif;


l.

fasilitasi pengembangan industrialisasi desa;

m. fasilitasi pengembangan kewirausahaan desa.


n. fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi desa
mengembangkan ekonomi desa;
6. tenaga ahli pengembangan teknologi tepat guna yang bertugas meningkatkan
kapasitas tenaga pendamping dalam rangka :
a. fasilitasi pengembangan teknologi tepat guna;
b. fasilitasi promosi pendayagunaan teknologi tepat guna.

c. fasilitasi kemandirian pangan dan energi berbasis teknologi tepat guna;


d. fasilitasi pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG) untuk pendayagunaan
sumberdaya hutan, perkebunan dan pertanian;
e. fasilitasi pemanfaatan TTG untuk pendayagunaan sumberdaya pertambangan;
tanah; dan air;
f. fasilitasi pemanfaatan TTG untuk pelestarian lingkungan hidup;
g. fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi desa
dalam mendayagunakan teknologi tepat guna;
7. tenaga ahli sarana-prasarana desa yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga
pendamping dalam rangka :
a. fasilitasi pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana permukiman desa;
b. fasilitasi pembangunan
permukiman desa;

dan

pengelolaan

sarana-prasarana

lingkungan

c. fasilitasi pembangunan dan pengelolaan sarana transportasi desa;


d. fasilitasi pengembangan prasarana transportasi desa;
e. sarana dan prasarana produksi pendukung ekonomi desa;
f. fasilitasi pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana pemasaran produk
unggulan desa;
g. fasilitasi pembangunan dan pegelolaan sarana-prasarana elektrifikasi desa
berbasiskan teknologi tepat guna yang ada di desa;
h. fasilitasi pengembangan kader teknik di desa; dan
i.

fasilitasi sertifikasi infrastruktur desa hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan


desa.

j.

fasilitasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mendampingi desa


dalam pengembangan, pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana
desa.

8. tenaga ahli pengembangan pelayanan dasar yang bertugas meningkatkan


kapasitas tenaga pendamping dalam rangka :
a. fasilitasi pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa secara terpadu;
b. fasilitasi pelayanan pendidikan desa bagi masyarakat desa secara terpadu;
c. fasilitasi pemberdayaan perempuan dan anak;
d. fasilitasi pemberdayaan kaum difabel/berkebutuhan khusus;
e. fasilitasi pemberdayaan kelompok masyarakat marginal;
f. fasilitasi pemberdayaan keluarga miskin;
g. fasilitasi pengembangan kesejahteraan keluarga;
h. fasilitasi pelestarian dan pengembangan adat dan kearifan lokal;
i.

fasilitasi pelestarian dan pengembangan seni dan budaya desa.

j.

fasilitasi pengembangan kerukunan dan ketentraman antar warga desa


dan/atau antar desa.

k. fasilitasi pencegahan dan penanganan konflik sosial antar warga desa dan/atau
antar desa.
l.

fasilitasi pengembangan media informasi desa untuk masyarakat desa; dan

m. fasilitasi pengelolaan akses informasi antar warga desa dan/atau antar desa.

G. KUALIFIKASI TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL


1. Pendamping Lokal Desa
a. pendidikan minimal sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau sederajat;
b. diutamakan memiliki pengalaman berorganisasi dan pernah aktif dalam
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa seperti:
pelatihan, kerja sosial, panitia pembangunan, maupun kegiatan lainnya yang
relevan dengan kebutuhan pendampingan masyarakat;
c. pengalaman relevan minimal 2 (dua) tahun;
d. mengenal adat-istiadat, kultur budaya, tradisi dan kearifan lokal masyarakat di
lokasi tugas, termasuk didalamnya dapat berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa daerah setempat;
e. bertempat tinggal di salah satu desa lokasi dampingan atau di desa yang
berdekatan dengan desa-desa lokasi dampingan; dan
f. pada saat melakukan pendaftaran, usia calon pendamping lokal desa minimal
25 tahun dan maksimal 45 tahun.
2. Pendamping Desa
a. memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat;
b. memiliki pengalaman dalam pengorganisasian masyarakat desa;
c. mampu melakukan pendampingan usaha ekonomi masyarakat desa;
d. mampu melakukan teknik fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat desa dalam
musyawarah desa;
e. memiliki kepekaan terhadap kebiasaan, adat istiadat dan nilai-nilai budaya
masyarakat desa.
f. mengenal adat-istiadat, kultur budaya, tradisi dan kearifan lokal masyarakat di
lokasi tugas, termasuk didalamnya dapat berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa daerah setempat;
g. mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office (MS. Word, MS
Excel) dan jaringan internet;;
h. mampu berkomunikasi dengan baik lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia;
i.

latar belakang pendidikan dari semua bidang ilmu minimal Strata 1 (S-1) dengan
pengalaman yang relevan dengan program pemberdayaan masyarakat minimal
2 (dua) tahun; atau D-3 dengan pengalaman kerja yang relevan dengan
program pemberdayaan masyarakat minimal 4 (empat) tahun;

j.

sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan; dan

k. pada saat melakukan pendaftaran usia calon pendamping desa maksimal 45


tahun.

3. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa


a. berpengalaman dalam bekerjasama dengan aparat pemerintah daerah
kabupaten/kota;
b. berpengalaman melakukan pelatihan bagi masyarakat desa mencakup aspek
penyusunan modul sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan, fasilitasi
kaderisasi, menguasai metodologi pendidikan orang dewasa;
c. berpengalaman melakukan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat
desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa;
d. memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat;
e. memiliki pengalaman dalam pengorganisasian masyarakat desa;
f. mampu melakukan teknik fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat desa dalam
musyawarah desa;
g. memiliki kepekaan terhadap kebiasaan, adat istiadat dan nilai-nilai budaya
masyarakat desa.
h. mengenal adat-istiadat, kultur budaya, tradisi dan kearifan lokal masyarakat di
lokasi tugas, termasuk didalamnya dapat berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa daerah setempat;
i.

pendidikan Strata 1 atau Diploma III dari semua bidang disiplin ilmu;

j.

pengalaman minimal di bidang pemberdayaan masyarakat untuk S-1 adalah 4


tahun untuk S-1 dan untuk D-III adalah 6 tahun;

k. mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office (MS. Word, MS


Excel) dan jaringan internet;
l.

mampu berkomunikasi dengan baik lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia;

m. mampu memfasilitasi dan bekerjasama dalam satu team;


n. pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal yaitu 45 tahun; dan
o. sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan;
4. Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif
a. berpengalaman dalam bekerjasama dengan aparat pemerintah daerah
kabupaten/kota;
b. berpengalaman melakukan pelatihan bagi masyarakat desa mencakup aspek
penyusunan modul sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan, fasilitasi
kaderisasi, menguasai metodologi pendidikan orang dewasa;
c. berpengalaman melakukan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat
desa dalam rangka pembangunan desa;
d. berpengalaman memfasilitasi pembangunan partisipatif, manajemen swakelola
pembangunan desa, dan pengawasan berbasis komunitas;
e. berpengalaman memfasilitasi pengelolaan keuangan desa untuk pembiayaan
pembangunan desa;
f. berpengalaman memfasilitasi masyarakat desa dalam menyusun rencana
anggaran biaya pembangunan desa sesuai dengan harga satuan setempat;

g. mampu melakukan teknik fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat desa dalam


musyawarah desa;
h. pendidikan Strata 1 atau Diploma III dari semua bidang disiplin ilmu diutamakan
ilmu ekonomi studi pembangunan;
i.

pengalaman minimal di bidang pemberdayaan masyarakat untuk S-1 adalah 4


tahun untuk S-1 dan untuk D-III adalah 6 tahun;

j.

mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office (MS. Word, MS


Excel) dan jaringan internet;

k. mampu berkomunikasi dengan baik lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia;
l.

mampu memfasilitasi dan bekerjasama dalam satu team;

m. pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal yaitu 45 tahun; dan


n. sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan;
5. Tenaga Ahli Pemberdayaan Ekonomi Desa
a. berpengalaman dalam bekerjasama dengan aparat pemerintah daerah
kabupaten/kota;
b. berpengalaman melakukan pelatihan bagi masyarakat desa mencakup aspek
penyusunan modul sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan, fasilitasi
kaderisasi, menguasai metodologi pendidikan orang dewasa;
c. berpengalaman melakukan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat
desa dalam rangka pemberdayaan ekonomi desa;
d. berpengalaman memfasilitasi pengembangan BUMDesa, usaha ekonomi desa,
pengembangan usaha kredit mikro, dan memfasilitasi pengembangan
pemasaran hasil usaha di desa;
e. pendidikan Strata 1 atau Diploma III dari semua bidang disiplin ilmu diutamakan
ilmu ekonomi;
f. pengalaman minimal di bidang pemberdayaan masyarakat untuk S-1 adalah 4
tahun untuk S-1 dan untuk D-III adalah 6 tahun;
g. mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office (MS. Word, MS
Excel) dan jaringan internet;
h. mampu berkomunikasi dengan baik lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia;
i.

mampu memfasilitasi dan bekerjasama dalam satu team;

j.

pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal yaitu 45 tahun; dan

k. sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan;


6. Tenaga Ahli Pengembangan Teknologi Tepat Guna
a. berpengalaman dalam bekerjasama dengan aparat pemerintah daerah
kabupaten/kota;
b. berpengalaman melakukan pelatihan bagi masyarakat desa mencakup aspek
penyusunan modul sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan, fasilitasi
kaderisasi, menguasai metodologi pendidikan orang dewasa;
c. berpengalaman melakukan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat
desa dalam rangka pendayagunaan teknologi tepat guna (TTG);

d. berpengalaman memfasilitasi pengembangan TTG, promosi TTG, dan


pendayagunaan TTG dalam rangka pendayagunaan sumberdaya desa;
e. pendidikan Strata 1 atau Diploma III dari semua bidang disiplin ilmu diutamakan
ilmu teknik semua jurusana atau ilmu teknologi pertanian (termasuk: perikanan,
kehutanan, peternakan, perkebunan);
f. pengalaman minimal di bidang pemberdayaan masyarakat untuk S-1 adalah 4
tahun untuk S-1 dan untuk D-III adalah 6 tahun;
g. mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office (MS. Word, MS
Excel) dan jaringan internet;
h. mampu berkomunikasi dengan baik lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia;
i.

mampu memfasilitasi dan bekerjasama dalam satu team;

j.

pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal yaitu 45 tahun; dan

k. sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan;


7. Tenaga Ahli Sarana-Prasarana Desa
a. berpengalaman dalam bekerjasama dengan aparat pemerintah daerah
kabupaten/kota;
b. berpengalaman melakukan pelatihan bagi masyarakat desa mencakup aspek
penyusunan modul sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan, fasilitasi
kaderisasi, menguasai metodologi pendidikan orang dewasa;
c. berpengalaman melakukan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat
desa dalam rangka penyediaan sarana-prasarana desa;
d. berpengalaman dalam memfasilitasi perencanaan, pelaksanaan dan kontrol
pekerjaan teknik dalam rangka pembangunan sarana-prasana desa;
e. pendidikan Strata 1 atau Diploma III dari bidang disiplin ilmu teknik sipil;
f. pengalaman minimal di bidang pemberdayaan masyarakat untuk S-1 adalah 4
tahun untuk S-1 dan untuk D-III adalah 6 tahun;
g. mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office (MS. Word, MS
Excel) dan jaringan internet;
h. mampu berkomunikasi dengan baik lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia;
i.

mampu memfasilitasi dan bekerjasama dalam satu team;

j.

pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal yaitu 45 tahun; dan

k. sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan;


8. Tenaga Ahli Pengembangan Pelayanan Dasar
a. berpengalaman dalam bekerjasama dengan aparat pemerintah daerah
kabupaten/kota;
b. berpengalaman melakukan pelatihan bagi masyarakat desa mencakup aspek
penyusunan modul sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan, fasilitasi
kaderisasi, menguasai metodologi pendidikan orang dewasa;
c. berpengalaman melakukan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat
desa dalam rangka pengembangan pelayanan dasar;

d. berpengalaman dalam memfasilitasi perencanaan, pelaksanaan dan


pengawasan kegiatan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, pemberdayaan
keluarga, penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan perempuan dan anak,
pemberdayaan warga difabel dan kelompok marginal, penanganan konflik
sosial, pengembangan informasi desa);
e. pendidikan Strata 1 atau Diploma III dari semua bidang disiplin ilmu;
f. pengalaman minimal di bidang pemberdayaan masyarakat untuk S-1 adalah 4
tahun untuk S-1 dan untuk D-III adalah 6 tahun;
g. mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office (MS. Word, MS
Excel) dan jaringan internet;
h. mampu berkomunikasi dengan baik lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia;
i.

mampu memfasilitasi dan bekerjasama dalam satu team;

j.

pada saat melakukan pendaftaran usia maksimal yaitu 45 tahun; dan

k. sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan;

H. PROSES DAN TAHAPAN SELEKSI PASIF PENDAMPING


Secara garis besar proses rekrutmen tenaga pendamping profesional terdiri dari 5
(lima) tahapan pokok yaitu: 1) Pemetaan Kebutuhan, 2) Pengumuman, 3) Seleksi
Pasif, 4) Seleksi Aktif melalui Test Tulis dan Wawancara, 5) Pembekalan Melalui
Pelatihan Pra Tugas. Pengaturan pada panduan ini masih terbatas sampai dengan
Seleksi Pasif. Tahapan selanjutnya akan diatur kemudian setelah ada ketetapan
tentang mekanisme pembiayaan tenaga pendamping profesional dari sumber
Rupiah Murni (RM).
1. Penghitungan Kebutuhan Pendamping
Kebutuhan pendamping desa untuk TA 2015, dihitung berdasarkan jumlah
kebutuhan seluruh pendamping untuk mengisi lokasi pada tiap jenjangnya. Tata
cara penghitungan kebutuhan pendamping adalah sebagai berikut:
a. Satker Pusat Direktorat PMD Ditjen PPMD (Satker Pusat) menetapkan quota
pendamping yang dihitung berdasarkan kebutuhan obyektif dan ketersediaan
pagu anggaran;
b. Satker Dekonsentrasi P3MD (Satker Provinsi) menganalisis kebutuhan
pendamping berdasarkan quota yang ditetapkan Satker Pusat.
2. Pengumuman Lowongan Kerja atau Publikasi
Pengumuman Rekrutmen Pendamping Desa dilakukan berdasarkan quota
pendamping yang dietapkan Satker Pusat maupun kondisi posisi kosong yang
secara obyektif terjadi di kabupaten/kota, kecamatan, dan/atau desa.
Satker Provinsi menyusun Draft Pengumuman Rekrutmen atau lowongan kerja
untuk dipublikasikan. Pengumuman lowongan kerja tersebut minimal berisi
informasi tentang:
a. posisi yang dibutuhkan;
b. kualifikasi yang diinginkan per-posisi;
c. persyaratan administrasi lamaran;

d. alamat lamaran;
e. batas waktu melamar;
f. alamat dan nomor kontak yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut tentang lowongan kerja dimaksud.
Satker Provinsi mengumumkan lowongan kerja tersebut di media massa lokal
minimal selama 1 (satu) hari, menempel di papan pengumuman Kantor Satker
Provinsi, dan atau pemberitaan di radio lokal, dan atau pengumuman di lokasilokasi lain yang dianggap strategis (kampus, asrama mahasiswa, dll).
Satker Provinsi juga harus mengumumkan atau mempublikasikan dokumen
pendaftaran melalui internet ke seluruh kabupaten di wilayah provinsinya,
perguruan tinggi dan lainnya.
3. Penyampaian Berkas Lamaran
Pelamar dapat mengirimkan berkas lamaran kerja secara online yang ditujukan
kepada
Satker
Pusat
Ditjen
PPMD,
dengan
alamat:
http//www.pendamping.kemendesa.go.id.
Bagi pelamar yang tidak bisa mengakses pendaftaran secara online dapat
mengirimkan berkas lamaran yang ditujukan kepada Satker Dekonsentrasi P3MD
BPMD Provinsi secara manual melalui surat pos ke alamat kantor Satker Provinsi,
atau melalui pengiriman file yang ditujukan ke alamat email Satker Provinsi.
Batas waktu penyampaian berkas lamaran minimal 5 (tujuh) hari kalender sejak
pengumuman lamaran di buka.
Untuk menjaga transparansi serta akuntabilitas informasi kebutuhan pendamping,
Satker Provinsi juga membuka desk layanan informasi terkait pendaftaran
pendamping.
4. Penerimaan Berkas Lamaran
Berkas lamaran di tujukan kepada Satker Pusat dengan alamat penyampaian
dokumen secara online ke website yang disiapkan oleh Kemendesa PDTT dan
sudah terkoneksi dengan Satker Provinsi di seluruh Indonesia. Penyusunan daftar
pelamar dilakukan oleh Satker Provinsi, dibantu oleh Tim Seleksi Pasif (staf teknis
dan staf administrasi). Hasil pemeriksaan lamaran dituangkan dalam matrik daftar
pelamar sesuai dengan Form Daftar Pelamar sebagaimana terlampir dalam
lampiran 1.
Selain itu, Satker Provinsi juga menyusun daftar pelamar ke dalam Form Daftar
Pelamar dimaksud dengan inputan data berdasarkan berkas lamaran di tujukan
kepada Satker Provinsi secara manual dengan surat pos ke alamat kantor Satker
Provinsi atau ke almat email Satker Provinsi.
5. Seleksi Pasif
a. Dasar Pemikiran Seleksi Pasif
Pada hakikatnya, proses seleksi terhadap pelamar kerja pendampingan desa
merupakan bagian dari pengadaan barang dan jasa pemerintah. Oleh sebab
itu, penanggungjawab utama dalam proses seleksi adalah Pejabat Pengadaan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Fungsi Satker

Provinsi yang dibantu staf teknis maupun staf administrasi pada dasarnya
membantu Pejabat Pengadaan dalam melakukan seleksi administratif (seleksi
pasif) terhadap berkas-berkas lamaran yang diterima Satker Pusat maupun
Satker Provinsi.
b. Penetapan Daftar Panjang (Long List)
1) Tim Seleksi melakukan pemeriksaan administrasi terhadap seluruh pelamar
yang masuk. Pemeriksaan administrasi didasarkan pada kesesuaian antara
data dalam berkas lamaran dengan kualifikasi yang ditetapkan pada setiap
posisi yang dilamar. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Form Long List
Calon Pendamping sebagaimana terlampir dalam lampiran 2.
2) Apabila jumlah calon pendamping yang memenuhi kriteria administrasi dan
kualifikasi dalam Long List kurang dari 300% dari jumlah kebutuhan seluruh
calon pendamping tersebut dapat ditetapkan sebagai calon pendamping
yang akan dipanggil untuk mengikuti seleksi Aktif (Short List).
3) Apabila jumlah long list tersebut lebih dari 300% dari jumlah kebutuhan
masing masing posisi, maka dilakukan perhitungan terhadap pengalaman
kerja (skoring) dengan ketentuan sebagai berikut:
(i) Untuk 12 bulan pengalaman kerja pada program pemberdayaan
masyarakat dan berhubungan dengan pendampingan masyarakat, serta
memiliki pengalaman organisasi yang berhubungan dengan
kemasyarakatan, diberi nilai = 3
(ii) Untuk 12 bulan tidak memiliki pengalaman kerja pada program
pemberdayaan masyarakat, tetapi memiliki pengalaman dalam
pengorganisasian dan/atau pendampingan masyarakat, diberi nilai = 2
(iii) Untuk 12 bulan memiliki pengalaman kerja pada program pemberdayaan
masyarakat, tetapi tidak memiliki pengalaman dalam pengorganisasian
dan/atau pendampingan masyarakat, diberi nilai = 2
(iv) Untuk 12 bulan pengalaman kerja dibidang lain yang tidak berhubungan
dengan pemberdayaan masyarakat, diberi nilai = 1
(v) Untuk pengalaman kerja yang tidak jelas atau tidak dicantumkan dalam
daftar pengalaman kerja (CV), diberi nilai = 0
(vi) Untuk pengalaman kerja dan/atau organisasi kurang dari 12 bulan,
diperhitungkan sesuai dengan jumlah bulan pengalaman dengan rumus
= Jumlah bulan pengalaman kerja dibagi 12, dikali dengan koefisien
pengalaman. dimana koefisien pengalaman kerja sesuai dengan item (i)
atau (ii) atau (iii) atau (iv) diatas.
Selanjutnya, penentuan calon pendamping yang akan diikutkan pada seleksi
aktif ditetapkan berdasarkan ranking nilai (skoring) pengalaman
kerja/organisasi, maksimum sebanyak 300 % dari daftar kebutuhan
pendamping.
Perlu diperhatikan, bahwa pengalaman kerja yang diperhitungkan adalah
pengalaman kerja setelah kelulusan dari jenjang pendidikan sesuai
ketentuan. Pengalaman kerja sebelum kelulusan hanya sebagai bahan
pertimbangan, apabila ada nilai yang sama. Sementara pengalaman
organisasi dihitung sejak yang bersangkutan mulai terlibat aktif dalam
organisasi kemasyarakatan.

4) Daftar Calon Pendamping yang akan dipanggil untuk mengikuti Seleksi Aktif
(Short List) dan memenuhi dengan kualifikasi yang ditetapkan dituangkan
dalam Matrik sesuai dengan Form Rek.3 sebagaimana terlampir dalam
lampiran 3. Sedangkan, calon Pendamping yang tidak memenuhi kualifikasi
dituangkan dalam Form Rek. 3 B sebagaimana terlampir dalam lampiran 4.
5) Berdasarkan Satker Provinsi membuat surat rekomendasi Satker Pusat
untuk menetapkan daftar pendek (short list) dengan dilampiri long list dan
short list. Mekanisme pengajuan rekomendasi Satker Provinsi dimaksud
adalah sebagai berikut:
Soft copy Long List dan Short List dalam format MS Excel. Terlampir
dalam lampiran 5. Form Short List Calon Pendamping.

Berkas pengajuan dilampirkan: copy pengumuman lowongan pekerjaan,


daftar pelamar, Long List dan Berita Acara Penetapan Short List serta
jadwal Rencana Pelaksanaan Seleksi Aktif.

6) Satker Pusat melakukan verifikasi dan review terhadap surat rekomendasi


yang disampaikan oleh Satker Provinsi tentang short list calon pendamping.
7) Pelaksanaan verifikasi dan review Short List oleh Satker Pusat maksimal
selama 5 hari sejak diterimanya pengajuan short list, untuk kemudian
ditetapkan.
8) Short List yang telah ditetapkan oleh Satker Pusat, disampaikan kepada
Satker Provinsi.
9) Satker Provinsi menyampaikan keputusan Satker Pusat kepada Pejabat
Pengadaan di Provinsi, untuk selanjutnya Pejabat Pengadaan dimaksud
akan menetapkan hasil Seleksi Pasif sebagai dasar penyelenggaraan
Seleksi Aktif.

Anda mungkin juga menyukai