Anda di halaman 1dari 3

Aku berjalan dikoridor yang selalu sunyi sambil membawa beberapa buku dari

perpustakaan. Aku terkadang berhenti melihat pemandangan suram dibalik jendela tua
sekolah ini. Suara sepatuku pun menjadi nada beku yang membawaku menuju kelas. Aku
telah berdiri didepan pintu kelas lalu melirik jam tanganku. Jam menunjukkan pukul 08.45,
aku terlambat 1 jam 45 menit seperti biasanya.
Pintu kayu yang tua mengeluarkan suara khasnya saat aku membuka pintu. Aku langsung
menuju tempat dudukku disudut belakang dekat jendela. Tidak ada yang menghiraukan
kedatanganku, orang-orang dikelas yang mungkin biasa dipanggil teman seperti tidak
melihat keadaanku. Bahkan, guru disekolah inipun seperti tidak sadar mempunyai seorang
siswi sepertiku. Aku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada.
Aku membaca buku dari perpustakaan yang kubawa, tak memperdulikan pelajaran apa
yang sedang dijelaskan oleh wali kelas. Kemudian wali kelas mengabsen kelas ini dan wali
kelas bahkan seluruh guru menyebutkan namaku dengan nomor absenku. Tidak dengan
namaku. Sudah menjadi aturan sekolah ini untuk mengangapku tidak ada.
Aku tidak tau mengapa aku diperlakukan seperti ini, mungkin karena aku adalah sepupu
dari siswi yang pernah meninggal karena dibunuh disekolah ini dan nama kami pun sama.
Yaitu, Rodita Tsamarah. Atau mungkin, karena penampilanku yang sangat suram. Aku
mempunyai mata sebelah kiri berwarna cokelat dan sebelah kanan berwarna biru.
Aku melirik jam ditanganku, ini masih pukul 09.15. Aku berdiri lalu melangkah dengan
suara sepatu yang mengangu. Namun, tak ada satupun orang yang protes. Aku membuka
pintu tua itu dan sekali lagi terdengar suara berisik. Aku tidak memperdulikan guru yang
sedang mengajar, karena ia juga tidak memperdulikanku.
~~~~~~~~~~
Aku berjalan meninggalkan sekolah tua ini, aku ingin menjenguk ibu dirumah sakit. Aku
berjalan dari sekolah ke rumah sakit karena jaraknya tidak terlalu jauh. Hujan turun secara
tiba-tiba, aku membiarkan air hujan membasahi seragamku dan terus berjalan. Aku
menyukai hujan.
Sesampainya dirumah sakit, aku segera menaiki lift. Didalam lift aku mengeluarkan
boneka yang dipesan ibu kalau aku menjenguknya. Saat dilantai 4 pintu lift terbuka,
masuklah seorang lelaki mengenakan pakaian pasien. Ia sedang menelpon seseorang dan
tidak menyadari keberadaanku.
eh, maaf. Aku tidak melihatmu ia berkata, saat menoleh kebelakang dan melihatku.
Aku hanya menganguk. Lalu ia melihatku dengan seksama. Pakaianku yang basah dan kotor,
muka dan tubuh yang pucat karena kedinginan, serta tanganku yang sedang membawa
boneka lusuh nan mengerikan.
Ia maju mendekati pintu lift setelah melihatku dengan seksama, ia mungkin berpikir
kalau aku ini hantu.
~~~~~~~~~~~~

Saat aku sedang membaca buku yang baru kupinjam diperpustakaan, wali kelas membawa
orang yang kutemui didalam lift kemarin. Ia memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa ia
adalah siswa baru dikelas 3-3 ini. Ia bernama Kai afdhaladiat. Ia duduk tidak jauh dengan
bangkuku. Ia melirikku dengan muka yang aneh.
Saat jam istirahat, ia langsung dikelilingi oleh orang-orang kelas. Orang-orang kelas
yang beranggapan bahwa aku ini adalah sesuatu yang tidak ada, seperti memperkuat
dugaannya bahwa aku ini adalah hantu.
~~~~~~~~~~~~
Entah kenapa, anggapan orang-orang kelas yang mengangapku tidak ada malah
membuatnya penasaran terhadapku. Ia sering menemuiku dan mengajakku berbincangbincang. Aku terus menghiraukannya, namun ia tetap melakukannya dan membuat orangorang kelas marah kepadanya karena telah melanggar aturan kelas.
Seperti saat pelajaran olahraga tadi karena kaki sedang terkilir ia tidak mengikuti
pelajaran olahraga, ia mendatangi mejaku dan mulai bertanya tentang banyak hal.
orang-orang dikelas tidak memberi tau mu? suaraku memecah keributan yang
dibuatnya. namaku ini berhubungan dengan kematian, tapi bukan hanya kematian biasa.
Kematian yang kejam dan menyakitkan telah merenggut sekolah ini. Kau benar-benar tidak
mengetahui apapun, kai? tidak satupun?
Ia hanya diam dan menunjukkan wajah yang sangat kebingungan.
kau seharusnya jangan mencoba mendekatiku, berhati-hatilah kataku seraya berdiri
meninggalkannya sendirian dikelas yang suram itu.
~~~~~~~~~~~~~
Saat semua siswa sudah pulang, aku berjalan menuju kelasku yang hampa karena ada
sesuatu yang ketinggalan. Aku melihat bangku kai penuh dengan kertas, aku berjalan menuju
bangkunya. Aku mengambil salah satu kertas yang bertuliskan MENGAPA KAU MENCOBA
MENDEKATI SESUATU YANG TIDAK NYATA!. Aku meletakkan kertas itu dan menuju
bangkuku sambil berpikir bahwa sesuatu yang tidak nyata itu adalah aku.
~~~~~~~~~~~~~
Keesokan harinya, aku mendapati kai mengalami sesuatu yang serupa denganku. Dia
dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada oleh orang-orang kelas. Dia terlihat kecewa pada
awalnya, namun ia sangat bahagia kemudian. Dia bahagia karena dia mengetahui bahwa aku
ini nyata. Betapa bodohnya dia pikirku.
~~~~~~~~~~~~~
Sore ini cukup berangin dan mendung. Setelah berhasil melarikan diri dari kelas yang
mengerikan dan kai si penguntit. Aku langsung pergi belanja untuk membeli keperluan ibu
dirumah sakit.
Diperjalanan hujan deras menguyur kota kecil ini, aku tetap berjalan menikmati aroma
debu yang diterpa air hujan. Aku melewati rumah ketua kelas 3-3, ia tidak masuk sekolah
hari ini karena sakit.
Aku melihat pakaian yang dijemur dibiarkan basah diguyur hujan. Aku memasuki halaman
rumahnya. Aku mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada jawaban
rikoo panggilku. Masih tidak ada jawaban

Aku mengangkat jemuran yang terlanjur basah dan meletakannya diteras rumah ketua
kelas. Saat hendak meninggalkan halaman rumahnya, aku melihat sebuah pisau tergeletak
didekat pohon. Aku mengambilnya untuk dibuang, lalu aku meninggalkan halaman rumah riko
dan menuju pasar.
~~~~~~~~~~~
Saat aku memandangi rintik-rintik hujan dibalik jendela kelas yang suram, wali kelas
muncul dan memberi tau kalau riko telah meninggal karena dibunuh. Deg! Aku sangat
terkejut. Orang-orang dikelas menangis tidak percaya. Tiba-tiba ada seorang siswi berdiri
dan memandangiku dengan marah.
aku kemarin pulang lebih awal karena aku merasa tidak sehat. Dijalan, aku melihat DIA!
Dia keluar dari rumah riko sambil membawa pisau! Kau bukan hanya aneh, kau juga seorrang
pembunuh teriaknya disela-sela tangis sambil menunjuk kerahku.
Semua orang dikelas melihatku dengan pandangan penuh amarah. Hanya wali kelas dan
kai yang tidak memandangiku. Aku hanya melihat mereka dengan pandangan dingin.
dia tidak melakukannya teriak kai seraya berdiri.
Tiba-tiba datang beberapa anggota polisi dan menangkap wali kelas.
anda telah menjadi tersangka dalam pembunuhan saudara Riko kata salah satu anggota
polisi.
Seluruh orang kelas memandangi wali kelas dengan ekspresi tidak percaya.
maafkan saya wali kelas berkata lirih. saya merasa dendam melihat keluarga Riko,
karena mereka memiliki seorang putra. Padahal, ayah riko telah membunuh anak saya, rodita
tsamarah dengan keji. Saya ingin membuatnya merasakan rasa sakit seperti yang pernah
saya rasakan jelas wali kelas kepada kami dengan senyum diwajahnya dan itu mengerikan.
Lalu anggota polisi membawa wali kelas keluar. Sebelum pergi ia tersenyum kepada kami
dengan senyuman yang teramat tulus diwajahnya.
Aku baru menyadari bahwa wali kelas adalah pamanku. Kai mendatangiku dan tersenyum.
apa? tanyaku seraya berdiri hendak meninggalkan kelas.
aku tau kau tidak melakukannya, karena kemarin aku mengikutimu jawabnya seraya
tertawa.
dasar penguntit kataku sambil tersenyum.
akhirnya kau dianggap oleh orang-orang kelas walaupun hanya sekali dan dengan momen
yang sangat menyakitkan untukmu jelasnya seraya tertawa
ya, itu menyenangkan dan lebih baik aku menjadi seseorang yang dianggap tidak ada
selamanya daripada diperlakukan seperti itu ujarku seraya membuka pintu kelas
Dia hanya tertawa dan aku berjalan melewati koridor yang tak lagi sesunyi dulu.
~~~~~~~~
Sejak kejadian itu, orang-orang dikelas mulai mendekatiku secara perlahan. Mungkin,
mereka sedikit pantas dipanggil sebagai teman. Namun, aku hanya mengangap kai sebagai
satu-satunya teman bagiku. Ya, aku tetap aneh seperti biasanya.
~~~~~~~~~

Anda mungkin juga menyukai