Anda di halaman 1dari 31

Naegleria fowleri

dan
Accanthamoeba

SEJARAH

SIFAT
PARASIT

DIAGNOSA
LAB

KASUS
YANG
PERNAH
TERJADI

PROSES
INFEKSI

DISTRIBUSI
GEOGRAFIK

GEJALA
KLINIS

PENGOBATAN
PENCEGAHAN

NAEGLERIA FOWLERI

Sejarah

Naegleria Fowleri adalah organisme free- living amoeba


yang dapat ditemukan di seluruh dunia. tahun 1965 Fowler
dan Carter mempublikasikan sebuah laporan kasus yang
terjadi pada 4 orang di Australia, laporan ini pertama kali
menghubungkan antara Naegleria Fowleri dan penyakit
yang menyerang susunan syaraf pusat. Pada awalnya
penelitian tersebut beranggapan bahwa amoeba penyebab
dari penyakit tersebut adalah Genus Acanthameba tetapi
setelah diteliti lebih lanjut amoeba penyebabnya cenderung
mengacu pada Naegleria Fowleri.
Di tahun-tahun berikutnya di laporkan 4 kasus yang terjadi
di Amerika Serikat, 1 terjadi di Texas oleh Patras dan
Andujar (tahun 1996) dan 3 kasus lainnya terjadi di Florida
oleh Butt (tahun 1966). Butt menamakan penyakit ini
sebagai Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM).
Namun, yang pertama kali mengisolasi amoeba ini dari dua
kasus PAM di Australia adalah Fowler pada tahun 1970.

Kasus
Usai Berenang, Otak Gadis Berusia 12 Tahun Dimakan Parasit
Sehari setelah bermain di Taman Air Willow Springs, Arkansas, Kali Hardig dilarikan ke
rumah sakit. Gadis kecil berusia 12 tahun ini mengalami meningitis karena parasit di
otaknya.
Ternyata parasit berjenis amuba tersebut adalah parasit pemakan otak yang bisa ditemukan
di perairan hangat. Meningitis yang disebabkan oleh parasit bernama Naegleria fowleri ini
sangat jarang terjadi.
Kali mengalami demam dan muntah-muntah sehari setelah berenang di taman air tersebut.
Ibunya, Hardig Kristen, khawatir setelah melihat bola mata anaknya tampak seperti
berputar-putar.
"Aku tidak bisa menurunkan demamnya dan dia mulai muntah. Dia mengatakan kepalanya
sangat sakit lalu menangis. Dia melihat saya dan matanya tampak berguling," kata Hardig
seperti yang dikutip oleh news.com.au, Selasa (30/7/2013).
Kali dilarikan ke rumah sakit dan mengalami kondisi koma. Peristiwa ini menarik perhatian
Departemen Kesehatan Arkansas, yang menyebutkan penderita penyakit ini hanya memiliki
kesempatan hidup yang tipis.
"Naegleria fowleri tidak menular antara manusia dan biasanya masuk melalui hidung
manusia saat berada di dalam air," ujar departemen kesehatan tersebut.
Begitu pula dengan pihak pengelola Taman Air Willow Springs yang kemudian menutup
tempatnya sejak kasus ini muncul. Pengelola menghindari jatuhnya korban lain. Sementara
Kali masih berjuang melawan parasit pemakan otak di Rumah Sakit Anak Little Rock,
Arkansas.
Sumber : Usai Berenang, Otak Gadis Berusia 12 Tahun Dimakan Parasit (detik..com)

Distribusi
Geografik
Kasus-kasus dengan primary amebic
meningoencephalitis telah di laporkan dari AS,
Belgia, Cekoslowakia, Australia, Selandia Baru,
India, Nigeria, Irlandia, Venezuela, Panama, dan
Papua Nugini. Naegleria fowleria di isolasi dari
kasus kematian tersebut.
Amoeba ini membunuh hewan percobaan pada
beberapa laboratorium pada waktu diinjeksikan
intra nasal, intra vena dan intracerebral.
Organisme ini tidak membentuk cyste atau
flagella dalam tubuh hospes dan vakuolanya
berisi sel debris (serpihan sel) dari hospes.

Habitat

Naegleria Fowleri hidup bebas ditanah dan air

yang lembab dan bersifat termofilik.

umumnya ditemukan di seluruh dunia di air


tawar hangat ( seperti danau, sungai , dan
sumber air panas )

Morfologi
amebaflagellata memiliki bentuk ameboid dan flagellata
dalam siklus hidupnya.
Memiliki 2 stadium :
1. stadium trophozoit (ameboid dan flagellata) yang
motile .

2.

Stadium kista yang non-motile dan resisten.

STADIUM TROPHOZOIT (AMEBOID


DAN FLAGELLATA) YANG MOTILE
1.a. Trophozoit bentuk ameboid
a. Ketika bergerak berbentuk memanjang,
b. Anterior lebih lebar ,bagian posterior yang
menyempit, dan membentuk sebuah
pseudopoida yang lebar.
c. Terdapat satu inti dengan karyosom sentral
yang besar dan dikelilingi oleh sebuah halo,
tanpa kromatin perifer.
d. Terdapat vakuola makanan yang terdiri dari
bakteri pada saat berada dalam bentuk freeliving, atau berisi debris sel pada saat
menginfeksi manusia.

1.b. Tropozoid bentuk falgella


a. Bentuk ameba berubah
menjadi flagellata dengan 2
buah flagella ketika berada
didalam air
b. Biflagellatabi asanya
berbentuk seperti pir, dengan
2 buah flagella pada ujung
bagian posterior yang melebar.
c. Bentuk flagella ini besifat
sementara dan akan berubah
kembali pada bentuk ameboid.
Perubahan ini terjadi paling
lama 20 jam, dan biasanya
beberapa dari bentuk flagella
dapat bertahan selama 2 hari
atau lebih.

STADIUM KISTA YANG NON-MOTILE


DAN RESISTEN.
Pada kondisi yang tidak menguntungkan ( gizi
rendah , suhu dingin , pengeringan ) , N. fowleri
dapat membentuk kista .
Panjangnya 8 15 um
Bagian bagian kista :
a. dindding kista dan mitokondria
b. endoplasma retikulum
c. vesikel dan granul sekretiri
o pada lingkungan yang menguntungkan dalam
saluran hidung manusia kista dapat kembali ke
tahap trofozoit dan menjadi infektif

Siklus Hidup

Cara
perkembangbiakan
secara pembelahan biner (binary fission)

Cara Infeksi
Menginfeksi manusia dengan cara tropozoit
terhirup melalui hidung, kemudian menginvasi
membran nasal dan masuk ke ruang sinus
paranasal

Gejala Klinis
1.

Infeksi Naegleria fowleri biasanya terjadi pada orang dewasa muda


dan anak-anak yang sehat dan sebelumnya mempunyai riwayat
berenang atau menyelam di air hangat sekitar 7-14 hari.
Kebanyakan gejala pertama kali muncul 2-5 hari setelah paparan
terakhir yaitu demam, sakit kepala pada area bifrontal atau
bitemporal, mual, dan muntah.

2.

Dapat timbul beberapa gejala yang berhubungan dengan persepsi


olfaktorius yaitu gangguan dalam mengecap.

3.

Iritasi meningeal dapat ditandai peningkatan tekanan intra kranial


yaitu dengan timbulnya gejala kejang dan kaku kuduk.

4.

kelumpuhan yang meliputi saraf kranial III, IV, dan V seperti


cerebellar ataksia dan penurunan refleks tendon yang
mengidentifikasikan adanya edema otak dan herniasi.

5.

perubahan mental terjadi pada dua pertiga kasus yang pernah


dilaporkan dan keadaan penderita akan semakin menurun menjadi
koma dan akhirnya akan meninggal dalam waktu sekitar satu
minggu setelah munculnya gejala.
.

Diagnosa
Lab
Karena PAM berkembang dengan cepat maka, tes
diagnostik harus dilakukan untuk deteksi dini.
Diagnosa awal yang ditanyakan biasanya adalah
apakah baru baru ini pasien berenang di air
hangat dan gejala yang timbul.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu :
Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
Kultur
PCR dan Indirect Immunoflourescent
Antibody
Biopsi otak

Pencegahan

Temperatur hangat, ketersediaan makanan yang


mencukupi dan kadar pH optimal serta oksigen
yang cukup adalah habitat yang mungkin ameba
dapat berkembang
Pencegahan dilakukan dengan pemanasan air
sampai diatas 60 C dan pemberian chlorine 0,5
1 mg/l

Accanthamoeba

Sejarah

Dulu genus Acanthamoeba ditempatkan bersama


Hartmanella Alexeieff 1912 dalam famili
Hartmannellidae.
Tahun 1975 Sawyer dan Griffin mengusulkan
Acanthamoebidae untuk amoeba dipenuhi duri
( spiny ) atau dipenuhi rambut ( filose ) dengan
Acanthamoeba sebagai tipe genus dan spesies
Acanthamoeba castellanii.

Kasus
Acanthamoeba culbertsoni merupakan spesies
yang paling sering terindentifikasi pada kasus
kasus infeksi pada manusia dan A. castellanii
merupakan tipe spesies yang patogen baru baru
ini
A. polyphaga merupakan spesies penyebab
keratitis dan uveitis( puschkarew, 1913 ) page
1967
A. astronyxis ( ray, hayes 1954) page 1967, telah
dapat diidentifikasi sebagai penyebab ensefalitis
yang fatal pada sebuah kasus ( gullet, dkk 1979)

Distribusi
Geografi
Acanthomoeba sp dapat ditemukan
diseluruh dunia.

Morfologi
1.

Tropozoit berukuran
diameter 25 sampai 40
m, bentuk bervariasi
dengan karakteristik
memiliki spine-like
pseudopodia, inti
dengan kariosome yang
besar

2. Sedangkan bentuk
kistanya berukuran dia
meter 15 sampai 20 m,
memiliki lapisan dinding
ganda, dan biasanya
berbentuk poligonal dan
sferis, inti sentral

Habitat

Acanthomoeba dapat ditemukan di tanah, air


laut, limbah, kolam renang, peralatan lensa
kontak, unit perawatan gigi, mesin dialisis,
pemanas, ventilasi, dan sistem pendingin udara,
kultur sel mamalia, sayuran, lubang hidung
manusia dan tenggorokan, otak manusia dan
hewan, kulit, dan jaringan paru-paru.

Siklus Hidup

Cara
Perkembangbiakan

SECARA PEMBELAHAN BINER


(BINARY FISSION)

Proses Infeksi

Penularan tidak berhubungan dengan


kolam renang. Infeksi berlangsung secara
hematogen setelah inhalasi / aspirasi
bentuk trofozoit maupun kista, atau
melalui kulit atau mukosa yang luka
secara invasi vaskular langsung.

Gejala Klinis
Gejala yan timbul berupa :
demam
sakit mata
sakit kepala
kelelahan kaku kuduk
Mata kemerahan dan kabur
Acanthamoeba dapat menyebabkan 3 sindrom:
1 granulomatous amebic encephalitis (GAE).
2 Disseminated granulomatous amebic disease
(kulit, sinus, and infeksi paru-paru).
3 Amebic keratitis: biasa ditemukan pada orang
yang sering menggunakan contact lense.

Diagnosa Lab
Diagnosis dini sangat penting untuk pengobatan
yang efektif dari Acanthamoeba keratitis. Infeksi
ini biasanya didiagnosis oleh spesialis mata
berdasarkan gejala, pertumbuhan amoeba dari
gesekan mata atau melihat amoeba dengan
proses yang disebut confocal microscopy.
Spesimen pemeriksaan yang digunakan:

Cairan spinal

Lesi kulit

Lesi kornea

Pencegahan
Langsung dilakukan pengobatan secepatnya
terhadap lesi pada kulit, mata, traktus
respiratorius dan genitourinarius.
Berhati hati dalam penggunaan obat
imunosupresif
Untuk itu pencegahan Acanthamoeba dapat
dilakukan dengan menghindari penggunaan
kontak lensa. Dan menjaga kebersihan kontak
lensa yang dipakai.

Pengobatan

Terapi yang digunakan belum ada yang


memuaskan, namun penggunaan Amphotericin
B dengan sulfadiazin dapat memperlambat
perjalanan penyakit dan mengurangi mortalitas.
Obat sulfadiazin diketahui lebih efektif terhadap
infeksi Acanthamoeba

DAFTAR PUSTAKA

Yulfi, Hemma.2006.Patogenik Free-Living Amoebae.Sumatra


utara :Usu
Sinambela Adelina H. 2008. Naegleria fowleri. Sumatra Utara:
USU
http://www.cdc.gov/parasites/acanthamoeba/diagnosis.html
http://www.cdc.gov/dpdx/freeLivingAmebic/gallery.html#nfowltrop
hs
GK Vemuganti,dkk. 2005. Granulomatosus Inflamation in
Acanthamoeba Keratitis: An Immunohistochemical Study Of Five
Cases And Review Of Literatur. Indian Jurnal Of Medical
Microbiology , (2005) 23 (4):231-8
http://medind.nic.in/iau/t05/i4/iaut05i4p231.pdf
Djaenudin Natadisastra, dr., Sp.ParK & Prof. Dr. Ridad Agoes,
MPH. 2009. Parasitologi kedokteran:ditinjau dari organ
tubuh yang diserang. Jakarta : EGC

Behrman Klirgman Arvi. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.


Vol 3. jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai