Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polio adalah penyakit yang nyaris menyerang anak-anak lebih dari 80 persen
kasus kelumpuhan karena polio terjadi pada balita. Penyebabnya adalah virus di usus,
infeksi terjadi apabila virus tertelan. Setelah berada diusus, virus polio masuk ke
dindingusus dan hidup di kelenjar getah bening di dekatnya. Di sana virus polio
berkembang
pakaian, tempat mandi, dan pasokan air minum, dan dengan demikian menularkan
polio. Virus polio bisa bertahan hidup sampai enam puluh hari di luar tubuh. (Atul
Gawande.2007)
Virus polio hanya menginfeksi beberapa jenis sel saraf, tapi
yangdiinfeksinya lantas dihancurkan. Dalam kasus-kasus terparah, virus polio
menyebar dari aliran darah ke neuron-neuron batang otak, sel-sel yang membuat anda
bisa bernapas dan menelan. Kalau sudah terkena yang seperti itu, penderita hanya
bisa hidup dengan diberi makan dan napas lewat selang. Pada kasus ini, seringkali
banyak neuron yang dihancurkan virus sehingga fungsi otot hilang sama sekali.
Refleks tendon lenyap. Anggota tubuh hilang terkulai tanpa tenaga. (Atul
Gawande.2007)
Di tahun 1995 indonesia melancarkan kampanye besar-besaran lewat pekan
imunisasi Nasional (PIN) untuk memerangi penyakit infeksi virus ini. Setelah 10
tahun indonesia dinyatakan bebas polio, namun pada awal tahun 2005 di indonesia
kembali timbul epidemi polio dengan 15 kasus dii sukabumi, jawa barat, sehingga
DepKes menganggap perlu untuk di bulan agustus 2006 melakukan vaksinasi masal
dengan vaksin polio oral (OPV, Sabin). Dalm rangka membebaskan indonesia dari
virus polio, imunisasi terpadu akan terus digalakkan. Sejak tahun 2005 sudah 5 kali
dilaksanakan PIN dan terakhir di tahun 2006 dengan target indonesi harus bebas polio
pada tahun 2008. Virus polio yang timbul kembali di indonesia pada tahun 2005
diperkirakan berasal dari negara Afrika-Asia dimana penyakit ini masih endemik
seperti Sudan, Nigeria, Pakistan, India, dan Afganistan. Dalam tahun 2006 Mesir
dinyatakan bebas polio. (Tan hoan tjay. 2007)
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1) Menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Imun dan Hematologi
II
2) Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien Orang dewasa
dengan penyakit Polio
1.2.1 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi Polio
2) Menjelaskan etiologi polio
3) Menjelaskan patofisiologi polio
4) Menjelaskan manifestasi klinis polio
5) Menjelaskan pemeriksaan diagnostic untuk polio
6) Menjelaskan penatalaksanaan dari polio
7) Menjelaskan komplikasi dari polio
8) Menjelaskan prognosis dari polio
9) Menjelaskan WOC dari polio
10) Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan polio
1.4 Manfaat Penulisan
Menambah wawasan pembaca mengenai konsep asuhan keperawatan pada
klien Orang dewasa dengan Penyakit Polio
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut WHO, poliomyelitis (polio) adalah penyakit infeksi virus yang
sangat menular, terutama di derita oleh anak-anak. Virus ini ditularkan oleh orang ke
orang menyebar melalui fekal-oral atau melalui media penular (misalnya air atau
makanan yang terkontaminasi) dan berkembang didalam usus, kemudian menyerang
system saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Gejala awal polio diantaranya demam, kelelahan, sakitkepala, muntah, kekakuan pada
leher, dan nyeri pada anggota badan. Pada sebagian kecil kasus, penyakit ini
menyebabkan kelumpuhan, yang sering permanen. Tidak ada obat untuk polio, hanya
dapat dicegah dengan imunisasi
2.2 Etiologi
Poliomielitis atau polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus
polio, yang termasuk dalam kelompok enteroviorus, famili Picornavirus. Virus polio
sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan
larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi dalam keadaan
beku masa hidupnya dapat bertahun-tahun (cahyono.2010)
2.3 Patofisiologi
Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam
tenggorokkan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan melalui system
pembuluh darah dan getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke system saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis). Virus ini hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf
tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila
ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah medulla spinalis
terutama kornu anterior, batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf
cranial serta formasi oretikularis yang mengandung pusat vital, serebelum terutama
inti-inti vermis, otak tengah midbrain terutama gray matter substansinigra dan
kadang-kadang nucleus rubra.
2.4 Manifestasi Klinis
Penyakit polio terbagi atas tiga jenis sebagai berikkut :
1. Polio non-paralisis
Menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, kram otot pada leher dan
punggung, otot terasa lembek jika disentuh. Hal ini berlangsung 2-10 hari dan
akan sembuh sempurna.
2. Polio paralisis spinal
Menyerang saraf tulang belakang dan menghancurkan sel pengontrol
pergerakan tubuh. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki.
Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian saraf tulang
belakang dan batang otak sehingga mengakibatkan kelumpuhan seluruh
anggota gerak badan. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi
lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Kelumpuhan
tersebut bersifat asimetris (salah satu sisi) sehingga menimbulkan deformitas
(gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih
berat. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua hari hingga
dua bulan. Sekitar 50% - 70% fungsi otot pulih dalam waktu 6 9 bulan.
Kemudian setelah dua tahu, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan
otot. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami
gejala tambahan di masa depan seperti layu oto ; gejala ini disebut sindrom
post-polio. Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik (lumpuh), 30% akan
sembuh, 30% menunjukkan kelumpuhan berat, dan 10% menimbulkan
kematian.
3. Polio bulbar
Disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung sel pengatur pernapasan dan saraf yang
mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata,
- tinja
b. Untuk penderita yang dirawat:
- Flaccid paralisis: tinja, apus tenggorokan.
- Meningo-enchepalitis: tinja, apus tenggorokan
-
dan
cairan
serebrospinal.
Kematian: spesimen nekrocopi; jaringan dari brain stem, spinal
sekitar 1 cm3.
3. Specimen untuk test serologi
Spesimen yang digunakan adalah serum darah. Diagnosis ini sevara
rutin tidak lagi direkomendasikan karena kesulitan interpretasi pada
testnya terutama apabila cakupan imunisasi polio telah tinggi. Untuk
survei serologi cukup diambil satu spesimen yang memerlukan 5cc darah.
Pengambilan darah dapat menggunakan filter paper. Filter paper yang
digunakan adalah filter khisis. Jumlah filter paper yang dibutuhkan sangat
terganting dari merk/ukuran/ketentuan dari pembuatnya.
2.6 Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan spresifik terhadap Poliomielitis. Antibiotika, -globulin
dan vitamin tidak mempunyai efek. Penatalaksanaan adalah simptomatis daft suportif.
Infeksi tanpa gejala: istirahat (Syahril,2005).
Infeksi abortif: istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur normal.
Kalau perlu dapat diberikan analgetik, sedatif. Jangan melakukan aktivitas selama 2
minggu. 2 vulan kemudian dilakukan pemeriksaan neuro-muskuloskeletal untuk
mengetahio adanyakelainan.
Non paralitik: sama dengan tipe abortif pemberian analgetik sangat efektif
bila diberikan bersamaan dengan pembalut hangat selama 15-30 menit setiap 2-4 jam
dan kadang-kadang mandi air panas juga dapat membantu. Sebaiknya diberikan foot
bpard, papan penahan pada telapak kaki, yaitu agar kaki terletak pada sudut yang
sesuai terhadap tungkai. Fisioterapi dilakukan 3-4 hari setelah demam hilang.
Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul sebagai akibat denerbasi sel
kornu anterior, tetapi dapat mengurangi deformitas yang terjafdi.
Paralitik: harus dirawat di rumah sakit karena sewaktu-waktu dapat terjadi
paralisis pernafasan, dan untuk ini harus diberikan pernafasan mekanis. Bila rasa sakit
telah hilang dapat dilakukan fisioterapi pasip dengan menggerakkan kaki/tangan. Jika
terjadi paralisis kandung kemih maka diberikan stimulan parasimpatetik seperti
bethanechol (urecholine) 5-10 mg oral atau 2.5-5 mg/SK.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi
sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa
otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan
terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.
Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio.
Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot
yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan.
2.8 Prognosis
Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitikatauparalitik) dan
bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan kordaspinalis,
kemungkinan akan terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis,
merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan
kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan).
Polio virus
MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Melalui fekal-oral (makanan yang terkontaminasi)
MK: Defisiensi Pengetahuan
Sulit menelan
Bermultiplikasi
Infeksi
Orofaring
Fase viremia
MK: Hipertermi
Infeksi
MK: Nyeri
Melemahnya otot
Paralysis
MK: Ansietas
10
2.10.2 Pengkajian
1. Indentitas Pasien
Nama
: Nn.D
Usia
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Alamat
: Surabaya
Tanggal MRS
: 11 Sepetember 2015
Jam MRS
: 08.55
Diagnosa Medis
: Poliomyelitis
2. Identitas Pennaggung Jawab
Nama
: Tn.Z
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan/Pekerjaan: SD/Wiraswasta
Hubungan dg klien : Ayah Kandung
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama : Klien merasalemas disekujur tubuhnya
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh pusing, demam, muntah, sakit perut, dan tidak nafsu
makan sejak 4 hari yang lalu.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan jika anaknya susah untuk berjalan sejak kecil tetapi
ibu klien menganggap bahwa klien hanya mengobatkan anaknya ke
tukang pijat dikarenakan tidak mampu untuk memeriksakan ke RS. Klien
terlihat lesu dan otot klien terasa lembek jika disentuh.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga
4. Pengkajian Pemenuhan KDM menurut Gordon
a) Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Ibu pasien tampak cemas karena anaknya belum pernah mendapatkan
vaksin polio sejak kecil. Persepsi keluarga tentang penyakit anaknya itu
karena cobaan Tuhan.
b) Pola Nutrisi
Sebelum sakit
: normal
Selama sakit
: nafsu makan berkurang
c) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
1) BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak
11
Kemampuan makan/minum
Kemampuan toileting
Kemampuan Mandi
Kemampuan berpindah
Kemampuan berpakaian
Ket. : 0 = Mandiri
4 = Tergantung Total
12
Selama sakit
: pasien rajin mengerjakan sholat didampingi ibunya
5. Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
: Takipnea, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
b) B2 (Blood)
: normal
c) B3 (Brain)
: gelisah dan pusing, suhu 38,90C
d) B4 (Bladder) : normal
e) B5 (Bowel)
: mual muntah, anoreksia, konstipasi
f) B6 (Bone)
: letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalami
kelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Limfosit : 200 sel/mm
2) Kadar protein darah : 50 mg/ 100 ml
3) Pada pemeriksaan sampel feses ditemukan adanya Poliovirus
b) Pemeriksaan Radiologi
Didapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang tipis
dan rongga medulla yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan
epifise.
2.10.3 Analisis Data
Data
Etiologi
DS :
-
Proses infeksi
Orang
tua
mengatakan
klien
Hipertermi
klien demam
DO :
-
Masalah
Peningkatan proses
Suhu klien: 38,9C
metabolisme
DS :
-
Orang
tua
klien
Gangguan keseimbangan
Ketidakseimbangan
13
mengatakan
bahwa
tidak
nafsu
makan.
Lambung / saluran
pencernaan meradang
DO :
-
tidak ada
sel/mm3
Kadar protein :
50mg/100ml
Porsi makan tidak
habis
DS:
-
Klien
mengatakan
klien
bahwa
Infeksi
berdiri
Gangguan saraf
ataupun berjalan
DO :
-
Klien
tampak
lesu,
14
DS :
-
anaknya
susah
bahwa
klien
hanya
Defisit Pengetahuan
Kurangnya informasi
Deficit pengetahuan
mengobatkan anaknya
ke
tukang
pijat
dikarenakan
tidak
mampu
untuk
memeriksakan ke RS
Ibu klien merasa
cemas dengan kondisi
anaknya
DO :
-
Ibu
klien
terlihat
15
Rasional
Mengetahui
perubahan
dan
darah
saat
dikompres
Berikan asupan cairan oral, sedikit Mengganti cairan yang menguap saat
tapi sering
demam
dan
yang
keluar
melalui
Rasional
kesempatan
selama
penyimpangan
perawatan
setiap
hari, mengobservasi
untuk
dari
16
dasar
pasien
dan
keefektifan
aturan
Dokumentasikan,
masukan
oral Mengidentifikasikan
aktivitas
Tingkatkan
antara
perkiraan
relaksassi
Kaji fungsi GI dan toleransi pada Saluran
GI
berisiko
tinggi
pada
pemberian makanan enteral: catat disfungsi dini dan atrofi dari penyakit
bising usus, keluhan mual/ muntah, dan malnutrisi
ketidaknyamanan abdomen: adanya
diare/
konstipasi;
terjadinya
nutrien
dan
kebutuhan
terhadap
17
Rasional
dengan
meningkatkan
dan
dalam berjalan
Mobilitas
sendi
fleksibilitas sendi
Bantu
perawatan
diri
untuk Mengubah
posisi
tubuh
dan
kenyamanan
Rasional
kemudahan
dalam
18
penyakit
Menjelaskan
proses Meningkatkan
tentang
pengetahuan
dan
mengurangi kecemasan
intervensi
gambaran
tentang
mengenai
2.10.6 Evaluasi
1. Hipertermi b.d proses metabolisme
S : klien mengatakan tubuhnya tidak demam
O : Suhu: 370C
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2. Ketidakseimbangan Nutrisi:Kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
tidak adekuat
S : Klien mengatakan tidak muntah dan nafsu makan meningkat
O : Berat badan kembali normal, porsi makan habis
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan, paralisis
S : Klien mengatakan kelemahan berkurang dari sebelumnya
O : Klien dapat berjalan dan dapat beraktivitas seperti biasa
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. Diagnosa IV : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
S : Orang tua klien mengatakan mengerti tentang penyakit yang dialami
anaknya
O : Orang tua melakukan tindakan yang sesuai dengan standar perawatan ke
anaknya
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Tidak ada intervensi lanjutan
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(polio) adalah penyakit infeksi virus yang sangat menular, terutama di derita
oleh anak-anak. Virus ini ditularkan oleh orang ke orang menyebar melalui
20
fekal-oral atau melalui media penular (misalnya air atau makanan yang
terkontaminasi) dan berkembang didalam usus, kemudian menyerang system
saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Poliomielitis atau polio adalah
penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus polio, yang termasuk dalam
kelompok enteroviorus, famili Picornavirus. Polio Menyebabkan demam,
muntah, sakit perut, lesu, kram otot pada leher dan punggung, otot terasa
lembek jika disentuh., mengakibatkan kelumpuhan seluruh anggota gerak
badan dan jika Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan
kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, J.B. Suharjo. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.
Yogyakarta : Penerbit Karnisius
Gawande atul. 2007. Better (sebuah cataan untuk dokter). New york : metropolitan
books
21
Gendro Wahyuhono dan Maria Holly Herawati. 2007. Peran Laboratorium dalam
Menunjang Eradikasi Polio. Media Litbang Kesehatan XVII.
Hoan tjay tan.dkk. 2007. Obat-obat penting kasiat, penggunaan dan efek-efek
sampingnya. Jakarta : Gramedia
Pasaribu, Syahril. 2005. Aspek Diagnostik Poliomielitis. Sumatera Utara: e-USU
Repository.
SyahrilPasaribu. AspekDiagnostikPoliomielitis. USU 2005.
The late effects of Polio.Information for general practitioners. 2001.
22