Anda di halaman 1dari 2

Seks bebas meningkat, Bupati

Purwakarta terapkan kawin paksa


A. Z. Muttaqin Senin, 23 Zulqa'dah 1436 H / 7 September 2015 17:37
Kantor Setda Purwakarta
Follow @arrahmah
Laporkan iklan tak layak
PURWAKARTA (Arrahmah.com) Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
membatasi waktu kunjungan pacar (wakuncar) bagi kelompok remaja di wilayahnya. Bila
wakuncar lewat pukul 21.00 wib, akan digerebek dan dikawinkan dan dinikahkan secara
paksa.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyatakan, tak main-main dengan kebijakannya
tersebut. Ini tak sekedar gertak sambal. Kawin paksa ini efektifnya berjalan September
ini, ujarnya.
Dedi mengaku telah mengumpulkan sekaligus memberi arahan kepada 193 kepala desa
untuk melaksanakan imbauan tersebut.
Dia punya alasan atas kebijakannya itu. Kata Dedi, diberlakukannya tindakan kawin
paksa ini agar tidak terjadi kasus asusila yang merusak akhlak remaja sekaligus menjaga
kehormatan para orang tua pihak perempuan.
Selain itu, kebijakan tersebut juga sebagai respons dari kekhawatiran para orang tua,
karena cukup banyak kasus remaja yang hamil di luar nikah. Kami ingin mewujudkan
Purwakarta yang lebih berbudaya, ucap Dedi.
Dia meminta kades dan lurah mengawal kebijakannya itu dengan membuatkan payung
hukum berupa perdes. Perdesnya harus selesai September. Kalau tidak, kepala desa
dikenai sanksi penundaan pencairan dana bantuan desanya, ujar Dedi.
Kepala Desa Cilandak Jakaria mengaku tak masalah dengan instruksi tersebut. Kan,
tujuannya buat kebaikan bersama dalam rangka mewujudkan masyarakat lebih beretika
dan berbudaya, katanya.
Sejumlah kalangan mendukung kebijakan tersebut, demi membendung seks bebas di
kalangan remaja di Purwakarta yang kondisinya kian memprihatinkan.
Saya tidak tahu, estafet generasi muda untuk lima tahun kedepan seperti gimana bila
saat ini saja, seks bebas di kalangan remaja Purwakarta kian memprihatinkan. Kondisinya
sudah seperti gunung es yang hari ini sudah nampak permukaannya dan esok lusa bisa

hancur, jelas Wakil Ketua DPRD Purwakarta, Neng Supartini, lansir Pos Kota, Kamis
(3/9/2015).
Untuk itu, Neng mendukung kebijakan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menindak
pasangan remaja berpacaran lewat jam 21.00 wib dengan sanksi kawin paksa usai
digerebek aparat Rt dan hansip.
Neng berharap tak hanya pembatasan wakuncar, Bupati Dedi juga diminta menegakan
perda kenakalan remaja mengatur tawuran antar-pelajar, seks bebas dan penggunaan hp
untuk usia anak dibawah umur.
Saya miris, anak di bawah umur di Purwakarta sudah menguasai hp modern. Hampir
setiap rumah anak SD miliki HP. Itu bisa menjadi pemicu anak sudah dewasa sebelum
waktunya karena HP bisa menonton film porno. Ini embrio kian remaja, anak anak ini
bisa terjerumus pada seks bebas, kata Ketua DPC PKB Purwakarta itu.
Lebih jauh Neng menerangkan, kebijakan kawin paksa tak berlaku bagi remaja sekolah
rumahan karena pastinya dalam pengawasan orang tua. Karena kalau remaja rumahan
mah pasti diawasi ortu. Sasarannya rumah kos kosan, ujarnya.
Sementara pemuka agama, H Iskandar mengatakan,seyogyanya persoalan pernikahan ini
jangan dijadikan alternatif akhir menangkal seks bebas. Pembangunan moral pada anak
usia dini dirasa lebih arif guna membendung seks bebas tersebut, dengan penguatan nilai
nilai keagamaan dan pengawasan ketat orang tua. (azm/arrahmah.com)
Topik: bahaya pacaran, purwakarta, seks bebas

Sebarkan!
Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...

Anda mungkin juga menyukai