Anda di halaman 1dari 11

Teknologi Informasi melalui Media Televisi

sebagai Media Komunikasi Audio Visual


Oleh : Agnes Karina Pritha

A. Pendahuluan
Komunikasi antar manusia adalah sesuatu hal yang rapuh, dikarenakan
komunikasi akan berhenti dengan hasil efektif bila terjadi himpitan kepentingan
(overlapping of interest) antara dua individu yang terlibat dalam proses komunikasi itu,
atau gagal bila tidak terjadi demikian. Komunikasi di sini diartikan sebagai kata kerja,
yaitu proses pemberitahuan. Dalam proses pemberitahuan ada pihak yang memberitahu
dan ada pihak yang diberitahu. Pihak yang memberitahu dan diberitahu dipersatukan oleh
isi pemberitahuan dan isi pemberitahuan ini adalah informasi, yang menjadi milik
bersama. Selama proses komunikasi ini akan terdapat banyak hambatan (noise), baik
dalam penyampaian maupun penerimaan informasi.
Hambatan (noise) akan semakin besar bila proses komunikasi itu dilakukan tidak
lagi dengan cara tatap muka, melainkan dengan media baik tercetak maupun elektronis.
Dengan demikian, hambatan dapat berbentuk teknis maupun non teknis yang timbul dari
pihak komunikator yang kurang terampil dalam menyampaiakan isi pesan, maupun dari
pihak penerima informasi karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan. Media
elektronis yang dimaksudkan adalah radio, telepon, rekaman suara, motion picture (citra
bergerak), televisi, dan internet.
Televisi sebagai salah satu media elektronis merupakan media yang universal
karena dapat menginformasikan audiovisual gerak. Pada kenyataannya kebanyakan
rumah telah memiliki televisi, bahkan televisi portable sekarang sudah semakin mudah
dibawa kemana-mana, termasuk dibawa dalam kendaraan. Televisi juga menjadi media
yang dominan untuk news and entertainment (jurnalistik dan artistik) di Amerika. Hasil
survei secara konsisten menyatakan bahwa sebagian besar orang memilih televisi sebagai
sumber utama berita. Rata-rata di dalam rumahtangga, televisi menyala tujuh jam setiap
hari. Singkatnya bahwa televisi menjadi bagian penting dalam lingkungan sosial kita
(Joseph R.Dominick, 2002).

Portofolio Teknologi Informasi

Page 1

B. Elemen-elemen yang Dibutuhkan dalam Berkomunikasi


Secara umum komunikasi meliputi beberapa bagian berikut ini:
1. A Source
2. A Process of Encoding
3. A Message
4. A Channel
5. A Process of decoding
6. A receiver
7. The Potential for Feedback
8. The Chance of Noise
Noise
(interference)

Noise
(interference)

channel
Source

.Message.

Receiver

Decoding

Feedback

Feedback

Encoding

channel
Decoding

Receiver

.Message.

Encoding

Source

Gambar 1. Elemen-Elemen Proses Komunikasi

Proses Pengiriman Pesan


Proses pengiriman pesan dimulai dengan source sebagai pemberitahu, ingin
menyampaiakan pesan atau ide pada bagian lain yaitu penerima. Source dapat memiliki
atau tidak memiliki pengetahuan tentang Receiver atau penerima pesan. Source dapat
dimaksudkan sebagai individu, group atau bahkan organisasi.
Encoding

mengacu

pada

aktifitas

bahwa

pengirim

pesan

(Source),

menterjemahkan gagasan-gagasan dan ide-ide dalam satu bentuk yang mungkin dapat
dirasakan. Ketika anda memiliki sesuatu yang ingin dikatakan, otak dan lidah anda
bekerja bersama-sama (biasanya) untuk membentuk kata dan mengucapkan satu kalimat.
Jadi Encoding dalam communication setting dapat diletakkan satu atau beberapa kali.
Dalam pembicaraan tatap muka, pembicara encodes gagasannya dalam kata-kata. Melalui

Portofolio Teknologi Informasi

Page 2

telepon, fase ini diulang, telepon secara bertahap meng-encodes gelombang suara menjadi
energi elektromagnetik.
Pesan adalah produk fisik yang aktual yang diencode dari source. Ketika kita
berbicara, yang kita bicarakan adalah pesan. Ketika kita menulis sebuah surat, apa yang
kita tuliskan di keryas adalah pesan. Beberapa pesan lebih dapat dikontrol oleh penerima
pesan dari pada oleh yang lainnya. Sebagai contoh pikirkan tentang bagaimana sulit atau
mudahnya bagi anda untuk memutuskan komunikasi (1) pada saat komunikasi tatap muka
dengan oranglain, (2) selama bertelepon, (3) ketika melihat iklan televisi.
Channel adalah jalannya pesan menuju pada penerima/receiver. Gelombang
suara membawa kata-kata yang diucapkan, gelombang cahaya membawa pesan visual.
Beberapa pesan membutuhkan lebih dari satu channel untuk membawa sampai pada
penerima pesan.

Proses Penerimaan Pesan


Proses Decoding adalah lawannya dari proses encoding. Hal ini terdiri dari
aktifitas penterjemahkan atau mengartikan pesan fisik dalam bentuk arti terakhir untuk
penerima pesan. Seperti anda membaca baris ini, anda decodin sebuah pesan. Jika anda
menyalakan radio ketika decoding baris ini, anda decoding dua pesan secara simultandalam bentuk satu aural, satu visual. Keduanya manusia dan mesin dapat sebagai
decoder. Radio, sebagai decoder, begitu juga dengan videotape playback unit, dengan
telepon (one encodes and the other end decodes), dan sebuah profector film.
Sebuah komunikasi tunggal dapat menghasilkan banyak bagian dari decoding.
Seorang reporter duduk dalam ruang pertemuan pemerintah kota dan mengambil notes
(decoding). Dia sedang menelepon, menceritakan untuk ditulis ulang, dimana reporter
yang lain menulis cerita yang dibaca. (decoding). Ceritanya kemudian dibaca oleh Editor
(decoding). Pada saat berikutnya, cerita ini dicetak, dan kemudian dibaca oleh pembaca
(decoding).
The Receiver atau penerima pesan adalah target dari pesan, dia adalah tujuan.
Penerima pesan dapat seseorang, sebuah group, sebuah institusi, atau yang lebih besar,
kumpulan orang-orang yang tidak bernama. Pada saat ini, orang-orang lebih sering
sebagai penerima informasi (receiver) dalam komunikasi dari pada pengirim informasi
(Source)
Feedback mengacu pada respon-respon yang diberikan para penerima pesan yang
merubah dan membentuk sub sequenct pesan dari pengirim pesan.
Portofolio Teknologi Informasi

Page 3

Faktor terakhir adalah noise. Terdapat 3 type Noise, yaitu Semantic, mechanical,
dan environmental. Semantic noise, ketika dua orang yang berbeda, mengartikan satu kata
atau frase secara berbeda. Mechanical noise, ketika terjadi masalah pada mesin yang
sedang digunakan untuk berkomunikasi, yang ketiga environmental noise, mengacu pada
sumber dari noise, yaitu diluar dari proses komunikasi itu sendiri, tetapi meskipun
demikian noise tersebut mencampuri proses komunikasi.

C. Teknologi Informasi
Secara sederhana, Teknologi Informasi

dapat diartikan sebagai Teknologi

elektronika yang mampu mendukung percepatan dan meningkatkan kualitas informasi,


serta percepatan arus informasi ini tidak mungkin lagi dibatasi oleh ruang dan waktu
(J.B.Wahyudi, 1990).

Informasi
Informasi dapat disajikan dalam bentuk lisan, tercetak, audio, maupun audio
visual gerak yang masing-masing memiliki ciri khas, kelebihan, dan kelemahan.
Informasi sebagai objek materi ilmu komunikasi mempunyai makna: Patterned matterenergy that affects the probabilities of alternatives available to an individual making
decision. Artinya, hal atau energi yang terpolakan yang mempengaruhi dan
memungkinkan seseorang membuat keputusan dari beberapa kemungkinan yang ada.
Informasi bermanfaat untuk pencapaian tujuan ideal dan material. Informasi
dapat diolah dan diperdagangkan (tujuan material); atau disajikan untuk mempengaruhi
sikap

mental

individu

seperti

iklan

(material)

dan

penerangan/publikasi/propaganda/pelayanan sosial (ideal).


Informasi baik yang bersumber dari ide atau gagasan, pendapat, maupun
peristiwa, dapat dicari, dikumpulkan, maupun diolah, menjadi informasi tercetak,
informasi audio dan informasi audiovisual statis maupun gerak.
Informasi tercetak, informasi audio, informasi audio statis atau gerak, masingmasing memiliki kelebihan tetapi juga kelemahan. Penyebabnya adalah sifat fisik masingmasing jenis seperti terlihat pada tabel berikut:

Portofolio Teknologi Informasi

Page 4

Tabel 1 Sifat Informasi Tercetak-Audio-AudioVisual


Tercetak
Dapat dibaca dimana dan
kapan saja
Dapat dibaca berulangulang
Daya rangsang rendah
Pengolahan bisa mekanik,
bisa elektris.
Biaya relatif rendah
Daya jangkau terbatas

Audio
Dapat didengar bila siaran

Audio Visual
Dapat didengar dan dilihat, bila
ada siaran.

Dapat didengar kembali

Dapat dilihat dan didengar

jika diputar kembali.

kembali, bila diputar kembali.

Daya rangsang rendah.

Daya rangsang sangat tinggi.

Elektris

Elektris.

Relatif murah

Sangat Mahal.

Daya jangkau besar.

Daya Jangkau besar kecuali


bioskop

Apapun bentuk dan jenisnya, informasi memiliki kekuatan karena informasi


dapat mengubah sikap, pendapat, keyakinan, dan tingkahlaku individu.
Pengguna informasi bila dilandasi oleh sikap dan pemikiran positif akan
menghasilkan output yang positif bagi manusia; tetapi bila dilandasi oleh sikap dan
pemikiran negatif akan menghasilkan output yang negatif pula bagi manusia. Dengan
demikian, tujuan (goal) yang dapat dicapai bisa positif bisa pula negatif bagi manusia.

Teknologi Informasi
Teknologi berasal dari kata latin texere yang berarti to construct atau
membangun. Jadi, teknologi merupakan hasil penyempurnaan teknologi yang sudah
ada secara berkesinambungan, dari waktu ke waktu, dari pakar yang satu ke pakar
berikutnya.
Everet M. Roger dalam buku Diffusion and Innovation (1983) menulis:
Teknologi dirancang untuk gerak peralatan (instrumental action) guna mengurangi
ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat, termasuk di dalamnya untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki.
Pada tahun 1986, ia melengkapi pendapat di atas dalam buku Communication
Technology sebagai berikut: Teknologi biasanya memiliki dua aspek, yaitu aspek
perangkat keras (objek materi dan sifatnya), dan aspek perangkat lunak (dasar informasi
untuk menggerakkan perangkat keras itu).
Portofolio Teknologi Informasi

Page 5

Teknologi Informasi memungkinkan lahirnya media massa baru yaitu telematika,


seperti televisi kabel interaksi dan komputer komunikasi. Ciri khas telematika adalah arus
informasinya berjalan dua arah. Surat khabar, majalah, buku, termasuk media massa
generasi pertama; radio, film, dan televisi termasuk media massa generasi kedua;
sedangkan telematika disebut media massa generasi ketiga.

D. Televisi sebagai Media Komunikasi Audio Visual


Sejak diketemukannya zeotrope, semacam piranti yang dapat membuat fenomena
ilusi gerak terhadap gambar-gambar statis (pada abad 19 di Eropa), maka popularitas
fenomena psikologis yang disebut persistence of vision, telah membuka cakrawala baru
akan adanya suatu fenomena teknologi yang menghasilkan ilusi optis yakni kehidupan
pada obyek gambar atau pada film. Dana Hogdon, menyatakan bahwa ilusi gerak
tersebut pada dasarnya terjadi ketika gambar (image) sekilas ditangkap oleh retina mata
manusia, dan otak manusia akan menyimpan imaji tersebut lebih lama daripada yang
ditangkap oleh retina, dan ketika sebuah seri bergambar yang tersusun secara rapi dan
berkesinambungan ditampakkan sekilas secara berurutan, maka efek yang ditimbulkan
dalam otak manusia adalah ilusi gerak (motion) dari gambar-gambar tersebut.
Dengan demikian, maka hakekat citra bergerak (motion picture) yang selanjutnya
dikenal dengan istilah film, terletak pada prinsip gerak itu sendiri. Dalam hal ini
gerakan (putaran dengan kecepatan tertentu) adalah merupakan elemen yang dominan
dalam eksistensi citra bergerak atau film.
Sejarah perkembangan motion picture atau film, memang tidak dapat dipisahkan
dari berbagai penyempurnaan penemuan tentang pita film, kamera serta teknik fotografi.
Dengan adanya penemuan cinematograf dan vitscope, pertunjukan film mulai populer di
masyarakat Eropa. Kendatipun demikian, pertunjukan film ini masih bersifat parsial,
barulah pada era telekomunikasi yang dirintis pada tahun 1844, memungkinkan
masyarakat dapat menikmati cara komunikasi jarak jauh (nonpersonal). Pertunjukan film
pun dapat dinikmati oleh pemirsa di televisi, ketika Dr. Vladimir Zworykin mempelopori
pembuatan iconoscope atau tabung dasar pesawat televisi, yang selanjutnya pada tahun
1941 mulailah adanya siaran televisi komersial pertama.

Portofolio Teknologi Informasi

Page 6

Perkembangan Komunikasi (Evert M. Rogers, 1986)


Era Telekomunikasi (1984 sampai saat ini)
1844

Samuel Morse mengirim telegram untuk pertama kalinya

1876

A. Graham Bell mengirim pesan melalui telepon untuk pertama kali

1880

Heinrich Hertz menemukan gelombang elektromagnetis

1884

Paul Nipkow membuat televisi mekanis

1894

Bioskop pertama yang diputar di depan khalayak

1912

Lee de Forest membuat tabung hampa udara

1923

Vladimir K. Zworykin membuat iconoscope/tabung dasar televisi

1933

RCA mendemonstrasikan televisi siaran

1941

Siaran televisi komersial pertama

Periodisasi perkembangan komunikasi, di mana pada tahun 1880 mulai dikenal


adanya gelombang elektromagnetis yang kelak sangat berguna bagi perkembangan
komunikasi audio visual - televisi. Selanjutnya dengan hadirnya televisi - di mana di
Indonesia sendiri siaran televisi mengudara pada tanggal 24 Agustus 1962 - telah
membuka cara komunikasi dengan menggunakan dua indera manusia yakni kasat mata
dan pendengaran. Televisi merupakan media yang sangat efektif untuk berkomunikasi
secara realis. Bahkan televisi adalah media yang menyajikan fakta secara hiperrealis,
sudut pandangnya adalah fakta audio dan visual ataupun yang bersifat simulasi disajikan
lewat gelombang elektromagnetis yang melewati ruang dan waktu melebihi apa yang
mampu diperkirakan manusia. Jika menilik karakter media yang luar biasa tersebut,
maka upaya manusia untuk berkomunikasi dengan lebih efektif serta efisien akan
semakin terbuka lebar.
Dalam beberapa hal, memang televisi mempunyai kelebihan visualisasi dalam
proses komunikasinya jika dibandingkan dengan media komunikasi yang lain. Jelas
lewat televisi, pemirsa dapat melihat visualisasi yang realis. Dalam hal ini visualisasi
tandatanda ikonis mampu mempresentasikan sistem tanda (topologis) dalam situasi
komunikasi yang yang bersifat kongret dan menghadirkan visualisasi seperti apa adanya.
Adanya sistem tanda seperti gerak-gerik (gesture), perilaku, ekspresi, sikap serta
perbuatan dan kejadian yang sedang berlangsung, yang nota bene adalah sistem tanda
yang bersifat motion, tentu tidak dapat ditemukan pada media komunikasi lain yang
bersifat statis. Meskipun demikian, sesuai dengan karakter media (audio visual), yang

Portofolio Teknologi Informasi

Page 7

terpenting

dari

sudut

semiotis,

adalah

televisi

mempunyai

kemampuan

merepresentasikan fakta visual dan audio.


Dari sudut komunikasi informasi yang disampaikan lewat televisi tentu saja akan
membawa pengaruh terhadap percepatan sosialisasi informasi. Teknologi televisi telah
menciptakan apa yang disebut publik dunia atau weltoffentlickheit, kejadian yang
terjadi di dunia luar dapat dilihat di rumah masing-masing pemirsa, dengan melintasi
ruang dan waktu. Bahkan dengan televisi, pemirsa sudah dapat melihat situasi atau
memahami apa yang diinformasikan meskipun terdapat perbedaan bahasa. Hal ini
disebabkan fakta ikonis yang lebih banyak berbicara. Dalam teori The Cone of
Experience, yang dikemukakan oleh Edgar Dale, dinyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat verbalismenya, semakin rendah kongkresitas visual yang hendak dijelaskan.
Begitu pula sebaliknya semakin minim atau rendah tingkatan verbalismenya
maka semakin kongkret pemahaman terhadap obyek. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengalaman visual itu sendiri mempunyai efek yang dominan dalam
membentuk pengalaman manusia. Kemungkinan besar kita kesulitan dan memerlukan
waktu yang sangat panjang ketika kita hendak menceritakan bagaimana perilaku hewan
dinosaurus yang langka tersebut dalam beberapa ribu tahun yang lalu, jika kita
menggunakan bahasa verbal kepada anak-anak. Akan tetapi mungkin maksud ini dapat
diefektifkan jika kita menggunakan bahasa visual, apalagi yang sudah dibentuk dalam
wujud film, yang secara denotatif menunjukkan adanya unsur kehidupan yakni gerak itu
sendiri. Dari sini dapat dipahami betapa penting fakta visual dalam proses komunikasi.
Menurut Mc Luhan, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai
peristiwa atau informasi yang jauh dari jangkauan alat indera manusia. Televisi telah
menjadi alat perpanjangan indera manusia dalam melihat obyek realita di luar dirinya.
Dengan televisi pulalah manusia dapat menyajikan sebuah pengalaman buatan (vicarious
experience) tanpa harus melihat atau mengalami secara langsung. Kendatipun demikian,
pada hakekatnya informasi yang disampaikan lewat televisi adalah realitas yang sudah
diseleksi - realitas tangan ke dua (second hand reality ). Televisi memilih tokoh-tokoh
tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lain4 . Sehingga dengan
informasi seleksi tersebut, pemirsa akan cenderung memperoleh informasi semata-mata
berdasarkan apa yang sudah dilihat - tanpa sempat mengecek kebenaran informasi.
Bahkan menurut terminologi Wright Mills, televisi cenderung memberikan
gambaran atau realita dunia pulasan (pseudoworld). Hal ini disebabkan disamping
Portofolio Teknologi Informasi

Page 8

televisi mampu menghadirkan gambar yang sedemikian realis, informasi yang dibentuk
lebih merupakan agenda setting yang disesuaikan bagi masyarakat. Dengan demikian
informasi televisi memungkinkan terjadinya distorsi berita ataupun pemberian citra
informasi yang keliru.
Kritikus sosial, Van Den Haag, bahkan menyatakan bahwa televisi dapat pula
menyebabkan terjadinya dipersonalisasi dan dehumanisasi manusa. Televisi menyajikan
bukan saja realitas ke dua, tetapi karena distorsi, televisi juga menipu (desepsi)
manusia, memberikan citra dunia yang keliru. Akibat televisi melaporkan dunia nyata
secara selektif, sudah tentu televisi dapat pula mempengaruhi pembentukan citra tentang
lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak cermat. Televisi juga sering dianggap
bahwa siarannya terkait dengan ideologi kekuasaan atau melegimitasi suatu kebijakan
kebijakan tertentu dari para elit kekuasaan. Fenomena yang masih cukup terasa dalam
pengalaman kita bahwa di masa orde baru sering tayangan berita-berita di televisi
menguntungkan penguasa atau pejabat-pejabat tertentu atau mungkin juga partai politik
tertentu dengan dalih pembangunan (developmentalism). Akan tetapi terlepas dari sisi
negatif terhadap keberadaan siaran televisi, tentu saja media tersebut tetap merupakan
sarana potensial bagi kepentingan pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan
kelebihan karakteristiknya untuk mengkomunikasikan informasi-informasi sesuai
tujuannya.

E. Penutup
Televisi sebagai media informasi, telah membawa era baru untuk menikmati dan
menerima informasi secara hiperrealis yang dapat mencerminkan citra khalayak,
sehingga dapat menciptakan opini publik maupun asosiasi-asosiasi yang overgeneralisasi
(undue identification). Dengan makin berkembangnya stasiun televisi swasta di
Indonesia, hal ini semakin mengukuhkan bahwa televisi mempunya power untuk
menggeneralisasikan suatu citra, ideologi, serta menaturalisasikan penciptaan kebutuhankebutuhan yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya, sehingga Informasi
yang kita dapatkan melalui media televisi dapat bermanfaat untuk pencapaian tujuan ideal
dan material.
Pada dasarnya televisi telah menciptakan karakteristiknya sendiri, dan
bagaimanapun juga televisi sebagai media informasi mempunyai kelebihan-kelebihan

Portofolio Teknologi Informasi

Page 9

yang tidak dimiliki media lain. Pertama adalah kesan realistiknya yang merupakan
kombinasi dari unsur visual dan audio yang nampak begitu hidup dan nyata.
Dengan keberadaan siaran televisi di rumah-rumah, maka suasana santai, rileks,
tanpa dipengaruhi rutinitas kerja diharapkan informasi atau pesan yang disampaikan lebih
mudah untuk diinterprestasikan. Selanjutnya televisi dapat diterapkan sebagai media
komunikasi dalam menyampaikan informasi dan gagasan, dalam membentuk citra
khalayak, akan tetapi bagaimanapun juga keberhasilan arus informasinya akan berpulang
dari bagaimana komunikan menginterpretasikan representasi tersebut atas dasar norma,
pendidikan dan referensi sosialnya.

Portofolio Teknologi Informasi

Page 10

DAFTAR PUSTAKA
J.B. Wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak , Gramedia, Jakarta,
1992.
Joseph R. Dominick, The Dinamics of Mass Communication, Media in the Digital Age
7th Edition, McGraw-Hill series in mass communication, 2002
Tay Vaughan, Multimedia: Making It Work Sixth Edition (terjemahan), McGraw-Hill
Companies, Inc., 2004.
William/Sawyer, Using Information Technology, Pengenalan Praktis Dunia Komputer
dan Komunikasi Edisi 7, Andi Offset, 2007
Arief Agung Suwasono, Sekilas tentang Televisi dan Tayangan Iklan, NIRMANA Vol. 4,
No. 1, Januari 2002: 38 51, 2002

Portofolio Teknologi Informasi

Page 11

Anda mungkin juga menyukai