Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang
tidak merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau
penyulit diperlukan tindakan.1
Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan
belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian distal garis
mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus.2,4
2.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali
seumur hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 60 tahun,
dan juga sering terjadi pada wanita hamil. Penyakit hemoroid jarang terjadi pada
usia di bawah 20 tahun. Prevalensi meningkat pada ras Kaukasian dan individu
dengan status ekonomi tinggi. Angka prevalensi hemoroid di akhir pertengahan
abad ke 20 dilaporkan menurun. Sepuluh juta orang di Indonesia menderita
hemoroid, dengan prevalensi lebih dari 4%. Laki-laki dan perempuan mempunyai
resiko yang sama. 5
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :3,5
Penuaan, akibat semakin melemahnya jaringan ikat yang terdapat disekitar
rektum dan anus
Kehamilan, pada wanita hamil terjadi peningkatan tekanan intra abdomen
yang dapat menyebabkan pembesaran vena-vena di bagian rektum bawah dan
anus.
2.4 Klasifikasi
Hemoroid dibagi menjadi 3 berdasarkan asalnya dimana linea dentate
menajdi batas histologisnya, yaitu : 2,5,6
Hemoroid eksterna : berasal dari bagian distal linea dentate dan dilapisi oleh
epitel skuamosa yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut
II
III
IV
Hemoroid Interna
Berdarah
Menonjol
+
- (hanya terlihat
pada anoskop,
mencapai lumen
anal canal)
+
+ ( mencapai
sfingter eksterna
dan tampak pada
pemeriksaan)
+
+ (keluar dari
anal canal)
+
tetap
Reposisi
-
Spontan
Manual
Tidak dapat
rangsangan mucus.
Hemoroid Eksterna
Rasa terbakar
Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.
Gatal atau pruritus anus.
2.6 Patogenesis
Nyeri
Perdarahan
Massa
Lainnya
Karsinoma
Anal
Abses
Anorektal
Terdapat skin
tag atau umbai
kulit (radang
kronik dengan
bendungan
limfe dan
fibrosis pada
kulit)
Pembengkakan
KGB sekitar
Demam,
leukositosis,
penderita tidak
Hematom
Perianal
Ulseratif
Prolaps Polip
Kolorektal
Karsinoma
rektum
dapat duduk di
sisi bokong
yang sakit
Sering terjadi
pada orang
yang
mengangkat
barang berat,
leukositosis.
Adanya gejala
mual,
muntah,dan
konstipasi
yang parah
(jika
ukurannya
besar)
Adanya lender,
diare dan
konstipasi yg
bergantian,
ukuran feses
kecil sprt
kotoran
kambing,
tenesmus.
2.8 Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.6,9
Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya darah
segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan bisa juga
keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu pasien juga
akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Serta keluhan adanya
massa pada anus dan membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid
interna derajat II dan hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri
pada hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna.6,9
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna yang
sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai menimbulkan
.
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura,
fistula, polip atau tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan
tingkat keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba hemoroid interna
karena tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher
juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 6,9
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan
pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai
mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi
hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran
vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat
gambaran yang lebih jelas. 6,9
Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi
kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak
nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan kanker. 6,9
2.9 Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmako
sehari),
dan
menghindari
obat-obatan
yang
dapat
menyebabkan konstipasi.
o Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
o Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar
mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena
akan memperkeras feses.
o Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan
rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 2
minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
o Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya
pembengkakan
b. Terapi Farmako
o Salep anastetik lokal
o Kortikosteroid
o Laksatif
o Analgesik
o Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson
dan Schirfield, 2008)
c. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
o Hemoroid interna derajat II berulang
o Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
o Mukosa rektum menonjol keluar anus
o Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura
o Kegagalan penatalaksanaan konservatif
o Permintaan pasien
Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :
o Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol
dalam minyak nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi
injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah
edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast dan
thrombosis intravascular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis
dengan
pendinginan
hemoroid pada suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai
secara luas karena mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya.
Teknik ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum
yang inoperable.
o Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan
keluhan menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang
dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana. Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang
normal
dengan
tidak
mengganggu
sfingter
anus.
Selama
DAFTAR PUSTAKA
1. Cintron Jose R, Herand Abcarian. Benign Anorectal: Hemorrhoids.
The ASCRS Textbook of Colon and Rectal Surgery. Springer. New
York. 2007. 11:156-172.
2. Nivatvongs Santhat. Hemorrhoids. Principle and Practice of Surgery
for the Colon, Rectum, and Anus. Third Edition. Informa Health
Care. New York. 2007. 8: 144-164.
3. Rivero Shauna Lorenzo. Hemorroids: Diagnosis and Current
Management. The American Surgeon. Proquest Medical Library.
2009. 75(8): 635-642.
4. Jong WD. Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. 2005: 672-675.
5. Thornton SC. Hemorrhoids. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/195401-print. Last update:
March 16, 2010. Accesed: August 20, 2010.