PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Rex A. Skidmore, dalam bukunya yang berjudul Introduction to Social Work
Tahun 1991, menyebutkan bahwa menurut Mary Richmond yang merupakan pelopor
penggunaan metode casework secara ilmiah mengatakan bahwa social casework
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian seseorang
melalui penyesuaian diri yang dilakukan secara sadar, melalui relasi individual, antara
orang dengan lingkungan sosialnya.
Menurut Hellen Harris Perlman dalam buku Social Case Work A Problem Solving
Process, mengatakan bahwa social casework adalah suatu proses yang digunakan oleh
badan-badan sosial (human welfareagencies) tertentu secara terorganisir untuk
membantu individu-individu agar mereka dapat memecahkan masalah-masalah yang
mereka hadapi di dalam kehidupan sosial mereka secara lebih efektif.
Sejarah Perkembangan Social Case Work selanjutnya Skidmore juga menjelaskan
-
mereka.
Kemudian pada tahun 1877 Amerika membentuk suatu badan baru yang
dinamakan Charity Organization (COS). pelayanan yang di berikan lebih mendalam
dengan melakukan investigasi terhadap pelamar untuk menentukan kebutuhan,
registrasi, pencatatan, relief-giving dan pemanfaatan relawan untuk mengunjungi
keluarga. Dari kunjungan rumah ini berkembang konsep Scientific Charity. Bibit bibit
Case work mulai bermunculan dan para relawanpun menemukan bahwa tidak semua
menawarkan layanan casework, lalu muncul jurnal Social casework terbitan Family
Service Association of Amerika.
Berdasarkan perkembangan casework yang telah dijelaskan diatas maka penulis
setuju, yang mana bahwa casework menggunakan metode atau dasar-dasar psikologi
karena manusia itu diberikan kapasitas untuk berpikir, berdiri sendiri dan membuat
pilihan agar dia bisa memanfaatkan lingkungan hidupnya
2.
1.
2.
3.
4.
5.
3.
1.
2.
Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Model Psikososial ?
Apakah yang dimaksud dengan Funcional Model ?
Apakah yang dimaksud dengan Task Centre Model ?
Apakah yang dimaksud dengan model Modifikasi Perilaku ?
Apakah yang dimaksud dengan Intervensi Krisis?
Manfaat
Agar mahasiswa mengerti mengenai materi model psikososial, funcional model,
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Model Psikososial
Istilah psikososial dan penerapannya ke dalam suatu bentuk terapi memiliki suatu
tempat yang lama dan terkenal dalam sejarah pekerjaan sosial. Psikosial merupakan
salah satu model pertama yang dipekerjakan dan dikembangkan oleh Gordon Hamilton
dan rekan-rekannya dari Columbia School of Social Work. Secara historis, teori ini
merupakan teori-teori pekerjaan sosial yang paling tradisional, karena teori ini
menempatkan asal muasal dasarnya dan arus pemikiran terapeutik.
Sebagai hasil dari identifikasi awalnya dengan casework, adalah teori psikososial
yang paling diidentifikasikan secara dekat dengan pemikiran psikoanalitik dan
perkembangan selanjutnya dengan psikologi ego. Selanjutnya bahwa psikologi ego dan
pengetahuan tentang perilaku (the behavioral sciences) memberikan fondasi penting
untuk praktek dalam casework. Model ini mengidentifikasi hubungan sebab-akibat
antara individu dengan lingkungannya.
Dalam model psikososial didasarkan pada suatu keyakinan yang kuat bahwa
penanganan etis dan efektif adalah suatu proses terintegrasi tentang asesmen, diagnosis,
penganan dan evaluasi. Proses intervensi tidak diformalitaskan tetapi dibangun
1.
2.
3.
4.
Pendefinisian masalah
Kepribadian klien, berupa ego function, perception, coping, impulse control
Situasi klien, berupa interaksi dengan keluarga, teman, rekan kerja, tetangga dan
masyarakat merupakan aspek fundamental keberfungsian seseorang dan sebab itu maka
perlu dilakukan asesmen.
Dalam pekerjaan sosial, situasi klien merujuk hubungan klien dengan significant
others. Situasi klien diartikan peranan, status, identitas, dan tanggungjawab klien
dalam konteks sosial. Meskipun model psikososial berakar dan berlandakan dari teori
psikodinamika, tapi model ini telah mengintegrasikan konsep dari teori-teori lain seperti
teori sistem, teori krisis, teori berpusat pada klien, dan teori-teori yang lainnya yang
telah mendorong praktik pekerjaan sosial kontemporer. Berikut adalah konsep dasar
model terapi psikososial:
1.
2.
3.
orang dan sumber-sumber sistem untuk melanjutkan pertumbuhan yang positif pada
6.
yang akan dilakukan atas dasar nama pekerja sosial mengembang tanggung jawabnya.
Pentingnya penanganan tidak langsung
Merupakan interaksi pekerja sosial dengan berbagai sistem dalam kehidupan seorang
klien untuk menciptakan perubahan-perubahan yang akan membantu klien dalam
9.
mencapai tujuan-tujuannya.
Berfokus pada kehidupan sehari-hari
Berasal dari pandangan positifnya tentang hakikat dan kemampuan manusia adalah
penanganan untuk membantu klien menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang
10.
Secara singkat, penanggulangan dalam model psikososial ini jelas ditujukan pada
faktor perilaku individu. Disebut model psikososial, karena perilaku seseorang
bergantung pada dinamika dengan lingkungannya, baik dari segi perkembangan dan
pendidikannya maupun dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tujuannya adalah
untuk membantu orang-orang mencapai tingkat tertinggi kemmapuan mereka melalui
suatu pemahaman akan masa lalu mereka, masa kini, dan potensinya. Pencegahan pada
model ini ditujukan pada perbaikan pada kondisi pendidikan atau lingkungan
psikososialnya, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat serta pemberian informasi
tentang masalah-masalah sosial yang ada.
2.
Functional Model
Model fungsional dalam metode casework telah dikembangkan oleh Jessie Taft
(1937) dan Virginia Robinson (1942). Pekerja sosial mengasumsikan tanggung jawab
untuk merawat klien. Dalam pendekatan ini, klien dibantu untuk menyesuaikan
peristiwa masa lalu yang mempengaruhi fungsi saat ini. Pandangan psikoanalisis dan
efeknya pada praktek casework berlanjut sampai tahun 1950-an ketika neo-Freudian
mengubah konsep manusia dari 'diciptakan' untuk pencipta diri.
Fungsionalis menganggap aktivitas manusia sebagai sesuatu yang disengaja dan
tidak hanya sebagai akibat dari dorongan oleh kekuatan internal dan eksternal.
Kepribadian manusia dianggap seperti dalam " process of becoming", dan terusmenerus bekerja untuk terealisasi semua kapasitasnya.
Manusia dianggap sebagai fashioner nasib sendiri, dan mampu menciptakan dan
menggunakan pengalaman dalam dan luar untuk membentuk tujuannya sendiri. Berbeda
dengan diagnostik, fungsionalisme menekankan pengalaman sekarang dan kekuatannya
untuk melepaskan potensi pertumbuhan. Pengobatan yang digunakan dalam model
fungsional membantu klien hanya dalam satu fase atau bagia dari total masalah karena
asumsi bahwa perubahan pada siapa pun dalam bagian hidupnya bisa membawa 'efek
yang bermanfaat' pada keseimbangan psikologisnya klien.
Masalah manusia disebabkan oleh ketidakstabilan hubungan, karena itu, interaksi
antara pekerja sosial (helper) dan klien digunakan untuk perubahan positif melalui
pengalaman, yang diperoleh dalam hubungan casework, dari cara yang positif, produktif
dan konstruktif memanfaatkan diri dalam proses membantu.
Model fungsional sangat penting untuk penggunaan dalam fungsi lembaga untuk
proses membantu. Hal ini dianggap sebagai pemersatu dan arah-memberi kepada proses
ini yang memberikan fokus dan isi untuk interaksi membantu. Hal ini karena
penggunaan fungsi lembaga dalam pekerjaan sosial disebut 'profesi dilembagakan'.
Model fungsional percaya bahwa lembaga menyediakan realitas batas di mana klien
dapat menguji dan menemukan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah dan
membuat penyesuaian yang memuaskan atau penyesuaian dengan realitas yang lebih
luas. Pekerja sosial menyiapkan kondisi seperti yang ditemukan dalam fungsi lembaga
dan prosedur; klien mencoba untuk menerima, menolak, untuk mencoba untuk
mengontrol, atau memodifikasi fungsi itu sampai akhirnya dia datang untuk berdamai
dengan itu cukup untuk menentukan atau menemukan apa yang dia inginkan, jika ada,
dari situasi ini. (Taft, 1937). Sehingga secara singkat, model fungsional ini menekankan
pada hubungan, penggunaan waktu yang dinamis dan fungsi lembaga.
3.
mengikuti
model
pemecahan
masalah
pada
dimana
masalah
klien harus
tertentu
dan
masalahnya harus dikelola bersama pekerja sosial dan klien. Tujuan utamanya adalah
untuk membimbing klien atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas
kehidupannya.
Pendekatan yang dikembangkan oleh Reid dan Epstein lebih memfokuskan diri pada
proses pemecahan masalah yang dilakukan agar efektif yaitu dengan melibatkan klien.
Pendekatan ini berasumsi bahwa klien mengakui dan menerima, bisa tertangani bila ada
kerjasama, bisa didefinisikan secara jelas, dari rasa ketidakpuasan klien dengan
lingkungan sekitar serta adanya keinginan untuk berubah.
Berikut adalah teknik/metode dalam task centered casework (TCC):
1.
Mengidentifikasi target masalah/ fokus masalah.
2.
Mengklasifikasikan jenis-jenis masalah yang di hadapi klien.
a.
Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal adalah kondisi yang ditimbulkan oleh kekuatan yang saling
bertentangan di antara 2 orang. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada manusia. Istilah
konflik Interpersonal sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan
pendapat, persaingan dan permusuhan. Perbedaan pendapat tidak selalu berarti
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
organisasi,
Konflik lini-staf, adalah konflik antara lini dan staf,
Konflik formal informal, adalah konflik antara organisasi formal dan organisasi
d.
informal.
Kesulitan dalam penampilan peranan
Yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan tidak terlaksananya peranan-peranan
dalam kehidupan personal dan sosial dari individu yang dikarenakan adanya hambatanhambatan yang menyebabkan kesulitan dalam menampilkan peranan-peranan individu
e.
yang seharusnya.
Masalah Keputusan
Yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan adanya kebingungan-kebingungan
atau kebimbangan-kebimbangan seseorang dalam pengambilan suatu keputusan. Di
dalam pengambilan keputusan seorang konselor harus bisa mengatasi masalah-masalah
dengan cara memegang teguh prinsip-prinsip etika dan nilai yang ada dalam masyarakat
f.
g.
3.
4.
5.
akan diterima oleh klien jika masalah yang dialami klien tersebut terpecahkan.
Mengatasi Hambatan
Perlu diketahui perbedaan antara masalah dan hambatan. Masalah merupakan
kesulitan-kesulitan yang telah disepakati dari awal oleh pekerja sosial dan klien,
sedangkan hambatan merupakan kesulitan-kesulitan yang muncul selama proses
pemecahan masalah. Hambatan ini perlu diatasi untuk memperlancar proses pemecahan
masalah dan harus cepat tertangani agar tidak menimbulkan masalah baru.
6.
Simulasi dan bimbingan praktis
Pekerja sosial perlu memberikan simulasi atau pelatihan-pelatihan serta bimbingan
praktis berkaitan dengan tugas-tugas yang akan dilakukan klien dalam proses
pemecahan masalahnya. Misalnya klien yang akan melamar pekerjaan dan harus
melakukan interview atau wawancara sedangkan ia sendiri mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi ataupun kurang percaya diri, maka klien tersebut dapat melakukan
simulasi atau latihan dengan pekerja sosial terlebih dahulu. Pekerja sosial juga
memberikan bimbingan-bimbingan berkaitan dengan hal tersebut.
7.
Kajian tugas-tugas pemecahan masalah (evaluasi)
Dalam hal ini, pekerja sosial perlu mengevaluasi dan melihat perkembangan dari
klien apakah tugas pemecahan masalah tersebut sudah berjalan efektif dan dapat
mencapai sasaran atau tidak.
8.
Analisis kontekstual
Yaitu menentukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam tugastugas pemecahan masalah serta bagaimana mengatasinya.
9.
Terminasi
Terminasi adalah suatu proses pengakhiran kerjasama di antara pekerja sosial dengan
klien (berakhirnya kontrak kerja). Dalam terminasi, pekerja sosial perlu menunjukan
kemajuan-kemjuan yang dialami oleh klien baik kemampuan klien itu sendiri maupun
hasil pencapaian tujuan. Selain itu pekerja sosial harus memberikan dukungan
(membesarkan hati klien) dan meyakinkan klien bahwa dia seseorang yang kuat,
mandiri dan memiliki kemampuan untuk memcahkan masalah sendiri. Selain itu,
pekerja sosial perlu menjelaskan bahwa proses terminasi tersebut bukan berarti
putusnya komunikasi atau hubungan silahturahmi di antara pekerja sosial dengan klien
melainkan sebatas pemutusan proses pertolongan.
4. Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku itu seperti namanya, berkaitan dengan perilaku, apa yang
orang lakukan. Perilaku di sini dimaksudkan dalam arti luas, termasuk perilaku terbuka
yang mudah diamati, perilaku rahasia seperti pikiran yang umumnya disimpulkan dari
apa yang orang memberitahu kita, berbagai emosi, dan aktivitas halus dari sistem saraf.
Dalam semua kasus kita mendefinisikan perilaku seobjektif mungkin dalam batas-batas
kepraktisan situasi dan batas-batas teknologi.
Modifikasi perilaku muncul dari sekolah psikologi disebut behaviorisme,
pendekatan yang menunjukkan bahwa studi psikologi harus menekankan pemahaman,
prediksi, dan kontrol perilaku. Skinner (1974) adalah juru bicara utama bagi
behaviorisme hari. Dia menyarankan bentuk behaviorisme disebut radikal behaviorisme,
yang mengakui dan mempelajari peristiwa mental sebagai perilaku internal. Pandangan
Skinner dan pendekatan behaviorisme tidak sama seperti semua behavioris berlatih
modifikasi perilaku. Namun, Skinner adalah bacaan penting bagi siswa dari modifikasi
perilaku.
Jenis behaviorisme yang disarankan di sini bukanlah upaya untuk mengurangi
semua perilaku manusia untuk refleks sederhana atau stimulus-respon asosiasi.
Sebaliknya, itu adalah apresiasi dari berbagai kompleksitas perilaku manusia dan upaya
untuk memahami kompleksitas ini dalam hal hubungan timbal balik dari perilaku
komponen. Melanggar perilaku ke dalam komponen-komponennya tidak perlu
mengurangi pemahaman seseorang secara keseluruhan, melainkan memfasilitasi
pengembangan
program
perubahan
yang
efektif.
Perilaku
komponen
tidak
merupakan
kelas
perilaku
belajar
untuk
kelas
situasi.
10
perilaku adalah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses blajar maupun prinsipprinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia (Bootzin, 1975).
Sebagai ilustrasi dari definisi tersebut adalah sebagai berikut:
Bu Andi orang seorang demawan yang cukup di kenal di kompleks perumahan
tersebut. Setiap hari Minggu berbondong-bondong didatangi pengemis ke rumahnya.
Pada suatu saat Bu Andi merasakan capai, dan ia berpikir bahwa satu-satunya hari untuk
istirahat hanya hari Minggu tersebut. Ia ingin tinggal tenang di rumahnya, tidak cara
menghentikan kedatangan para pengemis terebut. Ia mempertanyakan: apakah yang
terjadi
bila
ia
menghentikan
dermawannya?
Apakah
pengemis
tidak
akan
mengganggunya lagi .
Pada contoh diatas, yang akan diubah oleh Bu Andi adalah perilaku pencari dana
yang datang pada setiap hari minggu. Datang setiap hari Minggu adalah hasil belajar.
Karena itu dengan menerapkan teori belajar, perilaku tersebut mestinya dapat diubah.
Dalam pandangan kaum behavioristik aliran klasik, modifikasi perilaku dapat
diartikan sebagai penggunaan secara sistematik teknik kondisioning pada manusia untuk
menghasilkan perubahan frekuensi perilaku tertentu /mengontrol lingkungan perilaku
tersebut.
Modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip eksperimental didirikan
perilaku untuk masalah perilaku. Saat ini, ia menarik paling banyak dari studi, bukan
teori, dalam bidang pembelajaran dan motivasi, meskipun modifikasi perilaku tidak
terbatas pada daerah-daerah tersebut. Ketika digunakan dalam pengaturan yang
terutama dilihat sebagai klinis, modifikasi perilaku sering disebut terapi perilaku atau
terapi pendingin. Modifikasi perilaku kadang-kadang disamakan dengan operant
conditioning, yang hanya bagian dari modifikasi perilaku dan analisis eksperimental
lebih akurat disebut perilaku.
Modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai:
a) upaya, proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku,
11
b. Menurut Eysenk
Modifikasi Perilaku adalah upaya mengubah perilaku dan emosi manusia dgn cara yang
menguntungkan berdasarkan teori yg modern dalam prinsip psikologi belajar.
c. Powers & Osbon (1976) memberi batasan modifikasi perilaku sebagai penggunaan
secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan
frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan periaku tersebut.
d. Wole (1973) modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah
teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif, kebiasaankebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan
dan dikukuhkan.
12
Salah satu contohnya adalah siswa yang menunjukkan beberapa bentuk perilaku yang
dinilai berbeda dari apa yang diharapkan di dalam kelas. Pendekatan yang paling
efektif dan efisien adalah untuk menentukan masalah perilaku tertentu dan menerapkan
data-berbasis instruksi untuk memulihkan itu. (Lewis, Heflin, & DiGangi, 1991, p.9)
Ada dua bentuk target perilaku dalam modifikasi perilaku:
13
Behavioral exceses adalah perilaku target yang negatif (tidak layak) yang ingin
dikurangi frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya: perilaku merokok.
Behavioral deficit adalah aladah target perilaku yang positif (lanyak) yang ingin
ditingkatkan frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya: perilaku gemar membaca.
b.
c.
d.
14
1.
Kebanyakan tingkah laku manusia adalah hasil belajarnya, karena itu dapat diubah
2.
dengan belajar.
Target tingkah laku yang mudah diubah adalah tingkah laku yang dapat diamati
dan dapat diukur. Tingkah laku itu perlu dirinci dengan jelas indikatornya.
3. Tingkah laku dapat diubah dengan memanipulasi kondisi belajar.
4. Meskipun ada keterbatasan tertentu (pengaruh temperamen atau emosional),
semua anak berfungsi lebih efektif , jika mengalami konsekuensi yang tepat.
5. Reinforcement merupakan konsekuensi yang memperkuat tingkah laku yang
diinginkan.
6. Hukuman merupakan konsekuensi yg melemahkan tingkah laku yg tidak
7.
diinginkan.
Tingkah laku seseorang dapat diatur, diubah dengan memberikan konsekuensi
terhadap tingkah laku orang itu sendiri.
15
segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang
baik dan betah di dalam kelas
2. Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil proses
belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka,
rangking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa
(penguatan bentuk kegiatan).
b. Penghukuman
Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan
untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak
dikehendaki.
Tindakan hukuman dalam pergelolaan kelas masih bersifat kontroversial
(dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang
efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki,
sekaligus merupakan contoh yang tidak dikehendaki bagi siswa lain. Sebagian
lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang
menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang dihukum
menjadi Pahlawan di mata teman-temannya.
Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera
menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk
segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan
penampilan perilaku tertentu yang disukai.
c. Penguatan Negatif
Penguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak
disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan, karena seseorang yang
bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang. Dengan
demikian diharapkan tingkah laku seseorang yang lebih baik itu akan ditingkatkan
frekuensinya (Nurhadi, 1983: 177-180)
16
Ada
beberapa
hal
yang
perlu
memperoleh
perhatian
dalam
5. Intervensi Krisis
A. Definisi Intervensi Krisis
Roberts dan Yeager mendefinisikan suatu krisis sebagai suatu respons subyektif
terhadap suatu peristiwa hidup yang menekan atau traumatik atau sederet peristiwa
peristiwa yang dirasakan oleh seseorang sebagai hal yang berbahaya, mengancam, atau
amat mengganggu, yang tidak terpecahkan menggunakan metoda metoda
penanggulangan tradisional.
Suatu krisis berbeda dengan suatu situasi yang menekan. Walaupun merasa tak nyaman
dan seringkali kecemasan yang menggusarkan, namun individu individu sanggup
17
(2)
(3)
Selama suatu krisis dipandang sebagai hal yang subyektif, terdapat sejumlah peristiwa
peristiwa yang dapat berlaku sebagai suatu peristiwa yang menekan, traumatik atau
berbahaya bagi individu individu, keluarga keluarga dan/atau komunitas
komunitas. Peristiwa peristiwa dapat bersifat personal atau swasta (private), yang
seringkali mempengaruhi individu-individu dan/atau keluarga-keluarga dan dapat
meliputi peristiwa-peristiwa misalnya kehilangan orang yang dikasihi, kontemplasi/
bermenung-menung tentang bunuh diri, pikiran-pikiran yang merugikan diri sendiri atau
orang lain, penyerangan atau victimization (penipuan atau pengorbanan), transisi-
18
19
cara
membangkitkan
kekuatan-kekuatan
lama,
sumber-sumber
dan
20
b. Sumber daya sosial diperlukan untuk mendapatkan kembali rasa memiliki (misal:
dukungan keluarga, jaringan kerja sosial, dan dukungan komunitas).
c. Sumber daya psikologis diperlukan untuk mendapatkan kembali harga diri (misal:
penguatan yang positif dan pencapaian tujuan).
5. Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis mencakup berbagai fungsi
seperti berikut ini:
a. Membentuk hubungan dan mengomunikasikan harapan serta optimisme.
b. Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan, bila perlu.
c. Memberikan anjuran dan alternatif (missal: membuat rujukan ke lembaga yang tepat,
seperti lembaga kesejahteraan anak atau klinik medis).
d. Membantu klien memilih alternatif.
e. Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan layanan dan sumber daya
yang diperlukan klien.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan perkembangan casework yang telah dijelaskan diatas maka
penulis setuju, bahwa casework menggunakan metode atau dasar-dasar
psikologi karena manusia itu diberikan kapasitas untuk berpikir, berdiri sendiri
dan membuat pilihan agar dia bisa memanfaatkan lingkungan hidupnya
dimasyarakat,serta melihat bahwa manusia itu unik yang mempunyai kapasitas
untuk tumbuh dan berkembang juga membentuk sifat tata laku yang sejajar
dengan lingkungan dimana ia berada. Dengan model model case work diatas
diharapkan penanganan klien secara individu dan keluarga akan efektif
sehingga pelayanan pelayanan pekerja sosial pun bisa maksimal
22
Daftar Pustaka
Paine, Malcolm. 2006. Modern Social Work Theory, Bandung : Blue Kampus Dago
Tiga Enam Tujuh
Roberts, Albert R., Gilbert J. (2007). Buku Pintar Pekerja Sosial, Jakarta: BPK Gunung
Mulia
http://faculty.buffalostate.edu/mahlerre/423/TCCmodel.htm
http://wahdadupetro.blogspot.com/2012/11/social-case-work.html
Miltenberger, R.G. 2004. Behavior Modification Principles and Procedures Third
Edition. United States of Amerika: Thomson Learning Academic Resource Center.
23
Irwanto, Elia, H., Hadisoepadma, A., Priyani, R.MJ., Wismanto, B.Y., dan Fernandes,
C. 1994. Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
www.yourarticlelibrary.com/sociology/functional-casework/36542/
24