Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia

didefinisikan

sebagai

suatu

keadaan

dimana

rendahnya

konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas


(referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit)
dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang
berlebihan (Citrakesumasari, 2012)
Anemia lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Penyakit
ini rentan dialami pada semua siklus kehidupan (balita, remaja, dewasa, bumil,
busui, dan manula). Dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) Nadia Ayu Mulansari menyatakan setiap orang
berpotensi terkena penyakit ini dan mereka tidak selalu sadar bahwa dirinya
menderita anemia (Lampost, 2013).
Menurut Ros & Horton (1998), Anemia berdampak pada menurunnya
kemampuan motorik anak, menurunnya skor IQ, menurunnya kemampuan
kognitif, menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya produktivitas kerja
pada orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada
wanita hamil akan menyebabkan buruknya persalinan, berat bayi lahir rendah,
bayi lahir premature, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan
dan kelahiran. Akibat lainnya dari anemia adalah gangguan pertumbuhan,
gangguan imunitas serta rentan terhadap pengaruh racun dari logam-logam berat.
Pada penderita anemia masalah yang dapat mengancam jiwa penderita yaitu

karena anemia berat yang tidak segera ditangani dapat terjadi gagal jantung dan
kematian akibat beban jantung berlebihan (Corwin, 2009).
Data WHO dari tahun 1993 hingga 2005 menunjukan kira- kira 24,8%
atau 1,62 milyar dari populasi dunia menerita anemia. Nyatanya 2 milyar
penduduk dunia (30% penduduk dunia) menderita anemia. Secara keseluruhan
terdapat 800.00 (1,5%) kematian yang disebabkan anemia (Faisal, 2005). Di
Indonesia sendiri kasus anemia terdapat 19,7% perempuan, 13,1% laki-laki dan
9,8% anak yang mengalami anemia (Riskesdas 2007). Sedangkan berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 yaitu sementara lebih dari 10% anak usia
sekolah di Indonesia mengalami anemia (Riskesdas, 2010). Sebuah survey yang
dilakukan Fakultas Kedokteran di beberapa Universitas di Indonesia pada 2012
menemukan 50-63% ibu hamil menderita anemia. Selain itu 40% wanita usia
subur turut mengalami anemia. Asian Development Bank (ADB) mencatat pada
2012 sebanyak 22 juta anak Indonesia menderita anemia sehingga menyebabkan
penurunan IQ. Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang
sama menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan
kematian hingga 300 jiwa perhari. Lalu Direktur Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu-Anak Kementrian Kesehatan pada 2012 mencatat 1 dari 2 wanita
bekerja di Indonesia beresiko anemia (Lampost, 2013) .
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin, atau keduanya. Anemia dapat disebabkan
oleh gangguan pembentukan sel darah merah atau peningkatan kehilangan sel
darah merah melalui perdarahan kronis, perdarahan mendadak, atau lisis
(destruksi) sel darah merah yang berlebihan.

Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah terjadi jika jumlah
besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses, atau kekurangan asam folat, vitamin
B12 atau globulin. Produksi sel darah merah juga dapat tidak mencukupi jika
mengalami penyakit sum-sum tulang, seperti leukemia, setelah terpajan sinar
radiasi atau penyakit sum-sum tulang lainnya. Defisiensi eritropoetin yang dapat
terjadi pada gangguan ginjal juga dapat menyebabkan penurunan produksi sel
darah merah. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah dapat
menyebabkan sel darah merah berukuran terlalu kecil (mikrositik) atau terlalu
besar

(makrositik),

kandungan

haemoglobin

secara

abnormal

rendah

(hipokromik). Semua jenis anemia menyebabkan penurunan hematokrit dan


haemoglobin

tetapi

nilai

MCV,

MCHC

dan

RDW

dapat

bervariasi

(Citrakesumasari, 2012).
Gejala terkait anemia bergantung pada durasi, tingkat keparahan, usia
penderita serta status kesehatan sebelumnya. Semua gejala pada akhirnya
berhubungan dengan reduksi dalam mengangkut oksigen ke sel-sel organ
penderita sehingga mengganggu fungsi kesehatan. Gejala yang dapat muncul pada
penderita anemia diantaranya kelelahan, edema perifer, sesak nafas (Corwin,
2009).
Masalah keperawatan yang muncul pada penderita anemia yaitu perubahan
perfusi jaringan yang dapat terjadi karena adanya penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman nutrisi atau oksigen ke dalam sel, nyeri,
perubahan nutriri kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas dan cemas.
Dari masalah ini intervensi yang bisa di lakukan oleh perawat diantaranya yaitu
mengawasi meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi klien, mencegah

statis vena, menghindari penggunaan bantalan air panas untuk mencegah


termoreseptor jaringan dermal dangkal, latihan ROM aktif maupun pasif juga
perlu di lakukan, membantu menyediakan asupan makanan dan cairan dengan diet
seimbang, membantu klien dalam memanajemen anergi mengingat penderita
anemi

mengalami

masalah

intoleransi

aktifitas,

perawat

juga

perlu

menginformasikan pada penderita anemia untuk mengurangi rokok, , lalu perawat


dapat berkolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium, pemberian sel darah
lengkap sesuai indikasi dan berkolaborasi dalam pemberian oksigen pada klien
jika didapatkan klien mengalami sesak, berkolaborasi dalam pemberian analgesik
untuk mengurangi nyeri, (Judith M, 2013).
Dengan dilakukannya asuhan keperawat secara tepat dan komerhensip
diharapkan penderita anemia mengalami perbaikan kondisi. Mengingat hal
tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis tentang Asuhan Keperawatan pada
penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma Lumajang.

1.2 Rumusan Masalah Penulisan


Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia
di RS. Wijaya Kusuma Lumajang?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada penderita anemia di RS.
Wijaya Kusuma Lumajang tahun 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma
Lumajang tahun 2015

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa pada penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma


Lumajang tahun 2015
1.3.2.3 Menyusun intervensi pada penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma
Lumajang tahun 2015
1.3.2.4 Melakukan implementasi pada penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma
Lumajang tahun 2015
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi pada penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma
Lumajang tahun 2015
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi peneliti untuk belajar
secara langsung menerapkan metode riset keperawatan dalam penelitian
tentang asuhan keperawatan pada penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma
1.4.2

Lumajang tahun 2015


Bagi Akademi Keperawatan Lumajang
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan refrensi bagi
pembaca dan mahasiswa Akademi keperawatan lumajang tentang asuhan
keperawatan pada penderita Anemia di RS. Wijaya Kusuma Lumajang

1.4.3

tahun 2015
Bagi Perawat
Diharapkan hail penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam penentuan kebijakan dalam melakukan tindakan yang berkenaan
dengan pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
penatalaksanaan pasien dengan anemia.

1.4.4

Bagi penelitian selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan peneliitian

lebih lanjut mengenai ketepatan penatalaksanaan pasien dengan anemia.


1.4.5 Bagi pasien
Diharapan dapat digunakan sebagai informasi mengenai pencegahan serta
penatalaksanaan anemia.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan desain deskriptif dengan
tipe pendekatan studi kasus. Data tentang asuhan keperawatan dengan gizi kurang
di dapat dengan menggunakan tehnik :
1.5.1 Pengamatan (observasi)
Pengamatan adadalah suatu prosedur berencana yang meliputi tindakan
melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti.
1.5.2 Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data dengan cara berhadapan muka dengan klien / keluarga ( face to face),di mana
peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang.
1.5.3 Pemeriksaan Fisik
Peneliti menggunakan indera penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan
penciuman dengan melakukan pengkajian fisik yang dilakukan dari kepala sampai
kaki yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1.5.4

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosa penyakit, mengetahui

perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi. Hal ini merupakan interpretasi antara
berbagai organ dan sistem tubuh. Interpretasi dari hasil pemeriksaan diagnostik
harus terintegrasi dengan riwayat kesehatan serta temuan-temuan fisik.
.

Anda mungkin juga menyukai