PENDAHULUAN
didefinisikan
sebagai
suatu
keadaan
dimana
rendahnya
karena anemia berat yang tidak segera ditangani dapat terjadi gagal jantung dan
kematian akibat beban jantung berlebihan (Corwin, 2009).
Data WHO dari tahun 1993 hingga 2005 menunjukan kira- kira 24,8%
atau 1,62 milyar dari populasi dunia menerita anemia. Nyatanya 2 milyar
penduduk dunia (30% penduduk dunia) menderita anemia. Secara keseluruhan
terdapat 800.00 (1,5%) kematian yang disebabkan anemia (Faisal, 2005). Di
Indonesia sendiri kasus anemia terdapat 19,7% perempuan, 13,1% laki-laki dan
9,8% anak yang mengalami anemia (Riskesdas 2007). Sedangkan berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 yaitu sementara lebih dari 10% anak usia
sekolah di Indonesia mengalami anemia (Riskesdas, 2010). Sebuah survey yang
dilakukan Fakultas Kedokteran di beberapa Universitas di Indonesia pada 2012
menemukan 50-63% ibu hamil menderita anemia. Selain itu 40% wanita usia
subur turut mengalami anemia. Asian Development Bank (ADB) mencatat pada
2012 sebanyak 22 juta anak Indonesia menderita anemia sehingga menyebabkan
penurunan IQ. Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang
sama menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan
kematian hingga 300 jiwa perhari. Lalu Direktur Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu-Anak Kementrian Kesehatan pada 2012 mencatat 1 dari 2 wanita
bekerja di Indonesia beresiko anemia (Lampost, 2013) .
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin, atau keduanya. Anemia dapat disebabkan
oleh gangguan pembentukan sel darah merah atau peningkatan kehilangan sel
darah merah melalui perdarahan kronis, perdarahan mendadak, atau lisis
(destruksi) sel darah merah yang berlebihan.
Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah terjadi jika jumlah
besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses, atau kekurangan asam folat, vitamin
B12 atau globulin. Produksi sel darah merah juga dapat tidak mencukupi jika
mengalami penyakit sum-sum tulang, seperti leukemia, setelah terpajan sinar
radiasi atau penyakit sum-sum tulang lainnya. Defisiensi eritropoetin yang dapat
terjadi pada gangguan ginjal juga dapat menyebabkan penurunan produksi sel
darah merah. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah dapat
menyebabkan sel darah merah berukuran terlalu kecil (mikrositik) atau terlalu
besar
(makrositik),
kandungan
haemoglobin
secara
abnormal
rendah
tetapi
nilai
MCV,
MCHC
dan
RDW
dapat
bervariasi
(Citrakesumasari, 2012).
Gejala terkait anemia bergantung pada durasi, tingkat keparahan, usia
penderita serta status kesehatan sebelumnya. Semua gejala pada akhirnya
berhubungan dengan reduksi dalam mengangkut oksigen ke sel-sel organ
penderita sehingga mengganggu fungsi kesehatan. Gejala yang dapat muncul pada
penderita anemia diantaranya kelelahan, edema perifer, sesak nafas (Corwin,
2009).
Masalah keperawatan yang muncul pada penderita anemia yaitu perubahan
perfusi jaringan yang dapat terjadi karena adanya penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman nutrisi atau oksigen ke dalam sel, nyeri,
perubahan nutriri kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas dan cemas.
Dari masalah ini intervensi yang bisa di lakukan oleh perawat diantaranya yaitu
mengawasi meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi klien, mencegah
mengalami
masalah
intoleransi
aktifitas,
perawat
juga
perlu
1.4.3
tahun 2015
Bagi Perawat
Diharapkan hail penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam penentuan kebijakan dalam melakukan tindakan yang berkenaan
dengan pelaksanaan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
penatalaksanaan pasien dengan anemia.
1.4.4
perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi. Hal ini merupakan interpretasi antara
berbagai organ dan sistem tubuh. Interpretasi dari hasil pemeriksaan diagnostik
harus terintegrasi dengan riwayat kesehatan serta temuan-temuan fisik.
.