Anda di halaman 1dari 11

MODUL 10

STUDI KASUS
KEGAGALAN DAN KEANDALAN BEARING DI PT X
Latar Belakang Perusahaan
PT X memproduksi kampas rem dengan klasifikasi jenis wet type, dry type
dan roll lining. Dimana masing-masing jenis kampas rem tersebut mempunyai
sejumlah variasi produk dari berbagai macam tipe dan merk kendaraan.
Perbedaan jenis kampas rem tersebut disesuaikan dengan sifat bahan dan
kondisi pemakaiannya. Untuk jenis dry type yang memiliki kekasaran tinggi
bisaanya digunakan pada kendaraan berbeban berat seperti truk, bus dan lain-lain.
Sedangkan untuk wet type bisaanya digunakan pada kendaraan yang berbeban
sedang seperti sedan dan van. Dan untuk roll lining yang memiliki kekasaran
rendah tetapi mempunyai koefisien besar digunakan untuk kendaraan yang
berbeban ringan seperti sepeda motor.
Dalam tugas achir ini penulis memilih data kegagalan mesin mixer pada
proses produksi kampas rem dengan jenis dry type, karena jenis ini memiliki
tahapan proses yang lebih banyak dan sering mengalami gangguan dari pada
jenis yang lain. Skema urutan proses produksi dari dry type dapat dilihat pada
gambar berikut ini:

MIXING

GRINDING

FORMING

HOT FORMING

OVEN

CHAMFERING

DRILLING

MARKING/
PACKAGING

Gambar 4.1

Diagram Urutan Proses Produksi Dry Type


Mesin Mixer berfungsi untuk mencampurkan suatu formula dengan ukuran
tertentu, mula-mula dilakukan pengayaan dan penimbangan. Pengayaan bertujuan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

agar formula yang dicampur bebas dari butiran-butiran yang besar yang akan
mempersulit proses pencampuran.
Pada tipe EH 100 F berat setiap formula adalah 102 kg dengan warna merah
muda. Dilakukan pencampuran pada formula tersebut sampai homogen.
Pencampuran dilakukan dengan waktu 3 jam dengan menghasilkan 78 buah
produk tiap prosesnya dengan biaya produksi sebesar Rp. 8.500,00 perbuahnya.
Setelah proses pencampuran selesai, formula tersebut diletakkan dalam sebuah
bak dorong lalu dikirim ke bagian forming.
Bearing merapakan komponen mesin mixer yang digunakan sebagai
bantalan dari poros, bearing sering mengalami kerusakan karena adanya material
yang tersangkut didalam bearing.

Data Interval Waktu Kerusakan Mesin Mixer


Di bawah ini adalah data interval waktu kerusakan mesin mixer, yang sudah diolah
oleh penulis dalam bentuk tabel.
Tabel 4.1
Data Interval Waktu Kerusakan dan Waktu Perbaikan Mesin Mixer

Mesin

Komponen

Waktu

Jarak

Perbaikan

Kerusakan

Pemakaian

(Jam/ Hari)
(Menit)
(Jam)
Mixer
Bearing
60-200
2500-3000
24
Catatan: Merk BearingSKF tipe 6206 zz, dengan Waktu Operasi yang
dianjurkan sebesar 2500 jam operasi.

Data Biaya
Data di bawah ini adalah data biaya yang diperoleh dari bagian PPIC.

Tabel 4.2

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Data Biaya Kerusakan komponen Bearing Mesin Mixer

Mesin

Komponen

Mixer

Bearing

Harga

Biaya Tenaga

Biaya

Komponen

Kerja

Produksi

(Rp)

(Rp)
15.000,00/

(Rp)
8.500,00/

Shift

produk

67.500,00

Pengolahan Data Time To Failure (TTF)


Uji Keseragaman Data
1) Untuk menaksir nilai rata-rata populasi ( 1 ) mesin mixer#1, digunakan
rumus:
N

Xi
i 1

, 1 2806.3333
42095
2806.3333
15

2) Untuk menaksir variansi populasi 2 mesin mixer#1:

15

xi X

S2
i 1

306189.3 20412.62
15

n 15
2 S 2 20412.62 21870.67
n 1 15 1

147.89
Untuk mesin mixer#2 dan 3 juga dihitung seperti proses di atas.
3) BKA ( 1 2 ) (2806.33 ( 2 147.89)) 3052.24
4) BKB ( 1 2 ) (2806.33 (2 147.89)) 2508.56
5) Perhitungan tersebut juga dilakukan terhadap mesin Mixer#2 Mixer#3.

Kemudian nilai dari X (X double bar) adalah:

X 1 X 2 X 3 2806.33 2785.13 2749.73

2780.40
3
3

X 2780.40

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Nilai dari S 2 gabungan adalah:


k

S p2
i 1

( n i 1) S i2 (14 20412.62) (14 17553.32) (14 16226.46)

N k
45 3

18474.68 135.92

Tabel 4.3
Uji Keseragaman Data Waktu Kegagalan Mesin Mixer
Mixer 1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
N
_

S2

x1
2510
2545
2710
2715
2750
2752
2785
2830
2840
2864
2910
2950
2954
2980
3000
42095
15
2806.33

Mixer 2
2

x2

x1 X

87813.44
68295.11
9280.11
8341.78
3173.44
2952.11
455.11
560.11
1133.44
3325.44
10746.78
20640.11
21805.44
30160.11
37506.78
306189.33

Mixer 3
2

x2 X

2510
2583
2690
2713
2732
2746
2763
2764
2767
2845
2852
2891
2955
2968
2998
41777
15

75698.35
40857.88
9050.35
5203.22
2823.15
1531.42
489.88
446.62
328.82
3584.02
4471.15
11207.75
28854.68
33440.22
45312.22
263299.73

2785.13

x3
2541
2548
2568
2692
2698
2715
2736
2754
2763
2784
2815
2845
2890
2897
3000
41246
15
2749.73

20412.62

17553.32

16226.46

147.89

137.14

131.85

x3 X

43569.60
40696.34
33027.00
3333.14
2676.34
1206.40
188.60
18.20
176.00
1174.20
4259.74
9075.74
19674.74
21687.47
62633.40
243396.93

X
_

S gab
x
BKA
BKB

2780.40
18064.13
135.92
3052.24
2508.56

Uji Keseragaman Variansi Populasi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Untuk memperoleh tingkat keyakinan 98%, bahwa

135.92

mewakili 1 , 2 , 3 , maka dilakukan pengujian keseragaman standar deviasi


menggunakan pengujian distribusi F.
Dan Uji variansi populasi dihipotesiskan dengan:
1) Pernyataan Hipotesis Nol dan alternatif:

H 0 : k 135.92 , dimana

1 , 2 , 3

H 1 : k 135.92

2) 0.05
3) Distribusi pengujian yang digunakan dalam penelitian ini yang
digunakan adalah distribusi F, dimana nilai distribusinya dapat dilihat
pada tabel lampiran 6.
4) Tentukan daerah-daerah penolakan atau kritis
Daerah nilai kritis 98% dirumuskan dengan:

1
f

dan F f

2 ( v2 , v1 )

2 ( v1 , v2 ) ,

dimana untuk Selang kepercayaan

98%, nilai tabel F akan menjadi

f 0.98 2 f 0.05 (Tabel Lampiran 6.

Sehingga nilai daerah kritis untuk Hipotesis tandingan k 135.92


adalah:

v1 45 1 44 dan v 2 15 1 14 . Nilai daerah untuk kritis untuk

v1 , v 2 (44,14) ; dan v 2 , v1 (14,44) .

a.

F
F

b.

1
f

2 ( v2 , v1 )

1
f 0.98 2(14 , 44 )

F f

1
f 0.05(14 , 44 )

1
0.521
1.92

2 ( v1 , v2 )

F f 0.98 2( 44,14) f 0.05( 44,14 ) 2.27

5) Pernyataan aturan keputusan adalah:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Tolak H0 dan terima H1 , bila Fhitung , jatuh pada daerah penolakan, jika
tidak demikian terima H0
6) Uji statistik
a. Mixer#1

Fhitung

S12 18064.13
2
0.885
S 2 20412.62

b. Mixer#2

Fhitung

S12 18064.13

1.029
S 22 17553.32

c. Mixer#3

Fhitung

S12 18064.13

1.113
S 22 16226.46

7) Pengambilan keputusan secara statistik


a. Mixer#1
Fhitung 0.885 dan daerah kritis untuk selang kepercayaan 98%

adalah F 0.521 dan F 2.27 , karena Fhitung jatuh pada daerah


penerimaan maka H 0 diterima.

Daerah Penerimaan
Fhitung = 0.885
Daerah Penolakan

0.521

2.27

Gambar 4.2

Daerah kritis hipotesis tandingan k 135.92


untuk mesin mixer#1

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

b. Mixer#2
Fhitung 1.029 dan daerah kritis F 0.521 dan F 2.27 , karena
Fhitung jatuh pada daerah penerimaan maka H 0 diterima.
Daerah Penerimaan
Fhitung = 1.029
Daerah Penolakan

2.27

0.521

Gambar 4.3

Daerah kritis hipotesis tandingan k 135.92


untuk mesin mixer#2
c. Mixer#3
Fhitung 1.113 dan daerah kritis F 0.521 dan F 2.27 , karena
Fhitung jatuh pada daerah penerimaan maka H 0 diterima.

Daerah Penerimaan
Fhitung = 1.113
Daerah Penolakan

2.27

0.521

Gambar 4.4

Daerah kritis hipotesis tandingan k 135.92


untuk mesin mixer#3
Uji Keseragaman Mean Populasi
Telah diketahui

sebelumnya,

bahwa

nilai

X 2780.40 . Untuk

memperoleh tingkat keyakinan 95%, bahwa X tersebut mewakili mean


populasi mesin mixer#1 Mixer#3, maka dilakukan pengujian keseragaman

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

mean populasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan distribusi Z,


dimana hipotesa statistik pengujian keseragaman Mean populasi adalah:
1. Hipotesa Statistik
H 0 : k 2780.40 , dimana k 1 , 2 , 3

H 1 : k 2780.40

2. 0.05 , dimana nilai

Z 1.96 (Tabel 2.2)


2

3. Daerah kritis : Z tabel 1.96 dan Z tabel 1.96


4. Aturan keputusan:
Tolak H0 dan terima H1 , bila Z hitung , jatuh pada daerah penolakan jika
tidak demikian terima H0.
5. Perhitungan, Z hitung untuk masing-masing mesin Mixer#1, Mixer#2 dan
Mixer#3 adalah:

1 2806.33

Mixer#1,

Z hitung

X 0

2780.40 2806.33
135.92

45

1.349

2 2785.13

Mixer#2,

Z hitung

X 0

135.92

45

0.246

3 2749.73

Mixer#3,

Z hitung

2780.40 2785.13

X 0

2780.40 2749.73
135.92

45

1.595

6. Keputusan: karena perhitungan untuk ketiga mesin jatuh pada daerah


penerimaan, maka H0 dapat diterima, dimana 2780.40 dapat dipakai
sebagai perwakilan mean populasi dari ketiga mesin mixer.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Daerah penerimaan:
Zhitung Mixer#1: -1.349
Zhitung Mixer#2: -0.246
Zhitung Mixer#1: 1.595
Daerah penolakan
/2

/2

-1.96

1.96

Gambar 4.5
Daerah kritis hipotesis tandingan 2780.40 untuk 1 , 2 , 3
Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Interval Kerusakan Mesin Mixer
Berikut adalah contoh perhitungan pembuatan tabel distribusi untuk
mesin mixer:
a. Range = BKA BKB 3052.24 2508.56 555.84 543.69
b. Panjang Interval Kelas (K) = 1 3.3 log 45 6
c. Lebar kelas = c

R 543.69

90.614
K
6

d. Batas bawah selang kelas = 2510


e. Limit bawah dari batas kelas = 2510 (0.5 x 0.1) 2509.995
f.

Limit atas dari batas kelas = 2509.995 90.614 2600.609

g. Limit atas dari selang kelas = 2600.609 (0.5 x0.1) 2600.604


Proses selanjutnya adalah membuat tabel distribusi frekuensi seperti
terlihat pada tabel 4.6 dan kemudian digambarkan dalam histogram frekuensi
(Gambar4.3).

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kegagalan Komponen Mesin Mixer

No
1
2
3
4
5
6

SELANG KELAS
LBS
LAS
2510.000 2600.604
2600.614 2691.219
2691.229 2781.833
2781.843 2872.448
2872.458 2963.062
2963.072 3053.676

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

BATAS
LBB
2509.995
2600.609
2691.224
2781.838
2872.453
2963.067

KELAS
LAB
2600.609
2691.224
2781.838
2872.453
2963.067
3053.681

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

fi

xi

7
1
16
9
7
5

2555.30
2645.92
2736.53
2827.15
2917.76
3008.37

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

45

Gambar 4.6
Histogram Time to Failure Mesin Mixer
Penentuan Distribusi Kegagalan Bearing Mesin Mixer
Untuk memastikan bentuk kurva mengikuti suatu pola distribusi
tertentu, maka dilakukan pendugaan distribusi kegagalan bearing mengikuti
distribusi normal dan weibull dua parameter.
A Distribusi Kegagalan Bearing Mesin Mixer Mengikuti Distribusi Weibull
Dua Parameter.
Untuk menafsirkan besarnya nilai parameter bentuk

dan faktor

skala digunakan metode BLI (Best Linear Invariant). Dengan cara:


1) Untuk setiap m n 6 , Nilai TTF ti, akan diwakili oleh nilai ai yaitu
_

Nilai bobot untuk menafsirkan besarnya U n , dan ci adalah bobot


untuk menaksir nilai b 1 / , Nilai tabel BLI Weibull 2 parameters
dapat dilihat pada tabel Lampiran 3.
2) Susun batas kelas dan nilai bobot tersebut ke dalam tabel berikut:
Tabel 4.5
Bobot TTF yang ditaksir dengan metode Best Linear Invariant (BLI)
ti
ai
2555.30 0.044826

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

ci
-

lnti
7.845926

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

0.351701

b
-

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

10

0.128810
-

2645.92 0.079377

7.880773

0.625552

7.914446

0.930272

7.947023
0.064666
2917.76 0.226486 0.031796 7.978571
3008.37 0.368179 0.405733 8.009155
=
47.575894

1.300061

2736.53

0.132102
-

0.117541

0.111951
-

2827.15 0.163591

3) Hitung parameter skala dan bentuk


_

i 6
i 1

i 6
i 1

1.807035
2.948803
7.963424

1.010634
1.041066
0.886030
0.513902
0.253687
3.249579
0.051633

, dengan cara:
_

aixnti 7.963424 ; exp(U ) 2873.90

cixnti 0.056331 ;

1 19.37
b

B Distribusi Kegagalan Bearing Mesin Mixer Mengikuti Distribusi Normal.


Parameter distirbusi normal ditentukan oleh x dan x , dimana
nilai parameter tersebut telah dihitung sebelumnya pada tabel 4.3.

Dengan parameter x X 2780.40 dan x 135.92 .

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Yuriadi Kusuma M.Sc

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

11

Anda mungkin juga menyukai