Anda di halaman 1dari 21

RELEKSI KASUS

MODUL PROTESA
GIGI TIRUAN LEPASAN SEBAGIAN BILATERAL FREE END
MODIFIKASI I KENNEDY

Operator

: Iwan Ristiawan

NIM

: 20060340020

Nama Pasien

: Suparmi

MODUL PROTESA
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012

GIGI TIRUAN LEPASAN SEBAGIAN BILATERAL FREE END YANG


TIDAK RETENTIF
Iwan Ristiawan

ABSTRAK
Pengertian gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) menurut Mc. Craken (1973) gigi
tiruan sebagian adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang menggantikan satu
atau beberapa gigi yang hilang dan bagian lain dari rahang yang tidak bergigi
sebagian, mendapatkan dukungan tambahan dari jaringan dibawahnya dan sebagian
dari gigi asli yang tertinggal yang dipakai sebagai gigi pilar. Tujuan dilakukan
pembuatan GTSL (gigi tiruan sebagian lepasan) sebagai : mengembalikan fungsi
estetik, mengembalikan fungsi pengunyahan, mengembalikan fungsi bicara,
memperbaiki oklusi, membantu mempertahankan dari kerusakan lebih lanjut jaringan
dan gigi yang tertinggal.
Pada refleksi kasus seorang perempuan berumur 25 tahun datang ke RSGMP
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan mengeluhkan Pasien mengeluhkan
gigi yang sisa akar dicabut dan diganti dengan gigi palsu. Pasien sebelumnya
memasang gigi palsu ditukang gigi dan terasa tidak nyaman kemudian ingin
mengganti dengan gigi palsu lepasan. Pasien mengaku tidak ada pencabutan pada
perawatan yang dilakukan tukang gigi tetapi dilakukan penggrindingan. Pasien
memakai gigi palsu yang tidak dapat dilepas dengan akrik dan berbau. Terdapat sisa
akar pada gigi 11, 12, 13, 14, 15 16, 21, 22, 23, 24, 32, 33, 34, 44.
Perawatan yang dilakukan pada refleksi kasus ini dengan perawatan GTSL
dengan rencana dilakukan pencentakan, bite rim, akrilik dan anasir gigi kemudian
insersi dan senjutnya kontrol rutin untuk mengetahui kondisi pasca GTSL.

BAB. I

PENDAHULUAN
Protesa (=prosthesis) dimaksudkan suatu penggantian buatan atau tiruan yang
dibuat untuk menggantikan salah satu bagian tubuh yang hilang ataupun sejak lahir
tidak ada ; misalnya tangan, kaki, mata, gigi, dan sebagainya. Oleh karena itu seni
dan ilmu yang bersangkutan dengan pembuatan, pemasangan dan perawatan dengan
suatu protesa, disebut prostetik (prosthetics). Orang yang keahliannya dalam bidang
ini, dinamakan ahli prostetik (=prosthetist). Bila hal ini diterapkan dalam bidang
kedokteran gigi, maka bagian seni dan ilmu kedokteran gigi yang bersangkutan
dengan pekerjaan memperbaiki serta mempertahankan fungsi mulut dengan suatu
penggantian tiruan bagi satu atau lebih gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya,
termasuk jaringan orofasial, dinamakan prostodonsia atau prostodonti (prosthodontics
= ilmu gigi tiruan). Dikenal juga istilah Prosthetic Dentistry atau Dental Prosthetic,
istilah-istilah yang sekarang sudah tidak dipakai lagi.
Menurut definisi ADA (American Dental Association), prostodonsia adalah ilmu
dan seni pembuatan suatu penggantian yang sesuai bagi hilangnya bagian koronal
gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar suapay fungsi,
penampilan, rasa nyaman, dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat
dipulihkan.
Prostodonsia secara garis besar dibagi dalam tiga cabang ilmu, yaitu:
1. Prostodonsia Lepasan (Ilmu Geligi Tiruan Lepasan = Removable Prosthodontics)
2. Prostodonsia Cekat (Ilmu Geligi Tiruan Cekat = Fixed Prosthodontics)
3. Prostetik Maksilo Fasial (Maxillo Facial Prosthetics =Prostetik yang mengenai
wajah dan tulang rahang).
A. Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
a) Hilangnya satu gigi atau lebih
b) Keadaan yang baik dari gigi yang masih tertinggal dan memenuhi syarat
sebagai gigi pegangan
c) Keadaan prosessus alveolaris yang masih baik

d) Kebersihan umum pasien dan kebersihan mulut pasien

B. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan diantaranya :
a) Mengembalikan fungsi estetik
b) Mengembalikan fungsi pengunyahan
c) Mengembalikan fungsi bicara
d) Memperbaiki oklusi
e) Membantu mempertahankan dari kerusakan lebih lanjut jaringan dan gigi
yang tertinggal
C. Macam-macam Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
a. Menurut jaringan pendukungnya :
1. Tooth supported : dukungannya berupa gigi asli
2. Mucosa supported : dukungannya berupa mukosa ujung bebas
3. Mucosa and tooth supported : dukungannya berupa mukosa ujung bebas
dan gigi asli
b. Menurut saat pemasangannya
1. Immediate protesa : segera dipasang setelah pencabutan
2. Conventional protesa : tidak segera dipasang setelah pencabutan
c. Menurut bahan dipakai
1. Frame atau metal protesa
2. Akrilik protesa
3. Vulcanite protesa
d. Menurut ada/ tidaknya sayap bagian bukal

1. Open face, dibuat tanpa gusi tiruan dibagian bukal/ labial (anterior)
2. Close face, dibuat dengan gusi tiruan dibagian bukal/ labial (anterior)

D. Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian


Walaupun banyak orang menyebutkan bahwa gigi bukan merupakan
bagian tubuh yang penting untuk mempertahankan hidup, namun kehilanggan
satu atau beberapa gigi mempunyai dampak yang merugikan, diantaranya adalah :
a. Drifting dan tilting serta over erupsi dari gigi yang masih ada
b. Berkurangnya efisiensi pengunyahan dan terjadi perubahan pada suara
c. Rasa sakit pada persendian (TMJ) dan otot-otot yang berhubungan
d. Tekanan yang berlebihan pada jaringan pendukung
e. Faktor estetik berkurang
f. Gangguan pada kesehatan dan kebersihan mulut (Oral Hygiene)
g. Terjadi atrisi
h. Ekstrusi
i. Mempengaruhi jaringan lunak mulut. Jika tidak dibuat GTSL, Bagian yang
hilang akan terisi oleh jaringan lunak pipi dan lidah atau bahkan terjadi atropi
tulang alveolar. Bila keadaan ini berlangsung bertahun-tahun, pasien akan
mengalami kesulitan dalam pemakaian GTSL.

E. Efek Buruk
Pada pemakaian GTSL harus diperhatikan apabila pemakaian GTSL yang tidak
cermat, desain yang kurang sempurna, juga mempunyai dampak yang kurang baik
bagi kesehatan pasien diantaranya :

a. Peningkatan Akumulasi Plak


Supaya tidak terjadi kondisi mulut dengan adanya akumulasi plak sebaiknya
pasien menjaga kebersihan mulut dengan cara membersihkan alat GTSL dan
menggosok gigi dengan baik apabila kondisi tersebut tidak selalu dilakukan
akan mengakibatkan akumulasi plak dan akan menyebabkan inflamasi pada
jaringan lunak rongga mulut.
b. Trauma, diakibatkan karena desain yang kurang sempurna menyebabkan
GTSL melukai jaringan lunak rongga mulut.

F. Komponen atau Bagian dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Menurut Austin dan Lidge (1957), gigi tiruan mempunyai beberapa
komponen. Komponen GTSL bahan akrilik antara lain :
a. Basis Plat yaitu bagian yang melekat langsung pada mukosa mulut
b. Klamer yaitu bagian yang bersandar pada gigi asli (gigi penyangga/abutment)
dan berfungsi sebagai penahan (retainer).
c. Anasir Gigi yaitu gigi tiruan yang terbuat dari porselen atau akrilik untuk
menggantikan gigi asli yang hilang.
G. Syarat-syarat Gigi Abutment
a. Mempunyai mahkota klinik tinggi
b.

Sebaiknya menggunakan gigi vital

c. Gigi dengan poros tegak


d. Rasio antara mahkota : akar adalah 2 : 3 atau minimal 1 : 1

H. Prinsip-prinsip Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


a. Jaringan pendukung gigi

b. Retensi
c. Stabilisasi
d. Oklusi

I. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian


Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak dari daerah yang tidak
bergigi menurut Kennedy, cit Soelarko R. M. Dan Wachijaati H., (1980) yaitu :
a. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak dibagian posterior dari gigi yang
tertinggal pada ke dua belah sisi (bilateral free end)
b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak dibagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi saja (unilateral free end)
c. Klas III
Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian
posterior (bounded saddle)
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati median line

Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak klamer menurut Miller


ditentukan sebagai berikut :
a. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus
berhadapan dan tegak lurus median line.

b. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan
membentuk garis diagonal serta melewati median line
c. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus, merupakan
suatu segitiga yang terltak ditengah gigi tiruan
d. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus, merupakan
suatu segi empat yang terletak ditengah gigi tiruan.

BAB. II
DESKRIPSI KASUS
A. Pemeriksaan Subyektit
Pasien mengeluhkan gigi yang sisa akar dicabut dan diganti dengan gigi
palsu. Pasien sebelumnya memasang gigi palsu ditukang gigi dan terasa tidak
nyaman kemudian ingin mengganti dengan gigi palsu lepasan. Pasien mengaku

tidak ada pencabutan pada perawatan yang dilakukan tukang gigi tetapi dilakukan
penggrindingan.
B. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan Intra Oral
Pasien memakai gigi palsu yang tidak dapat dilepas dengan akrik dan berbau.
Terdapat sisa akar pada gigi 11, 12, 13, 14, 15 16, 21, 22, 23, 24, 32, 33, 34,
b.

44.
Foto Klinis

c. Diagnosa
Diagnosis

Rahang Atas
:

kennedy

Kelas

IV

Diagnosis Rahang Bawah


: Kelas I modifikasi I kennedy
d. Assasment
Terdapat gigi geligi yang sudah mengalami radixes pada gigi anterior dan
posterior mengalami missing teeth pada rahang bawah.

BAB. III
TATA LAKSANA KASUS

Rencana perawatan yang akan diberikan meliputi :


1. DHE (Dental Health Education)
Memberikan informasi untuk menjaga kebersihan mulutnya dengan cara
menyikat gigi yang benar dan memberikan perawatan yang akan dilakukan.
2. Scalling USS.
Pada gigi yang masih ada mengalami penumpukan debris dan kalkulus
sehingga perlu dilakukan scalling USS dengan skor OHI 5,6 (kategori sedang).
3. Ekstraksi gigi yang tinggal sisa akar dan sudah tidak dapat dirawat.
Dilakukan pencabutan pada gigi 11, 12, 13, 14, 15 16, 21, 22, 23, 24, 32,
33, 34, 44 karena tidak dapat direstorasi lagi.

4. Membuat study model RA dan RB


Sendok cetak
: Perforated stock tray RA : No 2 dan RB : 3
Bahan Cetak
: Alginat
Metode Mencetak
: Mucostatik
Cara Mencetak
:
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi tertentu yang homogeny, bahan dimasukkan dalam
sendok cetak, kemudian masukkan ke dalam nulut dan tekan posisi ke atas atau ke
bawah sesuai rahang yang dicetak. Disamping itu, dilakukan musxle trimming
agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa, kemudian setelah keras sendok cetak
dikeluarkan dari dalam mulut. Selanjutnya hasil cetakkan diisi dengan gips stone.

5.

Pengambilan foto rontgen OPG untuk mengetahui keadaan gigi yang lainnya.
6. Desain Alat yang akan dibuat pada pasien :

Gambar desain alat Rahang Atas dan Rahang Bawah


7. Membuat model kerja :
a. Alat dan bahan sama seperti pada model studi
b. Membuat base plate permanen dan bite rim
c. Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga dibuat
post dam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari wax
yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperoleh dihaluskan
dan diatasnya dibuat bite rim dari wax. Base plate harus benar-benar
menempel pada model kerja. Untuk lengkung bite rim RB disesuaikan dengan
alveolar ridge yang ada, sedangkan untuk RA dibuat setinggi 2 mm di bawah
bibir atas saat rest posisi. Tinggi bite rim RB dibuat sejajar dengan tinggi
retromolar pad.
d. Yang perlu diperhatikan saat pembuatan bite rim :

Bite rim atas anterior harus sejajar dengan garis pupil (garis yang
menghubungkan kedua pupil dan jalannya sejajar dengan garis incisal)
dan bite rim RA bagian posterior sejajar dengan garis chamfer.

Bite rim RA harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir

Median line dari pasien yang diambil sebagai terusan dari tengah yang

memisahkan incisivus kanan dan kiri

Garis caninus yaitu tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi

Garis ketawa, yaitu pada saat tertawa gusi tidak terlihat

8. Insersi oklusal bite rim, retensi dan stabilisasi diperhatikan


Dilakukan pencatatan Maxillo-Mandibular Relationship (MMR)
Oklusal bite rim dipasang untuk ketentuan untuk posisi posterior bite rim harus
dibuat sejajr dengan garis chamfer (garis yang berjalan dari ala nasi ke tragus /
porion) dan untuk bagian anterior bite rim atas sejajar dengan garis pupil. Tinggi
bite rim atas 2 mm di bawah garis bibir atas pada waktu rest posisi. Alat yang
digunakan adalah oklusal guide plane.
Dilakukan pencatatan MMR. Mula-mula pasien dipersilahkan duduk di
dental chair, dataran oklusal diusahakan sejajar dengan lantai. Tentukan garis
chamfer dari titik di bawah

4 mm dari meatus acusticus eksternus

Telinga kanan dan kiri

Spina nasalis anterior


Kemudian titik tersebut ditandai dengan benang dan isolasi. Selanjutnya

record blok dipasang dengan posisi bite rim RA terlihat 2 mm di bawah garis bibir
atas saat rest position.

Bila dilihat dari depan, bite rim RA tampak sejajar dengan garis pupil (dilihat
dengan bantuan oklusal guide plane)

Bila dilihat dari samping, bite rim RA tampak sejajar dengan garis chamfer

Bila bite rim RB dipasang, bite rim RA dan RB harus tertutup secara
sempurna (tidak blh ada celah dan merupakan satu garis lurus)

Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya
record blok dipasang dengan posisi bite bite rim RA terlihat 2 mm di bawah garis
bibir atas saat rest posisi.

Bila dilihat dari depan, bite rim RA tampak sejajar dengan garis pupil ( dilihat
dengan bantuan oklusal guide plane)

Bila dilihat dari samping, bite rim RA tampak sejajar dengan garis chamfer

Bila bite rim RB dipasang, bite rim RA dan RB harus tertutup secara senpurna
(tidak boleh ada celah dan merupakan satu garis lurus)
Kemudian dicari vertical dimensi (inter oklusal distance) dengan metode

pengukuran jarak pupil dan sudut mulut dangan jarak hidung dan dagu (PM dan
HD), pada keadaan rest position PM = HD. Pada keadaan relasi sentrik, dimensi
vertical : physiological rest position freeway space (PM = HD 2mm). Free
way space 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi bite rim RB.
9. Centric relation Record
Centric relation record adalah suatu relasi mandibula terhadap maxilla
pada suatu relasi vertical yang ditetapkan pada posisi paling posterior. HD = PM
2 mm. Dua millimeter diperoleh dengan cara mengurangi bite rim RB dengan
maksud senagai freeway space. Cara menentukan relasi sentrik yaitu dengan
menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga prosessus condyloideus
akan tertarik ke fossa paling belakang karena tarikan dari motot dan menelan
ludah berulang-ulang. Pasien disuruh melakukan gerakan mandibula berulangulang sampai pasien terbiasa dengan oklusi tersebut. Setelah mendapat posisi
sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dan garis ketawa.
Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fixaxi dengan cara dibuat
groove berbentuk V (double V groove) pada kanan dan kiri RA bagian posterior
( daerah P1 dan M1 RA), kemudian groove diberi vaselin. Pada bite rim RB diberi
tambahan wax atau gulungan malam kecil yang telah dilunakkan di bawah double
V groove RA menyesuaikan groove RA kemudian katupkan dengan bite rim RA,
kemudian pasien disuruh menggigit kembali pada oklusi sentrik.
Incisal guide ditentukan setelah pemasangan gigi anterior atas dan bawah dan
telah memenuhi nilai estetis. Pada pemasangan gigi anterior harus diingat high lip
line, median line dan caninus line. Gigi anterior bawah menyesuaikan yang atas.
10. Pemasangan pada altikulator

Pemasangan pada articulator (free plane articulator). Setelah oklusal bite rim RA
dan RB selesai difixir, letakkan oklusal bite rim RA pada mounting table dengan
pedoman :

Garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah mounting
table

Tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting table

Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior bite
rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
Oklusal bite rim RA difixir dengan menuang adonan gips pada bagian atas

model kerja. Mounting table dilepas dari articulator. Selanjutnya bite rim RB
dipasang dan dipaskan dengan bite rim RA, diberi karet dan kemudian difixir
dengan adonan gips plaster.
11. Pembuatan klamer
12. Pemasangan gigi pengganti
13. Model malam
14. Flasking
15. Boiling out
16. Packing
17. Processing
18. Deflasking
19. Finishing dan polishing
20. Insersi gigi tiruan sebagian yang sudah di akrilik.
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTSL dalam mulut pasien. Jadi pada saat
dilakukan insersi harus diperhatikan :
Retensi : di cek dengan mengerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau

tidak
Oklusi : di cek balancing side, working side serta ada tidaknya premature

kontak. Apabila oklusi terganggu, dilakukan grinding atau penambahan.


Gangguan diketahui dengan articulating paper yang diletakkan pada oklusi,

kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.


Stabilisasi : di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara dan ekspresi wajah dan sebagainya. Apabla sudah tidak ada
gangguan, maka protesa dapat dipolis.
a. Protesa diremdam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Diberikan instruksi kepada pasien untuk beradaptasi dengan protesa

tersebut sampai biasa. Malam hari ketika tidur protesa dilepas agar jaringan otototot dibawahnya dapat beristirahat. Pasien membersihakn protesanya setiap kali
sehabis makan. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil,
pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik dan control sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada
gangguan, pasien bisa terus memakainya.

21. Kontrol Pasca Insersi


GTSL
a. Pemeriksaan Subyektif
Pasien datang untuk melakukan kontrol perawatan prosthodontic. Pasien
mengeluhkan gigi palsunya sakit saat dipakai.
b. Pemeriksaan Obyektif

Kondisi jaringan pendukung baik tidak ada ditemukan adanya lesi atau
kelainan yang menyertai. Beberapa plat dibagian posterior dan anterior
mengganjel.
c. Perawatan
DHE (Dental Health Education).
Pengurangan plat pada daerah yang dirasa kurang nyaman.
Melakukan tindakan scalling pada beberapa gigi yang masih ada.
d. Assassment
Kondisi membaik dari segi estetik dan pengunyahan. Tetapi perlu adanya
evaluasi lanjut terkait retentif alat.

BAB. IV
PERTANYAAN KRITIS
1. Mengapa pada kondisi Free end bilateral sering mengalami tidak retentive
alatnya?

BAB. V
LANDASAN TEORI
A. Kondisi Tulang Rahang yang Mengalami Free End Bilateral
Keadaan free end bilateral sering dijumpai pada rahang bawah dan
biasanya telah telah beberapa tahun kehilangan gigi secara klinis, dijumpai
keadaan :
1 Derajat resorpsi residual ridge bervariasi.
2 Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi
tiruan yang akan dipasang.

3
4

Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.


Gigi asli yang masih tinggal sudah mengalami migrasi dalam berbagai

5
6

kondisi.
Gigi antagonis sudah mengalami ekstrusi dalam berbagai derajat.
Jumlah gigi yang masih tertinggal dibagian anterior umumnya sekitar 6-10

gigi saja.
Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporo mandibula.
Sehingga indikasi pada kondisi free end bilateral menggunakan geligi

tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal

BAB. VI
REFLEKSI
Pada refleksi kasus ini :
1

DHE (Dental Health Education)


Peran DHE sangat penting untuk menjaga kondisi gigi yang masih ada. Karena
pada beberapa gigi yang masih ada dengan kondisi yang mengalami ektsrusi dan

resesi gingival.
Maintanance
Perlu adanya follow up dan kontrol pasca insersi GTSL tersebut. Apabila
mengalami alat kurang stabil perlu dilakukan relining dan rebasing pada GTSL.
Sering dijumpai kondisi GTSL dengan bilateral free end mengalami kegagalan
perawatan alat tidak retentive pada saat dipakai.

BAB. VII
KESIMPULAN

Pada refleksi kasus ini dapat disimpulkan bahwa perawatan pada kasus GTSL
perlu adanya evaluasi alat pasca insersi. Pada kondisi ini sering mengalami alat yang
kurang retentive dikarenakan tulang pasca pencabutan mengalami resorpsi residual
yang banyak maka dari kondisi alat menjadi tidak stabil sehingga perlu kontrol
lanjutan untuk mengetahui kondisi GTSL yang dipakai pada pasien. Selain itu juga
pasien untuk menjaga oral hygine dengan cara menyikat gigi pada gigi yang masih
ada dikarenakan kondisi yang masih ada sudah mengalami ekstrusi dan resesi pada
beberapa gigi geliginya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai