Anda di halaman 1dari 31

Pengembangan Obat

Herbal Sebagai
AntiMalaria
Shadish Kumar Subramaniam 260110132002
Jimmy Chan Wei Kit 260110132003
Vikneswaran Mutayah 260110132004
Pavin Subramaniam 260110132009
Najeeha Bt A. Hadi 260110132020
Keshni Devi
260110132026

JAMU
Definisi obat tradisional ialah bahan atau ramuan
bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun temurun telah
digunakan
untuk
pengobatan
berdasarkan
pengalaman.
Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia
yang lebih dikenal dengan nama jamu, umumnya
campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari
tanaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat
berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga
seluruh bagian tanaman.

OBAT HERBAL
TERSTANDAR
Obat herbal terstandar adalah
sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahan bakunya telah di standarisasi

FITOFARMAKA
Fitofarmaka adalah obat dari bahan
alam terutama dari alam nabati, yang
khasiatnya jelas dan terbuat dari
bahan baku, baik berupa simplisia atau
sediaan galenik yang telah memenuhi
persyaratan
minimal,
sehingga
terjamin keseragaman komponen aktif,
keamanan dan kegunaannya.

Morus alba

SKRINING FITOKIMIA
Morus alba
Skrining fitokimia menunjukkan ekstrak
methanol terdapat senyawa
a) Tannin
b) Flavonoid
c) Alkaloid
d) Saponin
e) Volatile oil
f) Fenolic
g) Terpenoids

Flavonoid dan terpenoid merupakan


jenis kandungan kimia yang
ditemukan berlimpah pada tanaman
dari genus Morus (Hakim, 2007).
Berbagai senyawa flavonoid dan
terpenoid telah dilaporkan aktif
sebagai antimalaria (Saxena et al.,
2003)

Metode Penelitian
Diperlukan daun murbei (M. Alba),
hewan uji dan biakan parasit
Plasmodium.
Prosedur diawali dengan pembuatan
ekstrak metanol daun murbei
Didapatkan ekstrak kental

Pengujian Aktivitas Antimalaria


Secara In Vivo
Menggunakan metode Peters Test
Mencit yang telah terinfeksi oleh P.berghei dibagi 5
kelompok dan diperlakukan secara peroral;
Satu kelompok: kontrol negatif (CMC Na 0.5%)
Satu kelompok: kontrol positif (suspensi obat standar artesunat)
Tiga kelompok: suspensi ekstrak daun murbei (1, 10 &
100mg/kgBB)

Bahan uji diberi apabila semua mencit menunjukkan


adanya pertumbuhan parasit dengan parasitemia 1%.
Pemberian bahan uji: satu kali sehari (4 hari)
Pemerhatian parasitemia: setiap hari (7 hari) pemberian
ekstrak dihentikan pada hari ke-5.

Pengamatan Parasitemia
Membuat hapusan darah tipis
Di amati dengan mikroskop binokuler
Di hitung dari jumlah jumlah eritrosit
yang terinfeksi
(Schlichtherle, 2002)
Persentase penghambatan merupakan
perbandingan rata-rata persentase
pertubuhan parasit pada kelompok
perlakuan terhadap kontrol negatif

Hasil
Peningkatan parasitemia pada kelompok uji yang
diberikan ekstrak daun murbei dengan dosis 1, 10 dan
100 mg/kgBB lebih rendah daripada kontrol negatif,
tetapi lebih tinggi daripada kontrol positif artesunat.
Semakin tinggi dosis ekstrak metanol daun murbei
yang diberikan, semakin rendah tingkat pertumbuhan
parasit.
Aktivitas antimalaria yang sangat baik pada dosis 100
mg/kgBB = lebih besar atau sama ratarata
persentase penghambatan 50%
Berdasarkan jurnal nilai nya ialah sebesar 53,33
0,97% pada dosis 100 mg/kgBB.

Kesimpulan
Dari segi kriteria, ekstrak daun murbei
memiliki aktivitas sebagai antimalaria,
serta prospektif untuk dikembangkan
sebgai obat antimalaria.

Daftar Pustaka
Madureira, M.C., Martins, A.P., Gomes, M., Paiva J., Cunha A.P.,
Rosario V. 2002. Antimalarial activity of medicinal plants used
in traditional medicine in S. Tome and Principe islands. J.
Ethnopharmacol. 81: 23 29.
Sardjono TW. Obat Antimalaria. Universitas Brawijaya, Malang.
2007.
Schlichthele, M., Wahlgren, M., Perlmann, H., and Scherf, A., (2000),
Methods in Malaria Research, Third Edition, Manassas: Malaria
Research and Reference Reagent Resource Center-American
Type Culture Collection, 8-10
Moffat, C., D. Osselton and B. Widdop. (2005). Clarkes Analysis of
Drugs and Poisons 3rd edition. Pharmaceutical Press, pp. 123129
Herintsoa, R., R.R. Baholy, R.A. Solofoniaina, R.A. Mirindra, R.E.K.
Femanto, R. Hajatiana, R.M. Harivony, R. Maminirina, R.
Armand, R. Jacques, R.J. Francois, R. Suzanne, G.L. Tona, G.K.

Tanaman Yang
Berpotensi Sebagai
Obat Anti Malaria

JAMU
Uji Efektifitas Akar Kayu
Kuning (Coscinium
fenestratum Colebr)
Sebagai Antimalaria pada
Mencit yang Diinfeksi
Plasmodium berghei

Uji aktivitas antimalaria dari tanaman


Coscinium fenestratum terhadap
mencit yang diinfeksi P.berghei
meliputi tahapan-tahapan yaitu :
Determinasi tanaman uji
Pembuatan simplisia (Ekstraksi,
maserasi)
Penapisan fitokimia (Determinasi
senyawa)
Persiapan hewan coba (8 kelompok)
Penentuan dosis uji dan uji
efektivitas ekstrak tanaman.

E1: ekstrak etanol dosis 0.625 mg/ 25 grBB mencit;


E2 : ekstrak etanol dosis 1.25 mg/ 25 grBB mencit;
E3 : ekstrak etanol dosis 3.75 mg/ 25 grBB mencit.
A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg/ 25 grBB mencit;
A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg/ 25 grBB mencit
A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg/ 25 grBB mencit.
K+ adalah kontrol dengan pemberian klorokuin
K- adalah kontrol negatif hanya diberikan larutan
PGA 3%.

HASIL UJI AKTIVITAS


Kelompok E1 (ekstrak etanol dosis 0,625
mg/25 gr BB mencit) dan E2 (ekstrak
etanol dosis 1,25 mg/25 gr BB mencit)
tidak memberikan pengaruh yang berarti
pada pertumbuhan Plasmodium.
Pada kelompok E3 (ekstrak etanol dosis
3,75 mg/25 gr BB mencit) setelah
pemberian perlakuan terjadi penurunan
jumlah parasit pada hari ke tujuh.

Kelompok A1 (ekstrak air dosis 0,625


mg/25 gr BB mencit) dan A2 (ekstrak
air dosis 1.25 mg/ 25 grBB mencit)
tidak terjadi penurunan parasitemia
setelah pemberian ekstrak melainkan
jumlahnya tetap/stabil (bakteriostatik).
Di kelompok A3 terlihat penurunan
jumlah parasitemia pada mencit.
Penurunan terlihat mulai hari kedua
lalu stabil jumlah parasitemianya dan
kembali naik pada hari keempat setelah
pemberian ekstrak dihentikan.

Pada kelompok kontrol positif dengan


pemberian Klorokuin terlihat ada
penurunan parasitemia mulai hari
kedua setelah pemberian obat,
kemudian berturut-turut menurun
sampai hari keempat lalu kembali
meningkat pada hari ketujuh.
Kelompok kontrol negatif yang hanya
diberi larutan PGA 3% juga
menunjukkan pada hari ke-11 setelah
pemberian ekstrak semua mencit
kelompok tersebut telah mati.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
Penghambatan terbesar diperoleh dari
ekstrak air dosis 3,75 mg/ 25 grBB mencit
yaitu sebesar 34,67 %, ekstrak etanol dosis
3,75 mg/ 25 grBB mencit sebesar 29,43 %.
Pemberian ekstrak air dari tanaman kayu
kuning mempunyai daya hambat terhadap
pertumbuhan parasit P.berghei yang lebih
besar dibandingkan dengan ekstrak etanol.

DAFTAR PUSTAKA
Jekti RP, Edhie S, Siti SY, Rita MS. 1996. Keadaan Hematologis
Mencit yang Diinfeksi dengan Plasmodium berghei.
Cermin Dunia Kedokteran, 106 : 34-36.
Poppy Kurnia Galuh Tyas Kusuma ,2011 UJI EFEKTIFITAS AKAR
KAYU KUNING (Coscinium fenestratum Colebr) SEBAGAI
ANTIMALARIA PADA MENCIT YANG DIINFEKSI Plasmodium
berghei. INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

FITOFARMAKA
Efek Antimalaria antara
ekstrak sambiloto,
chloroquine dan artemisinin,
dan juga kombinasinya.

METODE
Kultur malaria menggunakan Plasmodium falciparum
strain Papua (2300) yang berasal dari Namru-2 Jakarta.
Lima kelompok obat yang diuji yaitu, chloroquine,
artemisinin, ekstrak sambiloto, kombinasi sambiloto dan
chloroquine, dan kombinasi sambiloto dan artemisinin.
Kepadatan parasit ditentukan dengan menghitung
jumlah Plasmodium falciparum yang menginfeksi
eritrosit pada 5.000 kultur eritrosit.
Efek membunuh parasit obat tunggal (Chloroquine saja
atau artemisinin saja) dan kombinasi dengan sambiloto
pada dosis 0,5 ug/ml dinilai pada eritrosit yang
terinfeksi.

HASIL
Hasil: ekstrak sambiloto pada dosis
0.5 ug/ml meningkatkan kepadatan
parasit dan pada peningkatan dosis 1
ug dan selanjutnya efek membunuhnya
meningkat.
Penurunan kepadatan parasit juga
terlihat dengan peningkatan dosis pada
kelompok
kombinasi
sambilotochloroquine dan sambiloto-artemisinin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


aktivitas antimalaria fraksi fraksi
diterpen lakton (DTL) pada mencit
Plasmodium bergheiterinfeksi
(in-vivo) memiliki nilai ED50 = 9,17
mg/kg BB mencit. Pada pemberian per oral dengan 100 mg/kg
BB mencit sekali sehari (dosis tunggal) menunjukkan
hambatan pertumbuhan parasit sebesar 66,41 %, sedangkan
pada dosis 10 mg/kg BB mencit dua kali sehari (dosis ganda)
mampu menghambat 92,22% pertumbuhan parasit.
Dengan demikian pemberian dosis 10 mg/kg BB mencit sehari
dua kali (dosis berganda) memberikan nilai aktivitas hambatan
yang lebih kuat dibanding dengan pemberian dosis tunggal.
Formula mengandung 15 mg fraksi DTL per tablet dengan
asumsi pemakaian dosis terapi untuk dewasa adalah 2 x 4
tablet sehari.

Hasil uji antimalaria in vivo pada mencit terinfeksi P.


berghei menunjukkan tablet fraksi DTL dalam bentuk
granul dapat menghambat pertumbuhan parasit
sebesar 71,14% pada pemberian dengan dosis 10
mg/kg BB mencit dua kali sehari selama empat hari.
Aktivitas hambatan ini meningkat menjadi 82,56%
pada dosis 15 mg/kg BB dua kali sehari selama 4
hari.
Uji toksisitas dan keamanan dari tablet DTL yang
meliputi toksisitas akut dan sub akut telah dilakukan.

Hasil uji toksisitas akut menunjukkan bahwa


sediaan granul fraksi DTL sambiloto tergolong
relatif tidak berbahaya dan aman dengan nilai
ED50 = 21 g/kg BB mencit.
Pada uji toksisitas sub akut juga menunjukkan
bahwa pemberian granul fraksi DTL dengan
dosis 10, 50, 100 mg/kg BB selama 14 hari
relatif aman dan tidak menunjukkan efek toksik
terhadap organ hepar maupun ginjal.

KESIMPULAN
Ekstrak sambiloto tunggal atau kombinasi terbukti
memunyai efek antimalaria falciparum dengan dosis maximal
efek yaitu 200ug/ml.

Daftar Pustaka
Umar Zein, Loeki E. Fitri, Awaluddin Saragih, Comparative Study of
Antimalarial Effect of Sambiloto (Andrographis paniculata)
Extract, Chloroquine and Artemisinin and Their Combination
Against Plasmodium falciparum In-vitro, Faculty of Pharmacy,
North Sumatra University, Medan, Indonesia. Tersedia di: http://
www.inaactamedica.org/archives/2013/23585407.pdf pada 24
September 2015.
Dr. Aty Widyawaruyanti, Dra,. Apt. M.Si Dr.H. Achmad Fuad, Drs.,
MS, Apt. Achmad Radjaram, Drs Indah S Tantular,dr., M.Kes.,
PhD., PENGEMBANGAN FITOFARMAKA OBAT MALARIA DARI
FRAKSI DITERPEN LAKTON HERBA SAMBILOTO (ANDROGRAPHIS
PANICULATA NEES), Universitas Airlangga. Tersedia di: http://
penelitian.unair.ac.id/artikel/1c747efb7b5022bb5174af79052fc9
15_Unair.pdf
pada 24/9/2015.

Anda mungkin juga menyukai