membantunya dalam urusan akhirat, memelihara rumah, anak-anak dan harta suaminya, dan lain-lain. Hal ini
tentu harus didudukkan dalam kerangka bahwa hakekat keberadaan pernikahan adalah hubungan persahabatan
(shohbah) dalam menjalani ketaatan. Tentang hal ini Allah SWT berfirman :
.......Oleh karena itu, wanita shalihah adalah yang mentaati Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak
ada karena Allah telah memelihara mereka. (TQS. An-Nisa[4]:3)
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda :
Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, aku pasti akan memerintahkan
kepada wanita untuk bersujud kepada suaminya
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, bahwa Rasulullah bersabda :
Demi Dzat Yang jiwaku berada di tanganNya, seorang wanita dipandang belum menunaikan hak Tuhannya
sebelum ia menunaikan hak suaminya.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, bahwa ketika Rasulullah Saw ditanya Perempuan manakah yang paling
baik? Beliau menjawab : Khazanah yang paling baik bagi seorang laki-laki (suami) adalah perempuan yang
shalih; jika suami memandangnya ia menyenangkan suaminya; jika suami memerintahnya ia mentaatinya; jika
suaminya tidak ada di sisinya, ia memelihara dirinya
Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasul Saw bersabda:
Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya; ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Seorang
perempuan adalah pemimpin (pengurus) rumah suaminya dan anak-anaknya; Ia bertanggungjawab atas yang
dipimpinnya.
"Hendaklah salah seorang di antara kalian mempunyai kalbu yang bersyukur (qalban syaakiran), lisan yang
senantiasa berdzikir (lisaanan dzaakiran) dan isteri yang beriman yang dapat membantumu dalam urusan
akhirat" (HR. Ibnu Majah)
Perlu dipahami, bahwa peran sebagai isteri dan ibu (ummun wa rabbatul bayt) merupakan peran utama yang
dibebankan oleh Allah SWT kepada para wanita. Oleh karenanya, wanita shalihah akan berupaya semaksimal
mungkin agar beban ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sekalipun sangat berat dan butuh pengorbanan yang
sangat tinggi. Keberadaan beban yang berat ini, juga tidak akan dijadikan alasan untuk menghindar dari
pelaksanaan ketetapan syariat Allah yang lainnya, apalagi jika hal tersebut berkenaan dengan perkara yang
wajib. Hal ini karena dia akan selalu yakin, bahwa semua ketetapan yang Allah berikan adalah kebaikan
baginya, dan seluruh hukum yang Allah syariatkan pasti dalam batas kemampuannya.
Wanita Sholihah Sebagai Bagian Dari Masyarakat
Sesungguhnya Islam telah memberikan ruang yang leluasa untuk berkiprah di dalam aktivitas yang terkait
dengan perannya sebagai bagian dari anggota masyarakat, seperti kebolehan untuk terlibat dalam beberapa
muamalah, melakukan aktivitas dakwah/amar maruf nahi munkar serta memperhatikan urusan umat
(beraktivitas politik) yang hukumnya memang wajib, dan lain-lain. Kewajiban ini tersirat dalam firman Allah
SWT :
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (laki-laki/perempuan) yang menyeru kepada al-khoir
(Islam), menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar. Maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung (TQS. Ali-Imran[3]:104)
Dan sabda Rasulullah Saw :
Barangsiapa bangun pada pagi hari, sedangkan tidak terbersit dalam benaknya urusan kaum muslimin, maka
mereka bukan golongan kaum muslimin HR. al-Hakim dari al-Khatib ra.)
Siapa saja yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, berarti dia bukanlah termasuk golongan
mereka. Siapa saja yang tidak berada di waktu pagi dan petang selaku pemberi nasihat bagi Allah dan
RasulNya, bagi kitabNya, bagi pemimpinnya dan bagi umumnya kaum muslimin, berarti ia bukan termasuk di
antara mereka.(HR. ath-Thabrani dari Hudzayfah ra.)
Jika dikaitkan dengan kondisi umat saat ini yang jauh dari gambaran ideal masyarakat Islam, maka peran
wanita shalihah menjadi lebih penting lagi terutama dalam proses mengubah masyarakat sekarang menjadi
masyarakat Islam. Dalam hal ini, urgensi yang menuntut keterlibatan wanita antara lain :
a. Bahwa kaum wanita memegang peran penting dan strategis dalam mencetak generasi penerus umat yang
memiliki kualitas mumpuni. Yakni berperan dalam mendidik dan membina anak-anak mereka dengan aqidah
yang kuat yang akan melahirkan generasi yang tunduk pada syariat dan siap untuk memperjuangkannya.
b. Bahwa perubahan masyarakat ke arah Islam harus diusung dan diperjuangkan oleh seluruh komponen umat,
baik pria maupun wanita. Disisi lain tidak setiap wanita muslimah memiliki kesadaran yang sama akan
pentingnya mewujudkan perubahan dengan landasan Islam, sehingga menjadi tugas para wanita sholihah untuk
bergerak menyadarkan muslimah lainnya dari keterlenaan mereka dengan cara melakukan proses pembinaan
yang mengarah pada pengokohan aqidah dan membangun ketaatan pada syariat.
Apa Yang Harus Dipersiapkan?
Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi wanita shalihah memang tidak mudah. Dalam hal
ini diperlukan keyakinan dan pengorbanan yang tinggi sehingga seluruh kewajiban yang terbeban dipundak
akan dapat dilaksanakan. Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan :
1. Muslimah harus senantiasa memelihara keimanan dengan aktivitas taqorrub ilaLLah. Sehingga dengan cara
ini akan senantiasa ada dorongan yang kuat untuk melakukan ketaatan kepada aturan-aturan Allah dan RasulNya.
2. Muslimah harus memiliki pemahaman yang utuh tentang hukum-hukum syari;at, termasuk yang berkaitan
dengan seluruh aktivitasnya, baik yang menyangkut peran sebagai individu/pribadi, isteri/ibu maupun sebagai
anggota masyarakat, sehingga, dia bisa memastikan bahwa tidak ada satu hukumpun yang luput dari
pelaksanaannya. Oleh karenanya, penting bagi wanita shalihah untuk terus membina dirinya dan terlibat dalam
sistem pembinaan yang terarah dan berkesinambungan.
3. Muslimah harus memahami konsep al-awlawiyaat (fiqih prioritas) yang bersandar pada hukum syara beserta
manajemen waktu yang bagus.
4. Muslimah harus terus berupaya membangun dukungan dari orang-orang terdekat, sehingga bisa saling
menguatkan dalam menjalani ketundukan kepada Allah dan Rasul, termasuk dalam aktivitas dakwah.
5. Muslimah harus memahami setiap realitas yang berkembang dengan pemahaman yang jernih dan utuh, baik
berupa pemikiran, hukum-hukum, maupun realitas politik lain beserta analisis Islamnya sehingga mampu
mengambil sikap dengan sikap yang benar (cerdas politik). Hal ini penting, terutama jika dikaitkan dengan
posisi strategis muslimah sebagai ibu yang berperan penting dalam mencetak dan mendidik generasi Islam
masa depan.
Tauladan Shahabiyat ra.
Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kehidupan Asma binti Abi Bakar. ra, seorang wanita yang terdahulu
masuk Islam, seorang pribadi shalihah, cerdas dan berkepribadian kuat; seorang isteri yang taat dan begitu
berbakti pada suami; seorang ibu dari yang berhasil menghantarkan anaknya syahid, dan seorang politikus
ulung serta pemberani karena beliau terlibat langsung dalam banyak peristiwa politik seperti hijrahnya Rasul
dan beberapa peperangan penting. Sosok Asma ra hanya salah satu saja dari sekian banyak tauladan terbaik
yang terserak di kitab-kitab sirah, yang penting bagi kita --generasi sekarang-- untuk mentadabburinya hingga
kita juga layak menyandang kemuliaan sebagaimana mereka.[][]
Wanita Sholihah
Wanita adalah tiangnya negeri
Kalaulah wanitanya sholihah baiklah negeri
Kalau kaum wanitanya rusak hancurlah negeri
Wahai anakku jagalah baik-baik 10 perkara, kelak engkau akan memiliki perbendaharaan rumah tangga:
1. Hormatilah suamimu dengan menggembirakan serta member kepuasan kepadanya.
2. Turutilah perintah suamimu baik-baik.
3. Awasilah sorotan dua matanya jangan sampai suamimu itu melihat suatu hal yang buruk pada dirimu.
4. Awasilah hidungnya, jangan sampai ia mencium bau, kecuali bau yang paling sedap dan nyaman.
5. Awasilah suamimu waktu makanya, jangan sampai ia lapar, karena gangguan lapaar yang berturut-turut akan
menimbulkan amarah.
6. Awasilah suamimu waktu tidurnya, jangan sampai terganggu, karena gangguan terhadap orang yang sedang
akan membawa kemarahan.
7. Jagalah harta benda suamimu, adapun arti hemat adalah mengatur keluar masuknya keuangan dengan sebaikbaiknya.
8. Jagalah anak-anak dan keluarganya serta pembantu-pembantu rumah tangga suamimu, yaitu dengan
mengatur sebaik-baiknya.
9. Janganlah menentang perintah suamimu karena hal itu akan membuat sedih hatinya.
10. Jangan engakau membuka rahasia suamimu, karena engkau tidak akan selamat dari pembalasannya.
Kemudian berhati-hatilah jangan sampai engkau gembira di hadapannya padahal ia dalam keadaan sedih.
Sebaliknya janganlah engkau sedih ketika ia sedang gembira.
Dan nasehat Abdulloh bin Jafar bin Abi Tholib kepada anak wanitanya adalah:
1. Wahai anakku.. berhati-hatilah, engkau jangan bersifat cemburu, karena cemburu itu kunci perceraian.
2. Berhati-hatilah engkau, jangan terlalu banyak mengkritik suamimu, karena banyak mengkritik itu banyak
menimbulkan kebencian.
3. Pakaialah celak, karena celak adalah sebaik-baik perhiasan.
Masih banyak lagi nasehat-nasehat tarbiyah penuh makna yang bisa kita kumpulkan, tapi kiranya dengan dua
contoh tarbiyah yang diberikan kepada para pendamping mujahid dan para calon-calon pendamping mujhid
kelak sudahlah cukup. Tigal direnungi dan diresapi lalu coba tuk dipotensikan di alam nyata kehidupan rumah
tangga. Allohumma la sahla illa ma jaaltahu sahla wa anta tajalul hazana idza syita SAHLAN! Allohumma
yassir ya Alloh!
D. Wanita sholihah, cita tinggi melejitkan potensi
Al marah as sholihah, adalah sebuah kata yang apabila didengar oleh laki-laki muslim akan menggetarkan hati,
membangkitkan azzam, melamunkan impian, menumbuhkan dambaan sebagai pendamping hidupnya. Baik
laki-laki muslim itu berposisi sebagai suami, ataukah calon suami.
Keberadaan wanita sholihah menempati factor yang penting dalam iqomatuddin. Hal itu dapat digambarkan
dengan deskripsi ringkas marah sholihah merupakan subyek pelaku- iqomatuddien dan sekaligus obyek.
Sebelum menjadi subyek pelaksana- amal dalam penegakkan dien, wanita muslimah merupakan obyek
sasaran- dakwah dan pembinaan sehingga mereka menjadi wanita yang memiliki potensi kesholihan (marah
sholihah).
Segera setelah itu, atau tepatnya bersamaan dengan itu, dirinya mendapat tanggung jawab untuk menjadi
subyek pelaksana- yang dikenai taklif beban syareat- sama dengan para lelaki mukmin. Dengan sisi tugas
dan tanggung jawab yang berbeda, tapi saling melengkapi.
Lalu untuk menjadi bidadari di istana suami; lakukanlah proses diri menjadi wanita sholihah, bukan dalam
tataran kasat mata saja, namun makna yang paling sesungguhnya cantik dah luar dalam. Caranya;
1. Menyelimuti dirinya dengan berbagai hal yang dapat memelihara potensi dirinya agar tidak berkembang
menjadi bencana
2. Lalu menghiasi dirinya dengan berbagai hal yang dapat memompa potensinya memberikan yang terbaik,
maka ia akan menjadi anugerah bagi siapa saja, baik keluarga, lingkungan masyarakatnya dan yang paling
utama adalah suaminya.
) : : )
Artinya: dari Ummi Salamah ia berkata Rasululloh bersabda: siapapun dari kalangan wanita yang meninggal,
kemudian suaminya dalam keadaan ridho padanya, maka ia akan masuk surge. HR. Mutafaqun Alaih).
3. Saat itulah, ia akan melejitkan potensinya menjadi al marah as sholihah, karena ia sendiri tak tahu kapan
sang malakul maut akan menjemputnya. Yang akhirnya bidadari-pun cemburu padamu.
Hal yang perlu dilakukan untuk pengembangan diri sehingga dapat melejitkan potensi yang dahsyat plus
manfaat adalah sebagai berikut :
1. Start your self (mulai dari dirimu)
2. Start early (mulai seawal mungkin)
3. Start small (mulai dari yang kecil)
4. Start now (mulai sekarang juga)
5. Be optimist (optimis)
6. Be proactive (proaktiv jangan pasif)
7. Be positive thinking (berpikir positif jangan negative terus)
8. Just do it (lakukan, amalkan)
9. Be patient (sabar)
10. Be passion (gairah, selalu ingin menjadi besar)
Yuk..kita bercermin kepada mereka, akar kita tau kayak apa sih diri kita!!
a. Selalu memenuhi panggilan Alloh dan Rasul-Nya.
b. Meninggalkan maksiat dan wara (menjaga diri) dari perkara syubhat.
c. Menjaga yang Wajib memperbanyak yang sunnah.
Ada beberapa amalan fardhu yang bisa dilakukan kemudian ditambahi dengan amalan sunnah, yang akan
mengangkat derajat hamba-hamba Alloh, tak tekecuali para wanita. Diantaranya adalah:
1. Sholat fardhu plus sholat sunnah, ia akan menjadi amalan yang pertama kali di hisab pada hari kiamat. Kalau
ia baik maka yang lain akan baik, tapi kalau ia jelek maka yang lain pasti akan lebih jelek. Kata Umar: siapa
yang meremehkannya maka terhadap urusan yang lain akan lebih meremehkannya, tak terkecuali urusan rumah
tangganya.
2. Zakat fitrah atau mal plus infaq dan shodaqoh, agar cepat menjadi kaya plus investasi akherat.
3. Shoum romadhon plus shoum sunnah, harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Sebagai sarana pembersihan
jiwa.
4. Haji plus dengan umroh-nya, jihadnya kaum wanita.
1. Opini atau persepsi orang tua atau anak yang shalih tersebut harus benar-benar sesuai dengan kehendak Islam
berdasarkan Al-Quran dan sunnah
2. Menciptakan lingkungan yang kondusif ke arah tercipta-nya anak yang shalih.
Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksana-kan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan
dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat
ii. Menjadi daiyah dan mujahidah, sebagai unsur pembentukan mujtama islamy.
Sebagai penutup, kami tuliskan beberapa hal kongkret yang dapat dikerjakan oleh seorang istri sebagai wujud
komitmennya dalam meniti jalan jihad dan membantu mujahidin:
Berjihad dengan harta, yaitu berinfak di jalan Allah untuk keperluan jihad dan mujahidin, termasuk sikap
yang dituntut adalah ringan dan mudah dalam berinfak, tidak menahan dan menghalang-halangi suami dari
berinfak.
Mendoakan mujahidin dengan melakukan qunut nazilah.
Berlatih ketangkasan fisik, menggunakan senjata, berenang dan menunggang kuda.
Mempelajari P3K.
Memberikan tempat perlindungan dan menghormati mujahidin.
Mentarbiyah anak agar mencintai jihad dan mujahidin.
Meninggalkan gaya hidup mewah.
Memboikot barang-barang produk musuh.
G. Bekal, bingkisan yang harus dipersiapkan
Bekal-bekal menjadi ratu di istana baiti jannati sang suami
1. Ulumuddien
2. Life skill, kecakapan hidup seperti tata boga, menjahit, memasak dll.
3. Ilmu komunikasi, tehnik sederhana pencipta keharmonisan rumah tangga
4. Ilmu tarbiyah, ath thoriqoh ahammu minal maadah, methode penyampaian lebih dibutuhkan dari sekedar
bobotnya materi, merentas jalan peradaban masa depan.
5. Ilmu manajemen, menata kemiskinan menjadi kekayaan-mengatur tata laksana ruangan rumah sederhana
bagai istana baiti jannati.
8. Istri tidak boleh memberikan sesuatu yang mungkin hak milik Suaminya tanpa perkenan Suaminya.
9. Seorang Istri tidak patut meminta dari suaminya uang tambahan atau apa yang Suami tidak miliki atau tidak
mampu memberikannya, dan Istri harus menunjukkan rasa terima kasih atas apapun yang Suami berikan.
10. Seorang Istri harus mengakui bantuan apapun yang diberikan Suaminya di dalam rumah.
11. Istri yang baik (Sholehah) adalah Istri yang taat pada perintah Suaminya jika Suami memintanya untuk
melakukan sesuatu.
12. Pada saat Suami pulang ke rumah, Istri harus menyambutnya dengan ramah (seperti; menyalaminya lalu
mencium telapak tangannya, membantu menurunkan muatan bawaannya, atau sekedar membantu
mengangkatkan task ke dalam rumah. Bukan pula sebuah kehinaan jika istri membantu melepas tali sepatu
suaminya, membuatkan the hangat baginya, bertanya persoalan-persoalan ringan atau bercerita masalahmasalah ringan yang bisa mencairkan suasana) dan menemuinya dengan penampilan yang baik dan cantik.
13. Istri harus berusaha untuk tidak mengabaikan kebutuhan-kebutuhan Suaminya atau melalaikan tuntutantuntutannya. Semakin seorang Istri memperhatikan suaminya, maka semakin besar pula cinta Suami kepadanya.
Kebanyakan para Suami secara faktual, memandang perhatian sang Istri pada mereka sebagai satu ekspresi
dari cintanya.
14. Seorang Istri harus berhati-hati untuk tidak menyampaikan sesuatu masalah pada saat Suami baru pulang
dari berpergian, tentang persoalan-persoalan keluarga, atau mengadu pada Suami tentang anak-anak, dan lainlain. Sebaliknya Istri harus berupaya menciptakan suasana damai yang justru dibutuhkan Suaminya setelah
melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan.
15. Seorang Istri sebaiknya mendiskusikan masalah-masalah keluarga dengan Suaminya pada saat-saat yang
tepat.
16. Seorang istri harus ikut bakti kepada mertua, orang tuamu adalah orang tuaku
17. Bagi seorang Istri yang menghormati kerabat dekat Suaminya dan memperlakukan mereka dengan ramah
adalah sesungguhnya merupakan tanda penghargaan dan hormat bagi Suaminya.
18. Seringkali meninggalkan rumah adalah suatu kebiasaan buruk bagi perempuan. Istri juga tidak boleh
meninggalkan rumah jika Suaminya keberatan bila Istri berbuat demikian.
19. Istri tidak boleh bercengkrama dengan laki-laki asing tanpa mengindahkan keberatan Suaminya.
20. Istri harus penuh perhatian terhadap Suaminya pada saat ia berbicara.
21. Seorang Istri tidak berhak meminjamkan sesuatu dari harta Suaminya yang bertentangan dengan
keinginannya. Tetapi Istri boleh meminjamkan hak miliknya sendiri.
22. Menuntut perceraian dari Suami tanpa alasan yang kuat adalah dilarang.
23. Jika seorang teman Suami bertanya tentang Suami, Istri boleh menjawabnya tetapi tanpa harus terlibat
dalam percakapan panjang lebar.
24. Terlalu banyak berargumentasi dan berdebat dengan Suami, menghitung-hitung kesalahan Suami,
sebenarnya hanya akan menumbuhkan kebencian dan memperburuk hubungan.
25. Memelihara rumah dan menjalankan tugas-tugas rumah tangga adalah menjadi tanggung jawab Istri. Oleh
karena itu Istri harus mengerjakan tugas-tugas merawat rumah, perabot rumah tangga dan lain-lain dan juga
harus hemat.
26. Seorang Istri tidak boleh memberi sedekah dari harta suaminya tanpa seizin Suaminya.
27. Berbicara tentang atau menceritakan pada orang lain mengenai masalah-masalah seksual antara Suami dan
Istri adalah merupakan dosa besar menurut Islam.
28. Seorang Istri tidak perlu merasa takut untuk menyatakan cinta dan kasih sayangnya terhadap Suaminya. Hal
itu akan menyenangkan hati Suami dan membuat Suami lebih dekat pada keluarganya; selain itu jika Suami
tidak menemukan seorang perempuan yang menarik dan mencintai Suami di rumah, Suami mungkin sekali
akan terdorong untuk mencari hiburan dimana saja, di luar rumah.
29. Kepemimpinan dalam keluarga adalah menjadi hak Suami. Bagi perempuan yang menuntut persamaan
yang penuh dan sempurna dengan Suaminya, akan berakibat pada adanya dua pemimpin dalam keluarga dan ini
tidak dikenal dalam Islam. Meskipun begitu Suami tidak boleh bertindak dengan cara otokratis dan
menyalahgunakan posisinya. Ia harus memperlihatkan cinta dan kasih sayangnya dan memperlakukan Istrinya
sebagai partner hidup.
Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan
seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.Mereka hanya perlu memenuhi 2
syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami