Anda di halaman 1dari 70

HIPERTENSI

Tika Pratiwi
260112140511
Sarastina Megawati
260112140527
Sitti Sarah Riayaturrobby
260112140543
Rani Tambunan
260112140559
Ditosando Yudonegoro
260112140575
Yulianti Lestari
260112140591
Felinda Dwi Utami
260112140607
Indriani Fitria
260112140623

DEFINISI
DAN
PATOFISIOLOGI

DEFiNISI hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung secara terus-menerus
(menetap)
Tekanan darah normal
adalah 120/80 mmHg

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH PADA


ORANG DEWASA (UMUR 18 TAHUN)
MENURUT JNC 7

KLASIFIKASI HIPERTENSI
BERDASARKAN BENTUK
HIPERTENSI
Hipertensi
diastolik
Hipertensi
sistolik
Hipertensi
campuran

peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan
sistolik
peningkatan tekanan
sistolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan
diastolik
peningkatan tekanan
darah pada sistol dan
diastol

Klasifikasi Hipertensi
BERDASARKAN PENYEBABNYA
HIPERTENSI PRIMER
(ESENSIAL)
Hipertensi yang multifaktorial dan sangat kompleks.
Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan
darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat
90%

meliputi

mediator

hormon,

aktivitas

vaskuler,

volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas


darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural

Klasifikasi Hipertensi
HIPERTENSI
SEKUNDER
Hipertensi
spesifik
10%

yang

seperti:

disebabkan

oleh

penyebab

pheocrhromocytoma,

sindrom

Cushing, hipertiroid, hiperparatiroid, aldosteronn


primer,

kehamilan,

obstruktif

sleep

apnea,

kerusakan aorta, dan beberapa obat.


(DiPiro, 2009)

PATOFISIOLOGI

MANIFESTASI
KLINIK

Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik dapat
pula tidak dijumpai
kadang tidak
kelainan apapun,
menampakkan
peningkatan tekanan
gejala sampai
darah merupakan satubertahun-tahun
satunya gejala
Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan

Manifestasi Klinis
Nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang
disertai mual dan muntah akibat peningkatan
tekanan darah intrakranium
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf
Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari)
karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus
Edema dependen akibat peningkatan tekanan
kapiler.

Manifestasi Klinis
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara
pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam
penglihatan
Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis,
mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS

Merokok
Makanan asin
Stress
Obat Kontrasepsi

HT + obat ?
Kehamilan ?
DM ?
Penyakit ginjal

Pemeriksaan Fisik dan Evaluasi Klinik

Pemeriksaan Laboratorium

Parameter
normal

Pemeriksaan lain

Pemeriksaan Komplikasi

Lanjutan....

HASIL TERAPI YANG


DIINGINKAN

Terapi Penderita Hipertensi

Hasil Terapi Yang Diinginkan

TERAPI NON
FARMAKOLOGI
S

life style Modification

Setiap pasien
hipertensi
dianjurkan untuk
menerapkan
gaya hidup
modifikasi yang
telah terbukti
dapat
menurunkan
tekanan darah.

Weight loss

Menjaga berat badan normal (Indeks


masa tubuh 18,524,9kg/m2)
Aproksimasi penurunan tekanan darah
sistolik (mm Hg) : 5 20 per 10 kg
penurunan berat badan

DASH-type dietary patterns

Mengkonsumsi buahbuahan, sayuran, dan


produk susu rendah
lemak dan mengurangi
konsumsi lemak jenuh
serta lemak total.
Approximate Systolic
Blood Pressure
Reduction (mm Hg) : 8
14.

Reduced salt intake

Mengurangi asupan
natrium makanan seharihari sebanyak mungkin,
idealnya 65 mmol / hari
(1,5 g / hari natrium,
atau 3,8 g / hari natrium
klorida)
Approximate Systolic
Blood Pressure Reduction
(mm Hg) : 2 8

Physical activity

Aerobik secara teratur (minimal 30 menit /


hari, hampir setiap hari dalam seminggu)
Approximate Systolic Blood Pressure
Reduction (mm Hg) : 4 9

Moderation of alcohol intake

Batasi konsumsi kurang


dari atau sama dengan 2
minuman per hari pada
pria dan kurang dari atau
sama dengan 1 minuman
per hari pada wanita
Approximate Systolic
Blood Pressure Reduction
(mm Hg) : 2 4

Quit smoking

Merokok memicu timbulnya faktor resiko


penyakit kardiovaskular

Terapi
farmakologi

Algoritma Penanganan
Hipertensi secara Farmakologi

(Sukandar dkk,

Contd

Rekomendasi Obat Antihipertensi dengan Berbagai

TERAPI FARMAKOLOGI

Diuretik (Thiazid)

Menurunkan tekanan darah dengan cara


menghambat reabsorpsi sodium pada
daerah awal tubulus distal ginjal,
meningkatkan ekskresi sodium dan volume
urin (Tjay & Rahardja, 2007).
Contohnya : hidroklortiazid, indapamid,
klortalidon, metolazon

Alpha Blocker

Memblok adrenoseptor alfa1 perifer,


mengakibatkan efek vasodilatasi karena
merelaksaasi otot polos pembuluh darah
vaskuler perifer yang memberikan efek
vasodilatasi
Prasozin, terasozin dan doxasozin
merupakan obat penghambat reseptor
1, (Saseen and Maclaughlin, 2008).
Kelompok ini tidak mengubah aktivitas
reseptor 2 sehingga tidak menimbulkan
efek takhikardia (Dipiro et al, 2006).

Beta Blocker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah


melalui penurunan penurunan curah jantung
melalui kronotropik negatif dan efek inotropik
jantung serta inhibisi pelepasan renin dari ginjal.
Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol
merupakan kardioselektif pada dosis rendah dan
mengikat baik reseptor-1 daripada reseptor-2
yang menyebabkan obat tersebut kurang
merangsang bronkhospasmus dan vasokonstriksi
serta lebih aman dari non selektif beta blocker
(propanolol, nadolol).

ACE Inhibitor

ACE Inhibitor menghambat perubahan AT I


menjadi AT II, dimana AT II adalah
vasokonstriktor poten yang juga merangsang
sekresi aldosteron.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
captopril, enalapril, benazepril, fosinopril,
moexipril, quianapril, lisinopril.
Captopril, enalapril, dan lisinopril diekskresi
lewat urin sehingga diperlukan penyesuaian
dosis pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
yang parah.

Antagonis Angiotensin II (ARB)

ARB (Angiotensin Receptor Blocker)


menahan langsung reseptor angiotensin
tipe I (AT1), reseptor yang
memperantarai efek angiotensin II
(vasokontriksi, pelepasan aldosteron,
aktivasi simpatetik, pelepaan hormon
antidiuretik dan konstriksi arteriol eferen
glomerulus).
Contohnya : lasartan, valsartan,
irbesartan, telmisartan

Calcium Channel
Blockers

CCB menyebabkan relaksasi jantung dan


otot polos dengan menghambat saluran
kalsium yang sensitif terhadap tegangan
sehingga mengurangi masuknya kalsium
ekstraseluler kedalam sel. Relaksasi otot
polos vaskular menyebabkan vasodilatasi
dan berhubungan dengan reduksi
tekanan darah (Saseen and Maclaughlin,
2008).
Obat yang umum digunakan adalah
verapramil, diltiazem, dihidropiridin, dan

Golongan lain

Antihipertensi vasodilator (misalnya


hidralazin, minoksidil) menurunkan
tekanan darah dengan cara merelaksasi
otot polos pembuluh darah.
Baik hidralazin maupun minoksidil tidak
digunakan sebagai obat tunggal karena
takifilaksis akibat retensi cairan dan
refleks simpatis yang akan mengurangi
efek antihipertensinya. Maka sebaiknya
diatasi dengan diuretik atau bloker
(Dipiro et al, 2006).

EVALUASI
HASIL TERAPI

Tujuan terapi obat anti hipertensi:

Mengurangi
morbiditas
dan
mortalitas
kardiovaskular dan renal akibat komplikasi.
Tekanan darah yang diharapkan setelah terapi
adalah
<140/90
mmHg
tanpa
adanya
komplikasi, hal ini berhubungan dengan
penurunan risiko komplikasi CVD (Coronary
Vascular Disease).
Pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes
mellitus dan penyakit renal, tekanan darah
yang diharapkan dapat dicapai setelah terapi
yaitu <130/80 mmHg.

Parameter efektivitas terapi hipertensi:

Monitoring tekanan darah

2 -4 minggu setelah terapi dimulai


4-6 minggu untuk meminimalisir efek
samping
3-6 bulan apabila tekanan darah telah
stabil dan tidak ada indikasi komplikasi

CONT

Monitoring kerusakan target organ


(jantung, ginjal, mata, dan otak)
Adanya sejarah sakit dada, palpitasi,
pusing, dyspnea, orthopnea, sakit kepala,
penglihatan tiba-tiba berubah, lemah
sebelah, bicara terbata-bata, dan hilang
keseimbangan. perubahan funduskopik,
regresi LVH pada elektrokardiogram atau
ekokardiogram, proteinuria, dan
perubahan fungsi ginjal.

CONT

Monitoring efek samping obat dan


interaksi obat

Muncul 2-4 minggu setelah memulai obat


baru atau setelah menaikkan dosis, harus
diulang tiap 6-12 bulan.
Memerlukan penurunan dosis atau
substitusi dengan obat antihipertensi yang
lain.
Apabila ada interaksi obat monitoring harus
intensif dan perlu diperhatikan tambahan
suplemen atau obat lain untuk mengurangi
efek samping.

CONT

Monitoring kepatuhan dan konseling ke


pasien
Strategi yang paling efektif untuk
membantu pasien dengan masalah
kepatuhan adalah dengan kombinasi
beberapa strategi konseling seperti
edukasi, modifikasi sikap, dan sistem
yang mendukung .

Tujuan dari evaluasi hasil laboratorium:

Untuk memberikan data dasar untuk


digunakan pada terapi obat selanjutnya.
Untuk mencari faktor-faktor resiko lain.
Untuk mencari kerusakan organ sasaran
dan penyakit kardiovaskular yang lain
atau penyakit penyerta, yang ikut
menentukan prognosis dan ikut
menentukan pengobatan.
Untuk menemukan sebab yang spesifik

STUDI KASUS

Seorang wanita RM, 76 tahun didiagnosa diabetes


dan hipertensi. Tekanan darah sistolik 140-200
mmHg dan diastol 70-104 mmHg. BMI 32.

Lanjutan....

Pertanyaan :
1. Jelaskan rasionalitas pengobatan pada pasien tersebut
2. Bagaimana farmakoterapi untuk pasien tersebut
3. Informasi apa saja yang diberikan pada pasien

Anamnase
1.

2.

3.

Obat-obatan yang diminum :

Metoprolol : obat hipertensi golongan


blocker

Triamterene: obat hipertensi

HCTZ

Furosemide : obat diuretik loop

Olmesarten : obat hipertensi golongan


angiotensin II reseptor
blocker

Berat Badan (masuk ke


dalam kategori obesitas)
Normal BMI : < 25 m2

Metformin : obat diabetes (berupa


hormon)

Clonidine
sentral

Standar Kadar Gula Darah

Aspirin : analgetika

Clopidogrel : antiplatelet

Ezetimibe : penghambat absorbsi


kolesterol

Simvastatin: menurunkan kadar LDL

Tekanan Darah (masuk ke


dalam kategori hipertensi)
Normal : Sistole 110 130
mmHg
Diastole 70
100 mmHg

Sewaktu : 100 200


mg/dL
Puasa : 70 120 mg/dL

: obat hipertensi golongan


diuretik tiazid

: antihipertensi kerja
agonis reseptor alfa

Rasionalitas pengobatan
1.

Dari segi pengobatan hipertensi dirasa kurang rasional karena


terdapat 5-6 jenis obat hipertensi dalam pengobatan tersebut.
Seharusnya digunakan dua sampai tiga jenis pengobatan saja yang
bersinergi sehingga dapat lebih efisien dan rendah biaya.

2.

Kemudian mengapa tekanan darah pasien tetap naik kemungkinan


disebabkan karena pasien telah mengalami resistensi terhadap obat
obat tersebut. Alternatif pengobatan yang dapat dianjurkan adalah
mengganti obat menjadi jenis lain yang pada terapi ini belum pernah
digunakan, seperti obat-obatan golongan ACE inhibitor, golongan
kalsium channel blocker (amlodipin, nifedipin) dan minoksidil.
Minoksidil, suatu vasodilator poten, dengan kombinasi bersama beta
blocker dan diuretik loop diketahui efektif pada hipertensi berat yang

Lanjutan....
3.

Selain hal tersebut, penting pula untuk melakukan terapi non


farmakologi yaitu memperbaiki dan memodifikasi pola hidup. Antara
lain mengkonsumsi makanan rendah natrium, kurangi makanan
pencetus

hipertensi,

menghentikan

konsumsi

alkohol,

berhenti

merokok, mengurangi stress dan melakukan aktivitas fisik seperti


aerobik.
4.

Lalu untuk menurunkan BMI-nya maka obat obatan seperti ezetimibe


atau simvastatin harus tetap digunakan karena tingkat obesitas turut
mendukung hipertensi.

5.

Kemudian untuk kasus keluhan merasa sering pusing adalah dapat


diakibatkan karena tingginya tekanan darah. Maka obat analgetiknya

Info yang dapat diberikan


1.

Pasien harus diberikan terapi kombinasi obat hipertensi agar obat yang
diberikan dalam dosis kecil dapat terhindar dari efek samping dan
memiliki khasiat maksimal.

2.

Pasien tersebut harus tetap menggunakan obat diabetesnya agar


kadar gula darah tetap terkontrol.

3.

Pasien masih dapat menggunakan aspirin ketika menderita keluhan


pusing. Keluhan pusing ini diduga karena tingginya tekanan darah.
(Ketika tekanan darah terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka
terasa pusing).

4.

Obat-obat penurun LDL dan kolesterol juga harus tetap dikonsumsi


karena BMI pasien masih tinggi (kategori obesitas). Faktor kegemukan
juga mempengaruhi tekanan darah tinggi.

Terapi non farmakologi harus tetap


dilakukan

Ny. Yeti berusia 61 tahun berobat kepada seorang


dokter baru dengan keluhan nyeri dada, tekanan darah
tinggi (140/90), sering tremor, dan pegal-pegal pada
sekujur badan. Setelah diperiksa, dokter memberikan
resep dan memberikannya kepada seorang apoteker
untuk dianalisa terlebih dahulu sebelum diberikan
kepada pasien.

R/ Captopril 25
XLV
S 3 dd 1
R/ HCT
XV
S 0-0-1
R/ Bisoprolol 5
XV
S 1 dd 1
R/ ISDN 5
XV
S 1 dd 1 SL bila nyeri dada
R/ B1
XLV
S 3 dd 1
R/ Meloxicam 15
XV
S 2 dd 1
R/ Antasida Fl.
I
S 4 dd C
Pro

: Ny. Yeti (61 Th)

Anamnesa
Pasien mengeluh nyeri dada, tekanan
darah tinggi, sering tremor, dan pegalpegal pada sekujur badan.

Analisa

Captopril yang merupakan antihipertensi golongan


inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACEI),
Hidroklorotiazid (HCT) yang merupakan diuretik
golongan tiazid,
Bisoprolol, suatu agen antihipertensi golongan
pemblok yang kardioselektif
Isosorbid dinitrat (ISDN), antiangina golongan nitrat
Tiamin (vitamin B1), untuk terapi defisiensi vitamin B1
Meloksikam, obat antiinflamasi nonsteroid, yang
memiliki sifat antinyeri
Antasida, untuk menetralkan asam lambung

Dosis captopril pasien


menerima captopril 75
mg/hr dalam dosis
terbagi tiga, maka dosis
tersebut masih dapat
diterima sebagai dosis
aman.
Bisoprolol 5 mg satu kali sehari
juga merupakan dosis aman.
Namun pasien harus diingatkan
untuk tidak menghentikan
penggunaan obat ini secara
mendadak, karena dapat
menyebabkan kambuhan
hipertensi. (Dipiro; 221).

Untuk dosis HCT satu kali sehari


diberikan pada malam hari, dosis
yang diberikan sekali sehari
merupakan dosis lazim akan
tetapi waktu pemberiannya
malam hari (sore hari) kurang
tepat, karena dapat menimbulkan
efek diuresis nokturnal, yang akan
sangat mengganggu waktu
istirahat pasien pada malam hari.
Pemberian ISDN yang bersifat
insidental, yaitu saat terjadi
gejala sesak nafas secara
sublingual cukup tepat.
Pemberian secara sublingual
dapat memberikan efek yang
lebih cepat daripada secara oral.
ISDN akan dengan cepat
mengakhiri serangan angina
akut yang ditandai gejala sesak
nafas dan nyeri dada

Peresepan vitamin B1, dapat


digunakan untuk
penanganan keluhan tremor
dan salah satu efek obat
(bisoprolol).

Pemberian antasida tampaknya


kurang signifikan. Pasien tidak
mengeluhkan gejala yang
menunjukan adanya kelebihan
asam lambung sehingga tidak
perlu mengkonsumsi antasida

Meloksikam diberikan untuk


mengobati rasa nyeri.
Meloksikam merupakan
salah satu anti inflamasi
nonsteroid yang relative
selektif pada COX-2.
Sehingga obat ini relative
aman terhadap lambung.
Namun harus diwaspadai
efeknya terhadap ginjal.
(Dipiro; 688, 916)

Interaksi yang mungkin terjadi

Saran

Daftar Pustaka

Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I :


Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI;
2001. p: 519-520.
Deedwania PC. 1997. The Progression from
Hypertension to Heart Failure. AJH. pp 10: 280S-288S.
Dorland, W.A. Newman. 1998. Kamus Saku Kedokteran
Dorland. Jakarta: EGC.

Dipiro, J.T., Talbert, RT., Yee, GC., Matzke, GR., Wells, BG.,
Posey, LM. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiology
Approach Seventh Edition. New York: Mc Graw-Hill.
E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan)
[monograph online]. Jakarta: EGC; 2001 [cited 2011 Nov
24]. p: 694. Available from:
http://books.google.com/books/

DAFTAR PUSTAKA
Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di
Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan
Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]. p:
10-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/
Muchid, Abdul, dkk. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien
Penyakit Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Sassen, J.J. and Maclaughlin, E.J., 2008, Hypertension, in:
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G.,
and Posey, L.M., Pharmacotherapy : A Pathophysiologic
Approach, 7th Edition, The McGraw Hill Companies, USA.
Tjay,T.H. and Rahardja, K., 2009, Obat-obat Penting: Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, PT Gramedia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai