Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus adalah sindrom dari metabolisme yang tidak benar akibat
kombinasi dari keturunan dan lingkungan yang dapat menyebabkan hiperglikemia
(glukosa plasma puasa >7.0 mmol/lit (126 mg dl-1) atau glukosa plasma >10
mmol/lit, 2 jam setelah makan) akibat defisiensi/ kekurangan insulin dan/ atau
resistensi insulin (WHO, 2006).
Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola
hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang (Smeltzer & Bare,
2002).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care,
2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,
DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2009).
Diabetes berhubungan dengan sejumlah komplikasi baik mikrovaskuler
dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler meliputi nefropati diabetik,
neuropati, dan retinopati. Komplikasi makrovaskular termasuk penyakit arteri
koroner, penyakit arteri perifer, dan stroke. Diabetes Kardiomiopati bertanggung
jawab atas 80% kematian di antara pasien diabetes yang telah banyak dikaitkan

dengan CAD (penyakit arteri koroner). Ini pertama kali dijelaskan pada tahun
1972 atas dasar pengamatan di empat pasien diabetes yang disajikan dengan HF
(gagal jantung) tanpa bukti hipertensi, CAD, katup atau penyakit jantung bawaan
(Rubler et al, 1972).
Kardiomiopati

diabetes

mengacu

pada

proses

penyakit

yang

mempengaruhi miokardium pada pasien diabetes menyebabkan berbagai kelainan


struktural yang pada akhirnya mengarah ke LVH (hipertrofi ventrikel kiri (LV))
dan disfungsi diastolik dan sistolik atau kombinasinya (Factor et al, 1981).
Pengobatan untuk kardiomiopati diabetes termasuk Glycemiccontrol, blocker, ACE Inhibitor, antagonis reseptor Angiotesin II, Ca 2+ channel blockers,
Statin dan Thiazolidinediones (Dike, 2011).
Asam sinamat dan turunannya telah dilaporkan untuk menunjukkan
berbagai aktivitas farmakologi seperti aksi sebagai hepatoprotektif (Lee et al,
2002), aksi sebagai antidiabetes (Liu et al, 2000), aksi sebagai antioksidan
(Natella, 1999), dan lain-lain. Asam sinamat juga dikenal memiliki aktivitas
kardioprotektif yang baik (Di Carli et al, 1999). Karya-karya sebelumnya telah
menunjukkan peptida untuk memiliki aktivitas antidiabetes yang signifikan seperti
Exenatide, yang merupakan mimesis incretin (Gosh et al, 2007). Studi
menunjukkan bahwa hexapeptide (Gly-Ala-Gly-Val-Gly-Tyr) telah meningkatkan
transpor glukosa dan juga menggunakan efek menguntungkan metabolik lipid
(Eun-do et al, 2011). Karenanya, serangkaian hibrida seri asam amino-asam
sinamat dirancang, didocking menggunakan Glide 5.0 dan lima senyawa docking
yang terbaik disintesis. Aktivitas antidiabetes dari lima senyawa dilakukan pada
tikus alloxanised dan model hewan baru non-invasif dikembangkan untuk
mempelajari kardiomiopati diabetes.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah asam sinamat dan turunannya memiliki aktivitas sebagai
antidiabetes?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asam sinamat
(turunannya)/ peptida dengan susunan asam amino yang bagaimana yang
memiliki aktivitas sebagai antidiabetes.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara ilmiah
tentang turunan asam sinamat (peptida) yang memiliki aktivitas sebagai
antidiabetes.
1.5 Metode Penelitiaan

Anda mungkin juga menyukai