Anda di halaman 1dari 13

1.

BANK MANDIRI
Pada awal pembangunannya,

di

lokasi

ini

berdiri

suatu

gedung

pemerintahan yang disebut Gouvernements. Namun pada tahun 1756


digunakan untuk gedung kesenian Societeit De Harmonie. Setalah tahun
1908 dengan berpindahnya gedung kesenian ini ke lokasi baru yaitu jalan
Pemuda (bekas Gedung Gris). Lokasi tersebut akhirnya dibongkar dan
didirikan bangunan baru yang digunakan untuk Nederlandsche Hendel
Maatschappu. Setelah masa kemerdekaan Indonesia, gedung ini ditempati
oleh Marga Bhakti yang kemudian dipindahtangankan ke Bank Exim dan
PT Pantja Niaga, sekarang bangunan ini digunakan Bank Mandiri
Gedung mandiri merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai
dengan garis sempadan 0. Memiliki fasad yang memiliki susunan bentuk
L yang tidak seimbang di antara kedua sisinya bila seolah-olah
dipisahkan oleh suatu garis atau axis di tengah-tengah bangunan, dan
bersikap sebagai bangunan sudut lewat penyelesaian sisi sudutnya yang
lebih menonjol, di mana pintu utama diletakkan di sudut tersebut. Dari
konsep bangunan ini merupakan bangunan sudut di mana pintu masuk
utama tersebut menjadi vocal point dari arah barat jalan Letjen Suprapto.
Bentuk bangunan ini didominasi garis-garis vertical dan lengkung. Bentuk
ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding. Tidak ada tekstur khusus dan
warna yang digunakan bersifat netral. Pada tampak utamanya, terdapat
bangunan entrance yang dibuat lebih menonjol.
Langgam bangunan ini mengarah pada bangunan colonial dengan ciri
bukaan yang besar, dinding menggunakan struktur dinding pemikul,
dengan ketebalan dinding 30cm.
2. Gedung Kosong sebelah Bank Mandiri
Merupakan bangunan 2 lantai, dengan penutup atap pelana dan sudut
kemiringan 30o. Bangunan ini memiliki tanda-tanda sebagai bangunan
sudut, melalui penggunaan menara dengan penutup atap kerucut di sudut
bangunan dengan pengaruh Art Deco.
Bentuk bangunan ini didominasi oleh garis vertical dan horizontal.
Menara di mana pintu masuk ditempatkan ini sekaligus menjadi unsur
vertical yang dominan.
Komposisi

padat

rongganya

membentuk

ritmik

dengan

pola

seimbang, baik lantai atas maupun bawah, yang menunjukkan adanya


pengulangan pada interval tertentu, membentuk pola simetri. Sedangkan
pola penempatan bukaan jendela dan lubang ventilasi lantai dua bersama

bukaan pintu lantai bawah yang simetris menciptakan kesan vertikal pada
tampilan fasadnya. Kesan horizontal dimunculkan oleh jajaran bukaan dan
dsar fasadnya dengan warna gelap.
Dinding menggunakan struktur dinding pemikul dengan batu bata
plester dan finishing warna cerah, tanpa tekstur khusus.
3. Koperasi Pundi Arthamas
Sebuah bangunan yang berada di sudut antara Jalan Letjen Suprapto dan
jalan Branjangan.
Merupakan bangunan 2 lantai, dengan penutup atap pelana dan sudut
kemiringan 30o. Bangunan ini memiliki tanda-tanda sebagai bangunan
sudut, melalui penggunaan menara dengan penutup atap kerucut di sudut
bangunan dengan pengaruh Art Deco.
Bentuk bangunan ini didominasi oleh garis vertical dan horizontal.
Menara di mana pintu masuk ditempatkan ini sekaligus menjadi unsur
vertical yang dominan.
Komposisi

padat

rongganya

membentuk

ritmik

dengan

pola

seimbang, baik lantai atas maupun bawah, yang menunjukkan adanya


pengulangan pada interval tertentu, membentuk pola simetri. Sedangkan
pola penempatan bukaan jendela dan lubang ventilasi lantai dua bersama
bukaan pintu lantai bawah yang simetris menciptakan kesan vertikal pada
tampilan fasadnya. Kesan horizontal dimunculkan oleh jajaran bukaan dan
dsar fasadnya dengan warna gelap.
Dinding menggunakan struktur dinding pemikul dengan batu bata
plester dan finishing warna cerah, tanpa tekstur khusus.
4. Kantor IAI
Bangunan ini terletak di Jalan Suprapto no 28 Semarang. Saat ini terawatt
baik dan dipakai sebagai kantor IAI.
Bangunan

2 lantai

ini

merupakan

bangunan

konservasi.

Langgam

bangunan ini mengarah pada bangunan Art Modern, konsep bangunan


kubikal.
Bentuk

bangunan

didominasi

oleh

garis-garis

vertical

dan

horizontal, hal ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding dan garis-garis


pemisah lubang jendela. Garis horizontal juga terlihat pada garis langit
bangunan dan sebagai pemisah lantai 1 dan 2 dan garis fasade bangunan.
Hal ini dipertegas pula dengan perbedaan warna. Warna terang pada
bagian bawah dan warna netral pada bagian atas. Bangunan ini tidak
memiliki tekstur/ornament khusus.

5. Gedung ITC
Bangunan ini terletak di Jalan Suprapto no 30. Dibangun pada tahun
1930an. Saat ini masih terawat baik dan dipakai oleh PT Perusahaan
Perdagangan Indonesia.
Bangunan 2 lantai ini merupakan bangunan colonial paling modern di
kawasan Kota Lama. Gaya yang dipakai adalah Art Modern. Saat ini masih
terawat dengan baik dan dipakai oleh PT Perusahaan Perdagangan
Indonesia.
Bentuk

bangunan

didominasi

oleh

garis-garis

vertical

dan

horizontal. Garis vertical terlihat pada struktur bangunan, bukaan-bukaan


dinding dan garis-garis pemisah lubang jendela. Tidak memiliki tekstur
khusus, dan menggunakan warna netral.
6. Gereja Blenduk
Merupakan bangunan yang paling menonjol tampilannya, terletak di Jalan
Letjen Suprapto no 32. Dinamai Gereja Blenduk karena memiliki 2 menara
dan 1 kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti Blenduk.Bangunan
ini berdiri tahun 1753, digunakan untuk gereja Nederlandsche Indische
Kerk. Gedung ini merupakan pusat dari kawasan kota lama. Gereja
Blenduk mengalami perbaikan tahun 1756, 1787, 1794, dan pada tahun
1894 dirombak seperti keadaan sekarang.
Merupakan

bangunan

preservasi

dan

digunakan

sebagai

tempat

peribadatan agama Katolik dengan konsep simetris yang bercirikan


dengan 2 menara kembar yang terletak di kiri dan kanan bangunan.
Langgam bangunan ini campuran antara bangunan Indische dan asritektur
pantheon Romawi yang bercirikan pilar-pilar tinggi sebagai struktur utama
bangunan.
Bentuk denahnya berorientasi memusat, dengan pola simetris pada
fasad depan dan belakang bangunan.
Ornamen : kaca patri asli sejak pertama kali di bangun, bidang
lengkung di setiap ambang atas pintu, serta detil garis langit bangunan.
Hal ini membuat kesan gelap terang yang cukup menonjol. Warna yang
digunakan bersifat netral.
Saat perbaikan, gereja Blenduk tidak mengalami perubahan bentuk
denah, hanya penggantian struktur pada kubah menjadi struktur baja,
termasuk tambahan 2 menara.
7. Kantor BTPN

Bangunan 4 lantai ini dikelilingi oleh jalan, di antaranya jalan perkutu dan
jalan letjen suprapto. Gaya yang dipakai adalah art modern, yakni gaya
indisc dengan penambahan sentuhan modern.
8. Taman Sri Gunting
Taman ini berbentuk plaza ini memiliki denah segi empat. Taman yang
dahulunya bernama Parade Plein ini berada di sebelah kiri Gereja Blenduk
9. Bekas Hotel Jansen
Lahan ini dulunya pernah berdiri hotel Jansen, salah satu Hotel terkenal
pada zaman dahulu. Kemudian lahan ini pernah digunakan sebagai tempat
pembuangan kendaraan-kendaraan rusak akibat kecelakaan. Dan kini
lahan tersebut ditutup dengan dinding setinggi kurang lebih 2 meter
10.Kantor BTPN
Bangunan 4 lantai ini dikelilingi oleh jalan, di antaranya jalan perkutu dan
jalan letjen suprapto. Gaya yang dipakai adalah art modern, yakni gaya
indisc dengan penambahan sentuhan modern.
11.Der Spiegel
Merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai dengan garis
sempadan 0. Memiliki fasad simetris, dan memiliki penyelesaian bangunan
sudut yang baik, yakni memanfaatkan posisi sudut sebagai vocal point.
Pola vertical Nampak lebih dominan daripada bentuk horisontalnya.
Fasad

Der Spiegel menyerupai Gedung Marba, namun lebih

sederhana dari pengolahan bidangnya. Struktur dinding menggunakan


dinding bata dengan finishing warna netral. Ragam hiasnya dibentuk dari
garis-garis nat yang dibedakan dengan penggunaan warna yang lebih tua.
12.Rumah Kolonial
Rumah colonial memiliki 2 lantai dengan gaya colonial bermaterial utama
kayu. Memiliki ciri colonial yang khas, yakni fasad simetris.
13.Hotel Raden Patah
Merupakan bangunan colonial yang modern, karena memiliki fasad yang
tidak simetris. Penggunaan konsol dan kosen jendela dan daun jendela
menggunakan material kayu. Tidak memiliki ornament khusus.
14.Kantor CV Aneka Diesel
Bangunan ini merupakan bangunan baru dengan ketinggian 2 lantai.
Bangunan ini tidak merespon bangunan-bangunan colonial di sekitarnya,

karena bangunan ini memang dirancang sesuai dengan fungsinya yakni


sebagai tempat penjualan onderdil mesin diesel.
Material dan fasadnya sudah menggunakan konsep modern dengan
menggabungkan dinding bata dengan unsur metal/logam.
15.Kantor Notaris
Bangunan ini berada di sebelah timur jembatan Mberok dan sebelah
selatan Bank Mandiri. Dulunya bangunan ini digunakan sebagai Kantor
Kamar Dagang Pemerintah Belanda pada tahun 1905. Sekarang bangunan
ini digunakan sebagai kantor notaris.
Bangunan ini menempati lahan sudut, dan bersikap pula sebagai
bangunan sudut. Memiliki 2 fasad yang menghadap jalan, yakni jalan
Letjen Suprapto dan jalan Mpu Tantular. Pola vertical terbentuk oleh
bidang penempatan pintu masuk utama yang seolah lebih menonjol,
pengolahan pada bagian sudut yang dibuat lebih tinggi. Pada bangunan ini
dirancang dengan menggunakan dinding ganda pada bagian bawah.
Terdapat cukup banyak jendela dan ventilasi sebagai bukaan.
Bangunan ini memiliki atap pelana dengan kemiringan 30 derajat
sebagai bentuk aplikasi
menjorok

ke

dalam,

bangunan tropis.
merupakan

Perletakan jendela yang

threatment

untuk

memberikan

perlindungan terhadap sengat matahari.


16.Gudang Kosong (eks-bekas kantor Fadjar Bhakti)
Gedung kosong satu lantai ini merupakan bekas bangunan kantor Fadjar
Bhakti. Kini bangunan tersebut kosong.
Kedua

bangunan

ini

memiliki

tipologi

yang

hampir

sama,

yakni

menggunakan atap limasan dengan bukaan-bukaan yang lebar dan hanya


memiliki 1 lantai. Ciri bukaan colonial dapat dilihat dari pintu masuk
utama yang memiliki tinggi 2 meter. Kedua bangunan ini memiliki finishing
dinding yang sama yakni plester kamprot yang dicat warna hitam
sehingga terlihat serasi dengan warna putih netral di atasnya.
17.PT Telkom
Merupakan bangunan 1 lantai dengan fasad simetris. Sebagai vocal point
adalah pada axis simetrisnya yang memiliki kubah persegi. Memiliki dua
buah pintu masuk utama dan bukaan-bukaan jendela yang besar.
Ornamentasi

berupa

permainan

garis-garis

horizontal

yang

dominan yang dibentuk dari garis-garis nat pada bukaan, ornamentasi


krepyak jendela, dan garis kanopi di atas pintu masuk.

Bukaan pada atap di ujung kiri dan kanan bangunan berfungsi


sebagai penerangan ke dalam untuk menangkap cahaya matahari. Posisi
jendela yang diceruk ke dalam juga merupakan threatment untuk
memfilter sinar matahari.
18.PT Jusa Rasa Abadi
Bangunan colonial dua lantai ini kini digunakan sebagai gudang. Struktur
utamanya berupa dinding pemikul dengan besi sebagai konsol atap.
Ornamentasi terdapat pada bidang daun pintu dan jendela berupa garisgaris kayu.

19.RM Ikan Bakar Cianjur


Bangunan asrama ini dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda pada
tahun 1790. Pada tahun 1805, bangunan ini digunakan sebagai tempat
tinggal pendeta untuk Gereja Blenduk. Kini bangunan tersebut diambil
oleh investor untuk digunakan sebagai Rumah Makan Ikan Bakar Cianjur.
Merupakan bangunan art deco dengan atap pelana kemiringan 45 derajat.
Fasade simetris dan mengalami perbaikan ulang sebelum digunakan
sebagai rumah makan. Bangunan ini merupakan bangunan dengan
konsep konservasi yang sebetulnya menarik dan digunakan di Negaranegara Eropa untuk konservasi bangunan tua mereka. Yakni dengan
memanfaatkannya sebagai fungsi modern, interior campuran modernklasik,

bahkan

modern,

tanpa

merusak

eksterior.

Jika

ditelateni,

sebetulnya konsep revitalisasi yang dilakukan IBC ini menarik untuk


diterapkan di kota Lama
20.PT Jiwasraya
Terletak di jalan Letjen Suprapto 23-25. Dibangun pada tahun 1925 oleh
arsitek Thomas Herman Karsten. Bangunan ini tanggap iklim tropis
dengan pemanfaatan teras dan balkon sebagai penangkap angin dan
pembentuk system pembayangan pada dinding bangunan sehingga dapat
menangkal sengat dan silau dari sinar matahari.
Konstruksi

bangunan

sudah

modern,

karena

sudah

tidak

menggunakan system dinding pemikul, melainkan menggunakan beton


bertulang sehingga dapat mengurangi ketebalan dinding. Begitu pula
struktur konsol atap yang menggunakan konsol beton bertulang.

Merupakan konfigurasi 2 lantai dan 3 lantai. Memiliki atap datar


dengan denah berbentuk L. Dinding dengan finshing warna netral ini
memiliki dominasi bukaan-bukaan dinding sederhana yang membentuk
ritme vertical.
21.Gedung Marba
Bangunan sudut ini terletak di jalan Letjen Suprapto no 33 yang waktu itu
bernama De Heeren Straat. Dibangun pada abad pertengan XIX, yang
diprakarsai oleh Marta Badjunet,seorang warga Negara Yaman yang
merupakan saudagar kaya pada waktu itu. Untuk mengenang jasanya,
maka bangunan tersebut diberi nama Gedung Marba. Bangunan ini
awalnya digunakan untuk kantor usaha pelayaran, Gedung Ekspedisi
Muatan Kapal Laut (EMKL), kemudian digunakan juga untuk toko modern
dan satu-satunya pada waktu itu, De Zeikel.
Bangunan ini masih menggunakan konstruksi dinding pemikul setebal 30
cm dengan denah berbentuk persegi panjang. Finishing dindingnya
menggunakan bata ekspose dengan perpaduan warna putih pada
ornamennya.
Bangunan ini merupakan bangunan sudut dengan memanfaatkan sudut
bangunan sebagai vocal point. Ritme vertical dibentuk dari dari bukaan
pada lantai bawah dan lantai atas yang dominan dan berpola.
22.Kantor Satlantas
Kantor satlantas terletak di sebelah selatan tanah bekas Hotel Jansen, dan
terdiri dari beberapa bangunan tunggal.
23.sToko Multi Jaya
Merupakan bangunan 2 lantai dengan dinding bata dan bukaan pintu yang
lebar dengan 2 daun pintu. Ornamentasinya didapat dari bidang daun
pintu dan jendela yang menggunakan krepyak.
24.Gudang Kosong sebelah kiri kantor satlantas
Gudang ini sudah rapuh, lapuk, dan atapnya mengalami pelendutan.
Tritisan atapnya sangat kecil, bahkan untuk iklim tropis, kemiringan
atapnya terlalu tinggi. Ornamentasi horisontal terbentuk dari daun pintu
dan jendela yang menggunakan krepyak. Pada bukaan terdapat kantilever
pelindung jendela dan pintu.

KARAKTERISTIK BANGUNAN
1. Bank Mandiri
Gedung mandiri merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai
dengan garis sempadan 0. Memiliki fasad yang memiliki susunan bentuk
L yang tidak seimbang di antara kedua sisinya bila seolah-olah
dipisahkan oleh suatu garis atau axis di tengah-tengah bangunan, dan
bersikap sebagai bangunan sudut lewat penyelesaian sisi sudutnya yang
lebih menonjol, di mana pintu utama diletakkan di sudut tersebut. Dari
konsep bangunan ini merupakan bangunan sudut di mana pintu masuk
utama tersebut menjadi vocal point dari arah barat jalan Letjen Suprapto.
Bentuk bangunan ini didominasi garis-garis vertical dan lengkung.
Bentuk ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding. Tidak ada tekstur khusus
dan warna yang digunakan bersifat netral. Pada tampak utamanya,
terdapat bangunan entrance yang dibuat lebih menonjol.
Langgam bangunan ini mengarah pada bangunan colonial dengan
ciri bukaan yang besar, dinding menggunakan struktur dinding pemikul,
dengan ketebalan dinding 30cm.
2. Gedung Kosong sebelah Bank Mandiri
Merupakan bangunan 2 lantai, dengan penutup atap pelana dan sudut
kemiringan 30o. Bangunan ini memiliki tanda-tanda sebagai bangunan
sudut, melalui penggunaan menara dengan penutup atap kerucut di sudut
bangunan dengan pengaruh Art Deco.
Bentuk bangunan ini didominasi oleh garis vertical dan horizontal.
Menara di mana pintu masuk ditempatkan ini sekaligus menjadi unsur
vertical yang dominan.
Komposisi

padat

rongganya

membentuk

ritmik

dengan

pola

seimbang, baik lantai atas maupun bawah, yang menunjukkan adanya


pengulangan pada interval tertentu, membentuk pola simetri. Sedangkan
pola penempatan bukaan jendela dan lubang ventilasi lantai dua bersama
bukaan pintu lantai bawah yang simetris menciptakan kesan vertikal pada
tampilan fasadnya. Kesan horizontal dimunculkan oleh jajaran bukaan dan
dsar fasadnya dengan warna gelap.
Dinding menggunakan struktur dinding pemikul dengan batu bata
plester dan finishing warna cerah, tanpa tekstur khusus.

3. Koperasi Pundi Arthamas


Bangunan ini merupakan bangunan konservasi dengan jumlah lantai : 1
dan garis sempadan 0. Sebuah bangunan satu lantai dengan atap limasan,
fasade utama bangunan menghadap jalan Branjangan dan fasad yang lain
menghadap

Jalan

Letjen

Suprapto.

Konsep

bangunan

merupakan

arsitektur art modern, di mana sudah tidak murni arsitektur indis, namun
terdapat sentuhan modern pada eksteriornya.
Bangunan menggunakan finishing warna netral-muda, dan tidak
memiliki ornament/tekstur khusus.
4. Kantor IAI
Bangunan

2 lantai

ini

merupakan

bangunan

konservasi.

Langgam

bangunan ini mengarah pada bangunan Art Modern, konsep bangunan


kubikal.
Bentuk

bangunan

didominasi

oleh

garis-garis

vertical

dan

horizontal, hal ini terlihat pada bukaan-bukaan dinding dan garis-garis


pemisah lubang jendela. Garis horizontal juga terlihat pada garis langit
bangunan dan sebagai pemisah lantai 1 dan 2 dan garis fasade bangunan.
Hal ini dipertegas pula dengan perbedaan warna. Warna terang pada
bagian bawah dan warna netral pada bagian atas. Bangunan ini tidak
memiliki tekstur/ornament khusus.
5. Kantor ITC
Bangunan 2 lantai ini merupakan bangunan colonial paling modern di
kawasan Kota Lama. Gaya yang dipakai adalah Art Modern. Saat ini masih
terawat dengan baik dan dipakai oleh PT Perusahaan Perdagangan
Indonesia.
Bentuk

bangunan

didominasi

oleh

garis-garis

vertical

dan

horizontal. Garis vertical terlihat pada struktur bangunan, bukaan-bukaan


dinding dan garis-garis pemisah lubang jendela. Tidak memiliki tekstur
khusus, dan menggunakan warna netral.
6. Gereja Blenduk
Merupakan

bangunan

preservasi

dan

digunakan

sebagai

tempat

peribadatan agama Katolik dengan konsep simetris yang bercirikan


dengan 2 menara kembar yang terletak di kiri dan kanan bangunan.

Langgam bangunan ini campuran antara bangunan Indische dan asritektur


pantheon Romawi yang bercirikan pilar-pilar tinggi sebagai struktur utama
bangunan.
Bentuk denahnya berorientasi memusat, dengan pola simetris pada
fasad depan dan belakang bangunan.
Ornamen : kaca patri asli sejak pertama kali di bangun, bidang
lengkung di setiap ambang atas pintu, serta detil garis langit bangunan.
Hal ini membuat kesan gelap terang yang cukup menonjol. Warna yang
digunakan bersifat netral.
Saat perbaikan, gereja Blenduk tidak mengalami perubahan bentuk
denah, hanya penggantian struktur pada kubah menjadi struktur baja,
termasuk tambahan 2 menara.
7. Kantor BTPN
Bangunan 4 lantai ini dikelilingi oleh jalan, di antaranya jalan perkutu dan
jalan letjen suprapto. Gaya yang dipakai adalah art modern, yakni gaya
indisc dengan penambahan sentuhan modern.
8. Der Spiegel
Merupakan bangunan konservasi, bangunan 2 lantai dengan garis
sempadan 0. Memiliki fasad simetris, dan memiliki penyelesaian bangunan
sudut yang baik, yakni memanfaatkan posisi sudut sebagai vocal point.
Pola vertical Nampak lebih dominan daripada bentuk horisontalnya.
Fasad

Der Spiegel menyerupai Gedung Marba, namun lebih

sederhana dari pengolahan bidangnya. Struktur dinding menggunakan


dinding bata dengan finishing warna netral. Ragam hiasnya dibentuk dari
garis-garis nat yang dibedakan dengan penggunaan warna yang lebih tua.
9. Rumah Kolonial
Rumah colonial memiliki 2 lantai dengan gaya colonial bermaterial utama
kayu. Memiliki ciri colonial yang khas, yakni fasad simetris.
10.Hotel Raden Patah
Merupakan bangunan colonial yang modern, karena memiliki fasad yang
tidak simetris. Penggunaan konsol dan kosen jendela dan daun jendela
menggunakan material kayu. Tidak memiliki ornament khusus.

11.Kantor CV Aneka Diesel


Bangunan ini merupakan bangunan baru dengan ketinggian 2 lantai.
Bangunan ini tidak merespon bangunan-bangunan colonial di sekitarnya,
karena bangunan ini memang dirancang sesuai dengan fungsinya yakni
sebagai tempat penjualan onderdil mesin diesel.
Material dan fasadnya sudah menggunakan konsep modern dengan
menggabungkan dinding bata dengan unsur metal/logam.
12.Kantor Notaris
Bangunan ini menempati lahan sudut, dan bersikap pula sebagai
bangunan sudut. Memiliki 2 fasad yang menghadap jalan, yakni jalan
Letjen Suprapto dan jalan Mpu Tantular. Pola vertical terbentuk oleh
bidang penempatan pintu masuk utama yang seolah lebih menonjol,
pengolahan pada bagian sudut yang dibuat lebih tinggi. Pada bangunan ini
dirancang dengan menggunakan dinding ganda pada bagian bawah.
Terdapat cukup banyak jendela dan ventilasi sebagai bukaan.
Bangunan ini memiliki atap pelana dengan kemiringan 30 derajat
sebagai bentuk aplikasi
menjorok

ke

dalam,

bangunan tropis.
merupakan

Perletakan jendela yang

threatment

untuk

memberikan

perlindungan terhadap sengat matahari.


13.Gedung Kosong eks kantor Fadjar Bhakti dan Gedung Bank NISP
Kedua

bangunan

ini

memiliki

tipologi

yang

hampir

sama,

yakni

menggunakan atap limasan dengan bukaan-bukaan yang lebar dan hanya


memiliki 1 lantai. Ciri bukaan colonial dapat dilihat dari pintu masuk
utama yang memiliki tinggi 2 meter. Kedua bangunan ini memiliki finishing
dinding yang sama yakni plester kamprot yang dicat warna hitam
sehingga terlihat serasi dengan warna putih netral di atasnya.
14.PT Telkom
Merupakan bangunan 1 lantai dengan fasad simetris. Sebagai vocal point
adalah pada axis simetrisnya yang memiliki kubah persegi. Memiliki dua
buah pintu masuk utama dan bukaan-bukaan jendela yang besar.
Ornamentasi

berupa

permainan

garis-garis

horizontal

yang

dominan yang dibentuk dari garis-garis nat pada bukaan, ornamentasi


krepyak jendela, dan garis kanopi di atas pintu masuk.

Bukaan pada atap di ujung kiri dan kanan bangunan berfungsi


sebagai penerangan ke dalam untuk menangkap cahaya matahari. Posisi
jendela yang diceruk ke dalam juga merupakan threatment untuk
memfilter sinar matahari.
15.PT Jusa Rasa Abadi
Bangunan colonial dua lantai ini kini digunakan sebagai gudang. Struktur
utamanya berupa dinding pemikul dengan besi sebagai konsol atap.
Ornamentasi terdapat pada bidang daun pintu dan jendela berupa garisgaris kayu.
16.RM Ikan Bakar Cianjur
Merupakan bangunan art deco dengan atap pelana kemiringan 45 derajat.
Fasade simetris dan mengalami perbaikan ulang sebelum digunakan
sebagai rumah makan. Bangunan ini merupakan bangunan dengan
konsep konservasi yang sebetulnya menarik dan digunakan di Negaranegara Eropa untuk konservasi bangunan tua mereka. Yakni dengan
memanfaatkannya sebagai fungsi modern, interior campuran modernklasik,

bahkan

modern,

tanpa

merusak

eksterior.

Jika

ditelateni,

sebetulnya konsep revitalisasi yang dilakukan IBC ini menarik untuk


diterapkan di kota Lama
17.Kantor Jiwasraya
Merupakan bangunan karya Thomas Karsten. Bangunan ini tanggap iklim
tropis dengan pemanfaatan teras dan balkon sebagai penangkap angin
dan pembentuk system pembayangan pada dinding bangunan sehingga
dapat menangkal sengat dan silau dari sinar matahari.
Konstruksi

bangunan

sudah

modern,

karena

sudah

tidak

menggunakan system dinding pemikul, melainkan menggunakan beton


bertulang sehingga dapat mengurangi ketebalan dinding. Begitu pula
struktur konsol atap yang menggunakan konsol beton bertulang.
Merupakan konfigurasi 2 lantai dan 3 lantai. Memiliki atap datar
dengan denah berbentuk L. Dinding dengan finshing warna netral ini
memiliki dominasi bukaan-bukaan dinding sederhana yang membentuk
ritme vertical.

18.Gedung Marba
Bangunan ini masih menggunakan konstruksi dinding pemikul setebal 30
cm dengan denah berbentuk persegi panjang. Finishing dindingnya
menggunakan bata ekspose dengan perpaduan warna putih pada
ornamennya.
Bangunan ini merupakan bangunan sudut dengan memanfaatkan sudut
bangunan sebagai vocal point. Ritme vertical dibentuk dari dari bukaan
pada lantai bawah dan lantai atas yang dominan dan berpola.
19.Toko Multi Jaya
Merupakan bangunan 2 lantai dengan dinding bata dan bukaan pintu yang
lebar dengan 2 daun pintu. Ornamentasinya didapat dari bidang daun
pintu dan jendela yang menggunakan krepyak.
20.Gudang Kosong sebelah kiri kantor satlantas
Gudang ini sudah rapuh, lapuk, dan atapnya mengalami pelendutan.
Tritisan atapnya sangat kecil, bahkan untuk iklim tropis, kemiringan
atapnya terlalu tinggi. Ornamentasi horisontal terbentuk dari daun pintu
dan jendela yang menggunakan krepyak. Pada bukaan terdapat kantilever
pelindung jendela dan pintu.

Anda mungkin juga menyukai