Parsial
Parsial
MANIFESTASI KLINIS
1. Masa prodromal atau penyakit 1 24 jam : Hipersensitive dan perasaan seperti
terbakar
2. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula
serta terjadi peninggian 1- 3 hari
3. Stadium Ulcerasi
stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya
merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 16 hari. Masa penyembuhan ini
untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 5 minggu.
Patofisiologi
Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi untuk
memulai evaluasi pra-perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang terukur
untuk meminimalkan insidens dan morbiditas yang berkaitan dengan toksisitas rongga
mulut. Faktor resiko paling utama pada perkembangan komplikasi oral selama dan
terhadap perawatan adalah pra-kehadiran penyakit mulut dan gigi, perhatian yang
kurang terhadap rongga mulut selama terapi dan faktor lainnya berpengaruh pada
ketahanan dari rongga mulut. Faktor resiko lainnya adalah : tipe dari kanker
(melibatkan lokasi dan histology), penggunaan antineoplastik, dosis dan administrasi
penjadwalan perawatan, kemudian area radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi
(kekerapan dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan
sebelum hadirnya penyakit seperti adanya kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan
restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat prostodontik,
berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bakteri
dan jamur dari kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi
palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur
buat organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada
infeksi lokal dan sistemik. Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat
pada gigi, membuat lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami atropi,
kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis).
Gambaran Klinis dari Stomatitis
a. Lesi bersifat ulcerasi
b. Bentuk oval / bulat
c. Sifat tersebar
d. Batasnya jelas
e. Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple (kelompok)
f. Tepi merah
g. Lesi dangkal
h. Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut
Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur
3.
Penatalaksanaan Medis
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama
d. makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
e. Hindari stres
f. Pemberian Atibiotik
Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus
diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam
(jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit
topikal. Pe-ngobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal.
Pengobaatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus.
Digunakan satu dari dua terapi yang dianjurkan yaitu:
1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan
kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12
dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia
makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosio ekonomi bawah.
2. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.
Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama
perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan
sampai 4 tahun.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Identitas ( Data Biografi)
Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih
b.
c.
d.
e.
f.
g.
cenderung pada wanita, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau
mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.
Riwayat sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama rasa nyeri di mulut
2. Riwayat kesehatan sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena intoleransi dengan pasta gigi,
penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas
dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang vitamin C, vitamin
B12 dan mineral.
Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun
sehingga lebih mudah terkena stomatitis.
Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR
(Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR
lebih rentan untuk mengalami SAR juga.
Pengkajian Psikososial :sterss, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi
dan
penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex. Pengkajian
lingkungan rumah dan komunitas : lingkungan yang panas, dan sanitasi yang
buruk.
Riwayat nutrisi : kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin
C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya
hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja
Pemeriksaan fisik
B1 (Breath) : Bau nafas, RR normal
B2 (Blood) : Hemorrhage (perdarahan) akibat kerusakan membrane mukosa
oral,
resiko kekurangan volume darah.
B3 (Brain) : Nyeri
B4 (Bladder) : Secara umum tidak mempengaruhi kecuali jika ada kondisi
dehidrasi
akibat intake cairan yang kurang
B5 (Bowel) : - Mukosa oral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah, rasa
kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar (khususnya melibatkan lidah)
- Hipersalivasi
- Perubahan kulit mukosa oral, tampak bengkak dan kemerahan (hiperemi)
B6 (Bone) : Kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang
kurang
Analisa Data
1. Ds : Pasien mengeluh nyeri saat mengunyah makanan.
Do : - Antropometri: penurunan berat badan
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu terjadinya stomatitis
(oral hygene yang buruk, kurang vitamin C, kondisi stres, makanan/minuman
yang terlalu panas dan pedas)
- Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur
Health education :
- Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan
reaksi alergi pada rongga mulut.
- Ajarkan oral hygene yang baik
Observasi :
- Catat adanya kerusakan membran mukosa ( bengkak, hiperemi/kemerahan)
- Personal hygene yang buruk, asupan nutrisi yang kurang vitamin C, kondisi
psikologis (stres) merupakan pemicu terjadinya stomatitis
- Stomatitis bisa mengakibatkan
komplikasi yang lebih parah jika
tidak segera ditangani
- Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dan obat kumur bisa
menghilangkan kuman-kuman di mulut sehingga bisa mencegah terjadinya
infeksi lebih lanjut.
- Reaksi alergi bisa menimbulkan infeksi
- Oral hygene yang baik bisa
meminimalisir terjadinya stomatitis
- Membran mukosa yang bengkak dan
hiperemi adalah indikasi adanya
peradangan.
2. Diagnosa Keperawatan : resiko tinggi Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat rasa nyeri di mukosa
mulut.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan
status nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Status nutrisi terpenuhi
- nafsu makan klien timbul kembali
- berat badan normal
- jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Beri nutrisi dalam keadaan lunak ; porsi sedikit tapi sering.
- Pantau berat badan tiap hari
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemasangan NGT jika klien tidak dapat makan dan minum peroral
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet
Health education :
- Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan
metabolisme tubuh
Observasi :
- Makanan yang lunak meminimalkan kerja mulut dalam mengunyah makanan.
- Nutrisi meningkat akan meningkat berat badan
- Tubuh yang sehat tidak mudah untuk terkena infeksi (peradangan)
- Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses penyembuha
- Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun
3. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa
oral
Tujuan : Membran mukosa oral kembali normal
Kriteria Hasil :
- Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulut
- Tidak bengkak dan hiperemi
- Suhu badan normal
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Memberikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang
mengandung zat kimia
- Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
- Menghindari pasta gigi yang merangsang
- Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit
makanan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid
Health education :
- Beri penjelasan tentang faktor penyebab,Menganjurkan klien untuk
memperbanyak