PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat
tetap (konstan)nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis
dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis
gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang
dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat
diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya
dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya.
Elektrogravimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif berdasarkan
pengendapan atau pendepositan logam tersebut pada elektroda dengan
bantuan arus listrik, dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu logam
tertentu dalam larutannya.
Pada elektrogravimetri atau elektroanalisis elemen diendapkan pada
elektroda yang stabil dan arus yang dipakai adalah arus searah. Pada
prinsipnya
elektrogravimetri
sama
dengan
elektrolisis,
hanya
pada
bantuan arus listrik, dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu logam
tertentu dalam larutannya.
Dalam analisis ini, unsur tembaga diendapkan secara kuantitatif pada
katoda yang iner berupa sangkar platina. Pertambahan massa endapan
dijadikan dasar pada penentuan kadar Cu2+ yang mengalami proses reduksi
menjadi logam Cu pada permukaan katodanya. Proses ini harus mencapai
kesempurnaan dilakukan dalam suasana asam kuatserta dengan bantuan
pengadukan
2.1 Dasar-Dasar Gravimetri
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat
tetap (konstan)nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis
dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis
gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang
dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat
diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya
dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya.
Pemisahan unsur murni yang terdapat dalam senyawa dapat terjadi
melalui beberapa cara. Diantaranya yang terpenting:
a.
b.
c.
d.
Cara pengendapan
Cara penguapan atau pengeringan (evolution)
Cara analisis pengendapan dengan memakai listrik
Macam-macam cara fisik lainnya.[1]
2.2 Elektrolisis
Peristiwa elektrolisis terjadi ketika arus listrik dialirkan melalui senyawa
ionik dan senyawa tersebut mengalami reaksi kimia. Larutan elektrolit dapat
menghantar listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ionion itulah yang menghantarkan arus listrik melalui larutan. Hantaran listrik
melalui larutan elektrolit terjadi sebagai berikut, sumber arus searah memberi
muatan yang berbeda pada kedua elektroda. Katoda (elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif) bermuatan negatif, sedangkan anoda
(elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif) bermuatan positif. Spesi
(ion, molekul atau atom) tertentu dalam larutan akan mengambil elektron dari
Selanjutnya
elektron akan dialirkan ke katoda melalui sumber arus searah. Elektrolit kuat
mempunyai daya hantar yang relatif baik meskipun konsentrasinya relatif kecil,
sedangkan elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif buruk meskipun
konsentrasinya relatif besar. Pada proses elektolisis selain jenis larutan, jenis
elektroda juga mempengaruhi hasil elektrolisis. Disini elektroda dipilih
berdasarkan kemampuannya untuk menghantarkan listrik (bersifat konduktor).
Maka elektroda yang dipilih adalah bersifat logam. Jenis elektroda kita pilih
berdasarkan deret volta dan segi ekonomis.
2.3 Deret Volta/Nerst
Deret volta merupakan urutan logam-logam (ditambah hidrogen)
berdasarkan kenaikan potensial elektroda standarnya. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al,
Mn, Zn, Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au. Semakin ke kiri letak suatu
logam dalam deret volta, maka logam tersebut semakin mudah teroksidasi.
sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam dalam deret volta, maka logam
tersebut semakin mudah tereduksi. [2]
Proses elektrolisis ini menggunakan teori Deret Volta, yang mengatakan
bahwa unsur-unsur logam Li, Mg, Al dan seterusnya (bertindak sebagai anoda)
yang berada di sebelah kiri hidrogen akan mudah ditangkap oleh unsur-unsur
logam sebelah kanan seperti Cu, Hg, Ag, Pt, dan Au (bertindak sebagai katoda)
dalam suatu media elektrolit, dan dikatakan pula bahwa semakin ke kanan,
unsur hidrogen semakin kuat menangkap unsur logam di sebelah kiri unsur
hidrogen. Oleh karena itu struktur pembangun PEB yang berupa aluminium
akan bertindak baik sebagai kelongsong maupun matrik dan akan mudah
ditangkap/dijerat dengan baik oleh logam yang berada di kanannya. Adapun
logam penjerat yang digunakan sebagai elektroda adalah karbon (C), tembaga
(Cu), platina (Pt), stainless steel (SS), atau emas (Au). Dalam elektrolisis harus
diperhatikan konsentrasi elektrolit, waktu, tegangan, kuat arus dan lain-lain. [3]
Pada elektrogravimetri atau elektroanalisis elemen diendapkan pada
elektroda yang stabil dan arus yang dipakai adalah arus searah. Pada
prinsipnya
elektrogravimetri
sama
dengan
elektrolisis,
hanya
pada
logam mengendap pada katoda dengan baik dan anodanya tidak larut. Seperti
juga pada elektrolisis pengendapan pada elektroda dikontrol oleh dua hukum,
yakni hukum Faraday dan hukum Ohm.
Hukum Faraday :
a. Jumlah zat yang terjadi pada elektroda berbanding lurus dengan jumlah
coulomb yang mengalir.
b. Dalam elektrolisis jumlah listrik yang sama akan menghasilkan berbagai
macam zat dengan jumlah yang sebanding dengan berat ekivalen zat-zat
tersebut.
Menurut hukum yang pertama, bila w ialah jumlah zat yang dihasilkan pada
elektroda dan q adalah jumlah coulomb yang mengalir dalam larutan maka :
w~q
atau karena coulomb = ampere x detik, maka :
w~i.t
dimana i dan t masing-masing menunjukkan kuat arus (dalam ampere) dan
waktu (dalam detik).
Dari hukum yang kedua, misalnya pada elektrolisis NaCl cair, dan jumlah
natrium (dalam gram) dan jumlah khlor (dalam gram) yang dihasilkan masingmasing pada katoda dan pada anoda berbanding sebagai berat kovalen kedua
zat tersebut yaitu sebagai 23 : 35,5
Dari kedua hukum Faraday diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
w~e.i.t
dimana e = berat ekivalen, maka hubungan ini dapat ditulis :
w=
e.i.t
(1)
F
F=
107,88
= 96493 coulomb
0,001118
e.i.t
96500
E
atau E=I.R
R
elektrogravimetri,
pemisahan
logam
sebaiknya
mempunyai
perbedaan potensial 0,25 volt. Kalau perbedaan ini terlalu kecil, maka sulit
logam bertambah dari atas ke bawah, dan sifat logam berkurang dalam satu
periode dari kiri ke kanan.
Atom-atom logam mempunyai electron valensi yang kecil, sehingga
electron valensi dapat bergerak bebas dan sangat mudah dilepaskan akibatnya
elektron-elektron valensi tersebut bukan hanya milik salah satu ion logam tetapi
merupakan milik bersama ion-ion logam yang terjejal dalam kisi Kristal logam.
Dapat dikatakan bahwa electron valensi dalam logam terdelokalisasi, membaur
membentuk awan electron yang menyelimuti ion-ion positif logam yang telah
melepaskan sebagian elektron valensinya. Akibatnya terjadi interaksi antara
kedua muatan (elektron bermuatan negatif dengan ion logam yang bermuatan
positif) yang berlawanan dan membentuk ikatan logam. Gaya tarik menarik ini
cukup kuat sehingga pada umumnya unsur logam mempunyai titik didih dan
titik leleh yang tinggi.
Kekuatan ikatan logam dipengaruhi oleh :
a.
semakin lemah.
b. Jumlah elektron valensi, semakin banyak elektron valensinya ikatan logam
semakin kuat.
c.
Jenis unsur (golongan utama atau transisi) ikatan logam unsur transisi lebih
kuat dari pada ikatan logam-logam golongan utama. [2]
NO3- + 10 H+ + 8e-
NH4+ + 3H2O
Ion nitrat direduksi menjadi ion NH 4+ dan juga menurunkan aksi penguapan
hidrogen. Aksi ion nitrat ini disebut dengan depolarisasi katoda.
Menaikkan
temperatur
larutan,
misalnya
antara
70-80 oC
akan
1. Endapan harus sedemikian tidak larut hingga tidak ada kehilangan yang
berarti pada penyaringan. Dalam kenyataannya ini diijinkan asalkan
banyaknya yang masih tinggal (tidak terndapkan) tidak melampaui batas
minimum yang dapat ditunjukkan oleh neraca 0,1 mg.
2. Keadaan fisis endapan harus sedemikian hingga dapat segera dipisahkan
dari larutannya dengan penyaringan serta dicuci hingga bebas dari
pengotoran. Zarah-zarah endapan harus dapat ditahan alat penyaring serta
besarnya zarah tidak berubah selama pencucian.
3. Endapan harus dapat diubah menjadi senyawa murni dengan susuanan
kimia
yang
pasti;
ini
dapat
dicapai
dengan
pemijaran
atau
oleh
persamaan :
ED = Ekatoda + Eo.k. (Eanoda + Eo.a) + I.R
Dimana :
ED = voltase dekomposisi
Eo.k = over voltase pada katoda
Eo.a = over voltase pada anoda
Dalam analisis, voltase luar harus lebih besar dari E D. Tetapi kadang
dalam elektrolisis tidak banyak yang diperhatikan, hanya kadang voltase naik
agar arus konstan. Proses seperti ini disebut dengan elektrolisis arus konstan.
Ini hanya bisa dipakai untuk pemisahan logam-logam dibawah hidrogen pada
deret volta dari logam-logam diatas hidrogen.
Logam yang mengendap pertama adalah logam dibawah hidrogen,
kemudian baru keluar gas H2 pada katoda. Dan selama larutan masih asam
logam diatas hidrogen tidak mengendap pada katoda. Misalnya pada
pemisahan campuran ion tembaga dan ion seng dan nikel dalam larutan H 2SO4.
Maka Cu yang diendapkan pertama kali.
Bila logam kedua terletak hanya sedikit diatas yang pertama dalam deret
volta, maka pemisahan sulit (tidak mungkin) dengan variasi potendekomposisi.
Elektrolisis akan dapat dilakukan dengan jalan pengompleksan atau dengan
jalan lain.
Cara pemisahan yang lebih efktif adalah dengan cara elektrolisis
potensial katoda yang terkontrol. Disini dipakai elektroda kalomel jenuh
(elektron standar), yang disisipkan dalam larutan sehingga voltase katoda
dengan setengah sel ini dapat ditentukan. Hubungan seperti ini bertujuan agar
dapat mengisolasi
elektroda
selama elektrolisis
0,059
log C
2
= EoM +
2+
0,059
0,059
log C +
log10-1
2
2
Dapat disimpulkan bahwa bila konsentrasi ion logam turun sepuluh kali lipat,
0,059
n
Jika konsentrasi ion logam turun seribu kali lipat maka potensial katoda
aka berkurang 3 x
0,059
n
0,088 volt untuk ion bervalensi dua. Maka dengan jalan mengontrol potensial
katoda dapat dilakukan pemisahan satu logam dari yang lainnya.
2.9 Over Voltase
Potensial polarisasi adalah emf yang dipunyai oleh elelektrolisis.
Epolarisasi = Ekatoda + Eanoda
dan
keadaan
fisika
logam
dari
elektroda.
Disini
yang
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Tempat
Waktu
Alat
Everbach elektrogravimeter
Gelas piala 100 dan 250 mL
Gelas ukur 10 Ml
Labu semprot
Fungsi
Untuk alat elektrogravimetri
Untuk wadah sampel
Untuk mengukur volume larutan
Untuk wadah akuades
5
6
Pipet gondok 10 Ml
Labu ukur 50 mL
3.2.2 Bahan
No
1
Bahan
CuSO4 1%
HNO3 6 N
3
4
H2SO4 10 N
Akuades
Fungsi
Sebagai larutan bahan Cu2+
Sebagai pembebas katoda dari logam
pengganggu
Sebagai pengasam larutan
Sebagai pelarut
8. Proses ini dilakukan kedua bahagian alat yaitu bahagian kanan untuk
sampel dan abahagian kiri untuk standar.
9. Setelah 50 menit katoda dicelupkan lebih dalam (sekitar 0,5 cm) dengan
menaikkan posisi galas piala, dan proses dilanjutkan selama 15 menit lagi
untuk melihat apakah masih terbentuk lapisan endapan atau tidak.
10. Setelah reaksi sempurna, gelas piala diturunkan sehingga elektoda tidak
lagi tercelup dan alat dimatikan.
11. Elektroda dibilas akuades, dikeringkan didalam oven dan ditimbang
beratnya.
12. Berat Cu yang terendapkan dapat ditentukan dari selisih berat elektroda
sesudah dan sebelum proses elektrolisis.
13. Elektroda yang telah selesai digunakan direndam sengan asam nitrat dan
dicuci dengan akuades.
3.4 Skema Alat
- Platina
dicelupkan dalam larutan HNO3
Katoda
- dibilas dengan aquadest
- dikeringkan dalam oven
- ditimbang beratnya
- dipipet
10 mL
CuSO
4
- dimasukkan dalam gelas piala
- ditambah HNO3 4 N dan H2SO4 6 N masing-masing 5 mL
- ditambah aquadest tepat 200 mL
Larutan tugas
- diencerkan sampai tanda batas
- dipipet 10 mL pada gelas piala 250 mL
- ditambah 5 mL HNO3 4 N dan 5 mL H2SO4 10 N
- ditambah aquadest menjadi 200 mL
Elektroda
- dipasang pada tempatnya (elektroda kecil sebagai katoda dan
-
Elektrogravimeter
-
menit)
dinaikkan posisi katoda atau dinaikkan ketinggian larutan 0,5
cm
dielektrolisis selama 15 menit
dibilas dan dikeringkan elektroda dan ditimbang
Berat Cu
-
Elektroda
Hasil
1
2
3
4
5
6
Keterangan :
1. Amperemeter
2. Power on
3. Pengatur tegangan
4. Anoda
5. Katoda
6. Larutan standar
7. Larutan tugas
8. Mekanik stirrer
9. Mekanik stirrer on
BAB VI
ANALISA JURNAL
6.1 Judul Jurnal
Efek ukuran anion pada perilaku elektrokemikal dari selaput H 2SO4-struktur
poli(o-toluidin). Studi ac-elektrogravimetri dalam larutan asam
6.2 Skema Kerja
0,5 M HNO3
0,05 V
microbalance akan terpasang dengan 4 analizer respon
frekuensi dan potensiostat.
telah
memungkinkan
informasi
kinetik
untuk
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
Widodo, Ghaib dan Prayitno. Juni 2006. Pemungutan Serbuk U3Si dari
Gagalan Produksipeb Dispersi Berisi U3Si22-Al Secara Elektrolisis
Menggunakan Elektroda Tembaga. Vol. 2 No. 2
[4]
[5]
[6]