Anda di halaman 1dari 16

Etika dan Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum

Ilmiah : Praktik Berforum Ilmiah

Disusun oleh :
Satria Wijayanto
Monalisa Kuswardana
Yuli Dwi Ayu K
Guritna Seputra
Alifatul Firdausyah

(125130100111005)
(125130100111006 )
(125130101111002)
(125130102111001)
(125130107111004)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Etika
dan Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai teknik praktik
berforum ilmiah dan pembahasan lainnya yg dibahas dalam makalah ini.Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 29 September 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan dalam bidang akademik.
Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan mengenai informasi ilmiah. Biasanya dilakukan
dengan presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi yang dilakukan dalam forum ilmiah ini
berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah dan diskusi yang terjadi di dalamnya
merupakanhal yang penting dalam forum ilmiah yaitu sebagai salah satu cara mencari solusi, dan
pengembangan materi ilmiah yang dikaji.
Karena mahasiswa merupakan intelektual yang berkewajiban mengumpulkan ilmu yang
dimilikinya, kemahiran untuk melakukan forum ilmiah ini merupakan suatu kebutuhan. Dalam
suatu forum ilmiah selalu terdapat proses penyampaian informasi dan diskusi mengenai masalah
dan solusi yang belum terpecahkan. Selama proses penyampaian informasi dan diskusi banyak
sekali pendapat yang berbeda. agar forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif dan lancar, maka
diperlukan suatu pengetahuan mengenai etika dan estetika berforum ilmiah, khususnya dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan suatu media komunikasi utama.
Etika merupakan suatu aturan, yaitu aturan penggunaan bahasa Indonesia dalam forumi lmiah
ini. Seperti halnya sebuah kehidupan, aturan ini diperlukan untuk membatasi kesalahan khusunya
dalam pemilihan kata dan kalimat yangdigunakan dalam berforum ilmiah. Mengetahui estetika
berbahasa Indonesia dalam forum lmiah ini juga sangat diperlukan, guna menyempurnakan
diskusi dalam suatu forum ilmiah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari forum ilmiah ?
2. Apa sjakah jenis jenis forum ilmiah ?
3. Apa pengertian etika ?
4. Apa definisi estetika ?
5. Bagaimana estetika dan etika berbahas dalam foerum ilmiah ?
6. Bagaimana estetika dan etika presentasi dalam foerum ilmiah ?
7. Apa peran dalam forum ilmiah
8. Apa etika dan peran dalam berbahasa Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui definisi forum ilmiah
2. Mengetahui jenis jenis forum ilmiah

3. Memahami pengertian etika


4. Memahami definisi dari estetika
5. Mengetahui cara untuk menjaga etika dan etestika berbahasa dalam forum ilmiah
6. Mengetahui etika dan estetika presentasi dlam forum ilmiah
7. Mengetahui peran forum ilmiah
8. Mengetahui etika dan perandalam berbahasa Indonesia
1.4 Manfaat
1. Bidang akademik makalah ini memberikan pengetahuan mengenai cara penyajian
presentasi dalam bentuk forum ilmiah secara beretika dan berestetika dengan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Bidang praktis& makalah ini dapat diaplikasikan sebagai pedoman nyata dalam melakukan
presentasi forum ilmiah yang beretika dan berestetika dengan penggunaan bahasa
indonesia yang baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat
kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Etika dimulai bila
manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat - pendapat spontan kita. Kebutuhan
akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia (Mussarafah,2012 ).
Kata Etika mempunyai dua arti. Pertama, etika sebagai suatu cabang filosofi: kedua, sebagai
objek ataumateri dalam kajian filosofi tersebut. Filosofi moral meliputi dua masalah utama:
1.
Meta;etika yang menganalisis arti dan sifat elemen moral normatif dalam tindakan,
2.

pikiran, serta bahasa manusia..


Etika normatif yang menyangkut penilaian elemen tersebut dengan memberikan
dan menilai kriteria untuk membenarkan peraturan dan penilaian judgment tentang
hal moral disebut benar dan salah atau baik dan buruk. Etika normatif mempunyai
implikasi langsung dengan tindakan, sifat, institusi, dan cara hidup manusia yang
seharusnya (Sulistiyo, 2000)

2.2Pengertian Estetika
Kata estetika berasal dari kata aesthesis yang artinya perasaan atau sensitifitas, karena
memang pada awalnya pengertian itu berhubungan dengan lidah dan perasaan. Dalam pengertian
teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara
umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu secara umum, maka
obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan sebagainya yang sejalur dengan kata

tersebut,maka dapat dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan. Estetika secara
sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana
seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa.

Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni .

(Mussarafah,2012)

2.3 Pengertian Forum Ilmiah


Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan yang lazim dilakukan oleh mahasiswa dalam dunia
ilmiahnya. Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan mengenai informasi ilmiah. Biasanya
dilakukan dengan presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi ilmiah ini berfungsi untuk
menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan intelektual yang berkewajiban
mengumpulkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan forum ilmiah ini merupakan
suatu kebutuhan. Agar forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan
suatu pengetahuan mengenai etika dan estetika berforum ilmiah, khususnya dalam penggunaan
bahasa Indonesia yang merupakan suatu media komunikasi utama(Rosyidi,2010).
Forum ilmiah juga merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa
ataupun

pelaku

pelaku-pelaku

ilmiah

lainnya,

yang

berfungsi

sebagai

sarana

penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural. Dalam forum ilmiah,
presentasi ilmiah merupakan suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Kegiatan itu berfungsi untuk
menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan Intelektual yang berkewajiban
menyebarkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan presentasi ilmiah merupakan
suatu kebutuhan. Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu
diterapkan, yaitu dapat menarik perhatian dan minat pelaku ilmiah kemudian dapat menjaga agar
presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas, 3.Menjaga etika ketika tampil di depan forum
ilmiah(Ahmadi, 2001).

2.4 Jenis Jenis Forum Ilmiah


Terdapat beberapa jenis forum ilmiah antara lain yaitu :
1.

Simposium

Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan audium dengan seorang pemimpin.
Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek
pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi
atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari
berbagai sudut pandangan.
Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara dan penyanggah, dibawah pimpinan seorang
moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat setelah
pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator hanya mengkoordinasikan
jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum
dari peserta. Hasil simposium dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan
penyanggah, sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja. Simposium
dapat digunakan :
o

Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu.

Jika kelompok peserta besar.

Kalau kelompok membutuhkan keterampilan yang ringkas.

Jika ada pembicara yang memenuhi syarat (ahli dalam bidang yang disoroti).

2.

Seminar

Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, biasanya topik yang dibahas
adalah masalah sehari-hari. Tujuannya adalah mencari suatu pemecahan dan diakhiri dengan
kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama yang biasanya
diikuti dengan resolusi atau rekomendasi. Pembahasannya berawal dari makalah atau kertas kerja
yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok
bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan,
akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi beberapa subpokok bahasan bila masalahnya
sangat luas. Pada awal seminar, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang
berwenang (yang ditunjuk panitia) sehingga tujuan seminar terarah. Kemudian hadirin (massa)
dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas permasalahan lebih lanjut.

Tiap kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok bahasan untuk dibahas dalam
kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi, di bawah pimpinan seorang ketua komisi
(kelompok). Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu perumusan yang merupakan suatu
kesimpulan yang dirumuskan oleh suatu tim perumus yang ditunjuk. Pembahasan dalam seminar
memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak
dapat mengendalikan diri, waktu akan banyak terbuang untuk pembahasan yang kurang penting.
Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga
penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap
kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan
selanjutnya sudah terarah.
3.

Lokakarya atau workshop

Lokakarya atau dalam bahasa Inggris workshop adalah suatu acara pertemuan antara para ahli
(pakar) untuk membahas masalah praktis di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan
masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil.
4.

Rapat

Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok resmi yang bersifat tatap muka,
rapat sering diselenggarakan oleh banyak organisasi swasta maupun pemerintah. Rapat
merupakan alat untuk mendapatkan mufakat, melalui musyawarah kelompok. Rapat merupakan
media yang dapat dipakai unttuk pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat.
Rapat merupakan pertemuan antara para anggota di lingkungan kantor/ perusahaan/ organisasi
sendiri untuk membicarakan, merundingkan suatu masalah yang menyangkut kepentingan
bersama. Rapat merupakan alat/media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka dan
sangat penting dan diselenggarakan oleh banyak organisasi swasta maupun pemerintah untuk
mendapatkan mufakat melalui musyawarah untuk pengambilan keputusan.
5.

Diskusi

Kata diskusi berasal dari bahas Latin discutio atau discusum yang berarti bertukar pikiran. Dalam
bahasa Inggris digunakan kata discussion yang berarti perundingan atau pembicaraan. Dari segi
istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah: untuk memahami,
menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Diskusi ini dapat dilakukan
oleh dua-tiga orang, puluhan, dan bahkan ratusan orang. Diskusi adalah sebuah proses tukar
menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk

mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu
muncul perdebatan. Debat ialah adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk
memenangkan pemikiran/paham seseorang.
6.

Konferensi

Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu
masalah yang dihadapi bersama. Konferensi bisnis, pertemuan untuk membahas masalah bisnis.
Konferensi pers, suatu pengumuman untuk pers (cetak, radio, televisi) dengan diikuti oleh sesi
tanya jawab tentang hal yang diumumkan.
7.

Kongres

Kongres merupakan pertemuan besar para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) untuk
mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai berbagai masalah. Kongres lebih kepada
tujuan politik. Kongres biasanya digunakan untuk mengawasi dan mencocokkan kegiatan
pemerintahan.
8.

Musyawarah kerja

Musyawarah kerja atau rapat kerja (raker) merupakan suatu pertemuan yang hanya dihadiri oleh
sekelompok massa tertentu yang bergerak dalam bidang kerja sejenis. Dengan massa yang lebih
terbatas, raker dilaksanakan untuk saling bertukar pengalaman atau pengetahuan dalam bidang
kerja masing-masing, untuk mengevaluasi program-program kerja yang telah dilaksanakan atau
untuk mengadakan pembaharuan dalam bidang kerja tersebut. Permasalahan yang akan dibahas,
dipersiapkan jauh sebelumnya dengan menginventarisasi masalah dari lapangan kemudian
diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek tertentu yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
Bila perlu pada permulaan raker didahului dengan ceramah sebagai pengarahan dari seorang nara
sumber, di samping ada beberapa nara sumber lain yang sewaktu-waktu dapat memberikan
bantuan bila mengalami kesulitan. Peserta dibagi atas beberapa kelompok, yang masing-masing
dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Hasil akhir sidang kelompok disampaikan pada sidang
pleno (lengkap) untuk mendapatkan tinjauan umum secara menyeluruh, untuk pada akhimya
diambil satu keputusan. Biasanya raker dilaksanakan selama beberapa hari (lima hari sampai
seminggu), oleh karena itu di tengah-tengah raker dapat disisipi acara karyawisata, pameran,
demonstrasi, diskusi panel, dan sebagainya(Alwi,2006)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Etika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Etika dalam berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Dalam suatu forum ilmiah,
sangat dibutuhkan sebuah komunikasi untuk menunjang kelangsungan di dalam forum ilmiah
tersebut. Beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari hari pada
umumnya, yang juga dapat diterapkan dalam forum ilmiah yaitu:
1.
2.
3.
4.

Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan.


Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.
Menatap mata lawan bicara dengan lembut.
Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum menggunakan

gerakan tubuh (gesture) yang sopan dan wajar.


5. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
6. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai dengan situasi.
7. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.
8. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.
9. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai
dengan karakteristik lawan bicara.
10. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
11. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku
seperti berjabat tangan, merunduk, hormat atau semacamnya(Rachman, M. 2008)
Etika berkaitan dengan keyakinan dan prinsip mengenai mana yang benar dan mana yang
salah, serta mana yang patut dan mana yang tidak patut. Satu nilai yang harus dipegang dalam
menjaga etika ketika berforum ilmiah adalah menjaga sikap agar tidak merugikan orang lain.
Kerugian mencakup hak dan kesempatan, kehilangan muka, dan tersinggung perasaannya. Hak
dalam forum ilmiah meliputi hak bicara, hak membela dan mempertahankan pendapatnya, serta
hak untuk mendapatkan pengakuan. Kehilangan muka dapat terjadi apabila aib atau kekurangan
diungkapkan secara vulgar. Sementra itu, apabila seseorang telah melakukan sesuatu yang sangat
berharga, ia mempunyai hak untuk mendapatkan pengakuan. (Rachman, M. 2008)
Etika dalam forum ilmiah harus dijaga agar tujuan forum tercapai dengan baik. Hal yang
perlu diperhatikan oleh penyaji dalam etika adalah kejujuran. Dalam dunia ilmiah, kejujuran
merupakan butir etis .terpenting. Setiap orang wajib bersikap sangat terbua dalam segala hal

menyangkut informasi yang disajikan. Sedangkan etika yang harus dijaga oleh peserta forum
ilmiah antara lain adalah setiap peserta harus jujur pada diri sendiri. Artinya, dia akan bertanya
jika memang tidak tahu, akan mencari klasifikasi apabila masih bingung atau belum yakin, akan
mengecek apakah pemahamannya sudah benar ataukah belum. Setiap peserta wajib menghargai
pendapat atau gagasan orang lain. Dalam hal ini mensyaratkan bahwa dia wajib menyimak
apabila ada orang yang berbicara atau bertanya. (Surajiyo, 2007)
Setiap peserta yang bertanya memiliki kewajiban untuk menyimak jawaban dari penyaji.
Akan lebih baik jika penanya menunjukkan apresiasi positif terhadap jawaban yang telah
diberikan. Moderator sebagi pemandu dalam forum ilmiah memiliki etika untuk dapat bersikap
adil. Artinya, semua peserta sebisa mungkin memperoleh kesempatan yang relatif sama dalam
berpartisipasi aktif selama forum berlangsung. Selain adil, seorang moderator juga harus menaati
jadwal atau waktu yang telah ditentukan. Kemudian seorang notulis bertugas mencatat rapi
semua hal yang terungkap selama forum, baik inti uraian penyaji, petanyaan, maupun jawaban.
Hasil catatan yang telah ditata ringkas sebaiknya dicetak dan dibagikan minimal kepada semua
orang yang terlibat dalam forum tersebut. Hal ini memberikan kesempatan bagi pemilik
gagasan/konsep untuk meluruskannya jika ada yang kurang tepat. (Surajiyo, 2007)
3.2. Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Estetika dalam berbahasa Indonesia, misalnya menggunakan pilihan kosa kata yang indah
dan sesuai situasi (konteks) bicara. Selain itu, estetika juga berkaitan dengan tinggi rendahnya
intonasi saat berbicara. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam estetika berbahasa Indonesua
dalam forum ilmiah adalah kemampuan berkomunikasi. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah
jika pelaku ilmiah dapat berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah juga
dapat tersampaikan secara optimal. Kemampuan berkomunikasi yang baik bisa menjadi
keindahan tersendiri dalam jalannya suatu forum ilmiah. (Suriasumantri, 2010)
Estetika dalam suatu presentasi dapat ditunjukkan dengan menguasai seni penyampaian.
Untuk menguasai seni

penyampaian maka harus diperhatikan

dan memilih

dahulu

metode

penyampaian presentasi yang akan digunakan. Metode presentasi yang dapat digunakan antara
lain menghafal, membaca, berbicara dari catatan, dan berbicara tanpa persiapan
(Suriasumantri, 2010)
Berikut adalah estetika teknik komunikasi dalam suatu presentasi:

1. Menyiapkan diri untuk penyampaian presentasi


a. Meningkatkan rasa percaya diri dengan berlatih.
b. Periksa lokasi untuk presentasi sebelum waktu yang ditentukan.
c. Pertimbangkan perbedaan budaya dengan pendengar.
2. Mengatasi kegelisahan
a. Siapkan materi lebih banyak dari yang diperlukan.
b. Berlatih sampai benar - benar menguasai materi.
c. Berpikir positif mengenai pendengar, diri sendiri dan apa yang harus dikatakan.
d. Bayangkan kesuksesan.
e. Mengatur nafas sebelum berbicara.
f. Lafalkan kalimat pertama yang siap untuk diucapkan.
g. Kendalikan diri dan jangan panik.
3. Menggunakan alat bantu secara efektif
a. Buat informasi dengan informatif.
b. Bangun rasa ingin tahu.
c. Menyatakan pendapat dan diperjelas.
d. Mempertahankan fokus dan kontak mata dengan pendengar.
4. Menghadapi pertanyaan
a. Terima pertanyaan dengan ekspresi ramah dan menyenangkan.
b. Bangan terbawa emosi.
c. Jawab dengan tenang dan tegas untuk meyakinkan pendengar.
. (Suriasumantri, 2010)
3.3. Etika Peran dan Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Forum ilmiah merupakan wadah berbagi wawasan akademik dan media pernyebaran ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Dalam forum ini terdapat beberapa peran yang saling
berkontribusi antara satu dengan yang lain. Peran - peran tersebut antara lain penyaji (pemakalah
atau referator) moderator (pemimpin forum), penulis (notulen), peserta (audien, partisipan), dan
teknisi. Satu peran saja tidak dihadirkan maka akan mempengaruhi jalannya forum secara umum.
Pada tingkatan tertentu, kegagalan forum dalam mencapai tujuan yang diharapkan, dapat terjadi
apabila peran - peran tersebut tidak berjalan dengan baik. (Susanto, 2011)
Kegagalan forum ilmiah dalam mencapai tujuan tidak hanya dipengaruhi oleh kealpaan atau
tidak berfungsi optimalnya peran tetapi juga oleh masalah etika. Tidak sedikit forum ilmiah yang
dilaksanakan dengan peran lengkap yang berakhir dengan kegagalan. Tidak sedikit pula forum
ilmiah terselenggara dengan penuh motivasi dan antusias karena peran - peran yang terlibatdi
dalamnya berfungsi maksimal. Akan tetapi, perasaan dikalahkan, dilecehkan, dandipermalukan
menjadi permasalahan yang berkepanjangan, bahkan setelah forum berakhir. Masalah etika
dalam forum ilmiah benar - benar memegang peran penting dalam mencapai tujuanforum.
Karena itu, masalah ini perlu dijaga. Jika etika forum ilmiah senantiasa dijaga, bukan tidak

mungkin suatu saat nanti perhatian dan penghargaan terhadap etika berforum ilmiah akan
menjadi sebuah tradisi yang melembaga dan membudaya. (Susanto, 2011)
Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum ilmiah.
Bagaimana seharusnya perilaku benar dan berterima secara moral yang harus diterapkan oleh
peran - peran dalam forum. Sesuai perannya, moderator diharapkan bersikap moderat selama
forum berlangsung. Objektivitas dan ketidakberpihakan harus benar - benar dipegang teguh oleh
moderator. Dalih apapun yang melanggar prinsip moderat adalah sikap yang tidak berterima
secara moral dan sudah barang tentu melanggar etika forum ilmiah.
Motif pertemanan,hubungan kekerabatan, kepentingan politis, atau kepentingan ideologis
apapun hendaknya dijauhkan. Perilaku prinsip lainnya yang harus diperhatikan oleh moderator
adalah keadilan,kedisiplinan, dan keberanian. Keadilan berkaitan dengan pemerataan
kesempatan berpartisipasi bagi seluruh forum. Kedisiplinan bersinggungan dengan manajemen
waktu dan manajemeninteraksi. Keberanian berhubungan dengan ketegasan terhadap segala hal
yang kontra produktif terhadap prinsip keadilan dan kedisiplinan.
Fokus forum seharusnya lebih mengarah pada permasalahan yang disajikan. Individu atau
kelompok yang bertanggung jawab dalam penyajian masalah (topik forum) adalah penyaji.
Umumnya penyajian masalah diskusi dibakubukukan dalam paper (resume atau makalah).
Karena itulah penyaji disebut pula dengan referator atau pemakalah. (Susanto, 2011)
Makalah yang disajikan dalam forum ilmiah, misalnya diskusi, seminar, lokakarya,
seharusnya terdistribusi sebelum forum digelar. Hal ini dilakukan agar forum tidak lagi
disibukkan dengan aktivitas membaca untuk memahami permasalahan dalam makalah. Dalam
kenyataannya, peserta yang hadir dalam forum lebih memosisikan diri sebagai sekadar penerima
informasi dan penanya atau pengonfirmasi terhadap informasi yang belum mereka pahami. Tidak
banyak peserta yang hadir dengan pemahaman terhadap permasalahan supaya forum ilmiah yang
diikutinya lebih diintensifkan sebagai wacana berbagi sudut pandang dan pemikiran serta berbagi
solusi mengatasi permasalahan. (Madya, 2006)
Pada etika penyaji dan peserta kejujuran menjadi nilai yang wajib ditegakkan oleh
keduannya. Bagi penyaji, segala informasi yang disampaikan secara lisan dan tulis harus dapat
dipertanggungjawabkan. Lebih - lebih menyangkut rujukan dari informasi akademik
yangdisampaikan, apakah merupakan buah pemikiran penulis sendiri atau penulis lain harus jelas
disampaikan. Hal yang sama juga berlaku bagi peserta. Peserta seharusnya secara tulus

menyimak segala informasi yang disampaikan penyaji. Ketidaktulusan ini tampak dalam sikap
meminta ulang penjelasan, misalnya karena lupa menyimak bagian tertentu dalam penyajian.
Sebaliknya,

ketidaktulusan

tampak

saat

penyaji

yang

tidak

menyimak

pertanyaan,

kemudianmeminta peserta untuk menyampaikan pertanyaan ulang. Menanyakan hal yang


telahditanyakan oleh peserta sebelumnya juga wujud ketidaktulusan peserta. Berikutnya,
pertanyaan menguji dari peserta merupakan contoh lain ketidaktulusan dan ketidakjujuran.
(Madya, 2006)
Kemampuan menyimak dan menulis dengan efektif segala informasi yang ternyatakan dalam
forum merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang notulis. Tidak semuainformasi
harus direkam secara tertulis karena hanya informasi penting yang ditulis. Informasi penting dan
utama dalam forum umumnya menyangkut kesepakatan penting, rekomendasi forum, butir butir pertanyaan dan tanggapan yang telah diikhtisarkan serta pemikiran danwawasan baru sesuai
topik yang mampu menajamkan dan memberi solusi terhadap permasalahan. Catatan hasil forum
yang telah ditata ringkas sebaiknya dibagikan kembali kepada forum. Tujuannya adalah
memberikan kesempatan kepada pemilik gagasan (konsep) untuk meluruskan jika ada hal - hal
yang kurang tepat. (Sriyanto, 2007)
Peran yang selama ini dipandang sebelah mata adalah teknisi. Hal - hal yang berkaitan
dengan pengoperasian teknologi dianggap dapat dilakukan atau dikerjakan oleh setiap orang.
Kenyataannya adalah banyak teknisi yang tidak memiliki kompetensi alias tidak profesional.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka menjadi pemandangan yang dianggap wajar jika terdapat
penyaji yang menata dan mempersiapkan sendiri perangkat teknologi sebelum presentasi atau
penanya yang terlebih dahulu mengutak - atik mikroponnya sebelum menyampaikan tanggapan.
Seorang teknisi tetap dibutuhkan untuk mengontrol dan menyelamatkan jalannya forum dari segi
teknologi. Penguasaan teknologi informasi dengan demikian menjadi ciri profesionalisme peran
ini. (Sulistyo, 2001)

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika dalam berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Dalam suatu forum ilmiah,
sangat dibutuhkan sebuah komunikasi untuk menunjang kelangsungan di dalam forum ilmiah
tersebut. Beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari hari yang
perlu diperhatikan. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah jika pelaku ilmiah dapat
berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah juga dapat tersampaikan secara
optimal pula. Kemampuan berkomunikasi yang baik bisa menjadi keindahan tersendiri dalam
jalannya suatu forum ilmiah. Dalam forum ilmiah juga terdapat beberapa jenis forum ilmiah.
3.2 Saran
Agar makalah ini dapat membantu memperluas wawasan pembaca mengenai Etika dan
Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah serta dapat mengaplikasikannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Mukhsin. 2001. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa & Apresiasi
Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh
Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa.
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4.
Madya, 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional Dosen
MPK Bahasa Indonesia, 13-15 Mei di Yogyakarta
Mussarafah,

Arra.

2012.

Jenis

jenis

Forum

Ilmiah.

http://arramusyarrafah.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-forum-ilmiah.html.

Diakses

tanggal 10 Maret 3013.


Rachman, M. 2008. Filsafat Ilmu. Semarang: Unnes Press
Rosyidi, M. Ikhwan, dkk. 2010. Analisis Teks Sastra: Mengungkapkan Makna Estetika, dan
Ideologi dalam Perspektif Teori Formula, Forum Ilmiah , Semiotika, Hermeneutika, dan
Strukturalisme Genetik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sulistyo, 2001. Teknik dan Etika Diskusi Ilmiah. Jakarta: Pikiran Rakyat
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Suriasumantri, J. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam dimensi Ontologis, Epistimologis, dan
Aksiologis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Anda mungkin juga menyukai