)
3.1. Pengelolaan Induk
3.1.1. Asal Induk
Induk abalone yang siap untuk di lakukan pemeliharaan yaitu induk
yang berukuran diatas 5 cm dan dapat ditemukan di perairan bagian
selatan pulau Bali, tepatnya di daerah perairan pantai kabupaten
Jembrana. Habitat tempat hidup abalone yaitu di dasar perairan yang
berkarang sebagai substrat nya dan berbatu yang ditumbuhi lumut dan
ganggang laut yang digunakan sebagai pakan abalone (Bambang dkk,
2007) dalam Prosiding Simposium Nasional 2007.
Menurut Setyono dan Dwiono (2011) induk abalone diperoleh dari
nelayan perairan Gerupuk dan Kute (Perairan Lombok bagian selatan)
serta Pulau Bungin (Sumbawa barat). Induk yang didapatkan dari alam
tidak seragam karena pertumbuhan dan umur induk yang berbeda. Induk
yang ditangkap dari alam berukuran >5 cm dengan kriteria sehat (tidak
terluka) dan kemudian dilakukan proses aklimatisasi di Hatchery (Setyono
dan Dwiono, 2011)
Induk abalone biasanya berasal dari hasil tangkapan nelayan.
induk abalone hasil tangkapan dari alam sulit langsung dipijahkan karena
setiap induk memiliki tingkat kematangan gonad yang sangat bervariasi,
menggunakan metode perangsangan (induce spawning) juga sulit untuk
dilakukan (Rusdi dkk, 2010).
3.1.2. Pemeliharaan Induk
Abalone dipelihara didalam bak beton ukuran 3 m x 2 m x 1 m,
Induk abalone di tempatkan dalam keranjang plastik yang telah diberi
lubang dengan ukuran 0,58 m x 0,39 m x 0,31 m dengan kepadatan setiap
keranjang yaitu 10 ekor/keranjang (Rusdi dkk, 2010). Semakin bertambah
ukuran abalone selama pemeliharaan semakin berkembang pula gonad
pada induk jantan dan betina pada fase kematangan akhir (Soleh dan
Suwoyo, 2008).
12
Soleh
dan
Suwoyo
(2008)
ada
beberapa
faktor
yang
protein,
lemak,
karbohidrat,
vitamin
dan
mineral
yang
dan
pembersihan
kotoran
dan
sisa
melakukan
pakan
sebelum
13
perkembangan
gonad
dilakukan
setiap
bulan,
14
pematangan gonad (Soleh dan Suwoyo, 2008). Maka dalam hal ini suhu
harus
tetap
dijaga
pada
waktu
malam
hari
untuk
mencegah
16
Gambar 3. Induk jantan (kiri) dan induk betina (kanan) (Heasman dan
Savva, 2007)
3.2. Pemijahan Abalone
3.2.1. Wadah Pemijahan
Wadah yang digunakan untuk pemijahan Abalone yaitu bak yang
terbuat dari fiberglass dengan kapasitas bak 1,5 ton berbentuk persegi
panjang dengan dimensi 3 m x 1 m x 0,6 m. setiap wadah pemijihan
dilengkapi dengan saluran inlet yang didesain dengan catridge filter
bertingkat 5 m dan 1 m, saluran outlet yang telah dimodifikasi untuk
mengalirkan air dari permukaan dan dirangkai seri dengan box plastik
ukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm yang dilengkapi dengan saringan telur
(egg collector) berukuran mata saring 60 m, bak pemijahan di lengkapi
pula dengan 5 buah titik aerasi (Hery dkk,2008). Wadah pemeliharaan
induk dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
17
18
19
matang
seluruhnya
saat
pemijahan,
sementara
dengan
perangsangan induk yang belum siap dan keadaan telur belum matang
sempurna dirangsang untuk memijah sehingga kualitas telur dan jumlah
telur yang dibuahi lebih sedikit daripada pemijahan alami.
Perkawinan sangat dipengaruhi oleh siklus peredaran bulan (bulan
gelap atau terang), pasang surut air laut, suhu air, suhu udara
dipermukaan air dan kualitas air (Suminto dkk. 2010)
Stripping manual biasanya digunakan secara rutin dengan tiram
tetapi tidak efektif dengan beberapa Bivalvia lain (Kent et al., 1998) dalam
Freeman (2001). Dalam abalone, panduan stripping hanya diterapkan
pada jantan sebagai metode untuk merangsang pemijahan betina. Testis
dihapus dan bagian sebuah mascerated ke air laut untuk membuat cairan.
Cairan ini kemudian didistribusikan dekat tepi anterior dari shell dengan
jarum suntik dalam upaya untuk mendorong perempuan untuk bertelur
(Hone et al., 1997) dalam Freeman (2001). Pada Pembenihan buatan,
telur dan sperma diperoleh dengan cara pembedahan organ gonad dan
diharapkan dengan cara ini dapat meningkatkan produksi benih (Suminto
dkk. 2010). untuk induk alam memijah pada ukuran cangkang 48,5 mm
dan induk hatchery memijah pada ukuran cangkang 44 mm (Soleh dan
Suwoyo, 2008).
Hahn (1989) dalam Freeman (2001) melaporkan bahwa abalone
cukup sering menelurkan sedikit sebelumnya dan membutuhkan lebih
sedikit stimulus untuk mendorong pemijahan daripada betina. Ada
beberapa penelitian yang menguraikan periode pemijahan yang berbeda
untuk Blacklip abalone, dan faktor-faktor yang mengatur pemijahan.
Namun, Asah et al. (1997) menemukan bahwa abalone liar menunjukkan
dua pola.
20
21
bahwa liar tertangkap Donkey ear's abalone induk bertelur lebih sering
dan menghasilkan lebih banyak telur dari induk yang dibesarkan
dihatchery. Dia mencatat bahwa abalone yang dibesarkan dihatchery
memiliki interval pendek antara pemijahan berturut-turut 13-15 hari.
Abalone relatif subur dan ada hubungan eksponensial antara ukuran
(panjang cangkang) dan fekunditas untuk Greenlip, Brown Lip (Wells dan
Mulvay, 1992) dan Roe's abalone (Wells dan Keesing, 1989)
Tabel 1. Fekunditas empat spesies abalone
SPESIES ABALONE
FEKUNDITAS (REFERENSI
REFERENSI
PEMIJAHAN TUNGGAL)
2 juta telur
2 juta telur
2,2-2800000 telur
5 juta telur @ 190 mm
200.000 telur @ 40-50 mm
1 juta telur @ 60 mm
183.000 @ 37,5 mm
McShane 1988
McShane 1988
O'Sullivan 1994
Wells & Mulvay, 1992
Wells & Bryce 1987
Wells & Keesing, 1986;
1989
Donkey-ear
22
23
O
1
Suhu (C)
2
Salinitas
3
pH
4
DO2
5
NO2 (ppm)
6
NO3 (ppm)
7
NH3 (ppm)
Sumber: Hermawan dkk. (2008)
Nilai
25-26
30-32
7,6-8,0
5,0
0,472-0,450
0,0470-0,0475
0,173-0,103
25
dapat
mengurangi
mortalitas
pada
larva
abalone.
Tingkat
pertumbuhan
abalone
dipengaruhi
oleh
suhu
yang
26
27
Juvenil
awal
sudah
bisa
dipindahkan
ke
dalam
wadah
28
filter agar tidak ada kontaminasi kotoran dan plankton lain (Bambang dan
Sugama, 2007).
Laju
pertumbuhan
juvenil
sangat
tergantung
pada
tingkat
pakan
yang
dikonsumsi
lebih
banyak
dimanfaatkan
untuk
29
30
b. Ulva sp.
meningkat. tingkat
31
32
dengan
mengobati
luka
atau
sobekan
selaput
dengan
mengoleskan acriflavin atau betadin dalam dosis tinggi yaitu 500 ppm
secara kontinyu selama 3 hari (Juknis Budidaya Abalone BBL Lombok).
33