Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Hendri Jaya Permana, Liliani Saputri L, Rischa Mufida
drg. Kiswaluyo, M. Kes
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 66121
E-mail: kiswaluyo@unej.ac.id
Abstrak
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas saat ini dituntut oleh masyarakat untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau. Puskesmas perlu lebih mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan, karena dapat
berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan. Oleh sebab itu, Puskesmas sangat membutuhkan input dalam bentuk
informasi yang lengkap, misalnya adalah biaya satuan (unit cost) dan dituntut untuk melakukan perhitungan unit cost.
Berdasarkan hasil kegiatan PKL IKGM IV di Puskesmas Pakusari dan Puskesmas Mayang, kunjungan pasien dengan
kasus K00 yaitu gangguan perkembangan dan erupsi gigi terjadi pada rata-rata rentang usia 6-11 tahun, dimana pada
umur tersebut merupakan masa geligi pergantian yang membutuhkan perawatan gigi. Masalah utama yang sering dihadapi
dalam pemberian terapi kasus K00 adalah keterbatasan bahan yaitu anestesi topikal (clorethyl). Masalah ini terjadi salah
satunya disebabkan karena belum adanya perhitungan unit cost yang tepat oleh dokter gigi di poli gigi, sehingga
permintaan bahan ke gudang. obat puskesmas yang selanjutnya dilanjutkan ke Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) belum
terpenuhi sesuai kebutuhan. Dokter gigi seharusnya mampu merencanakan unit cost untuk tiap pelayanan medik yang
dilakukan, sehingga dapat merencanakan pembiayaan, pengadaan obat dan bahan, serta penentuan tarif tiap jenis
pelayanan.
Kata Kunci: Gangguan perkembangan dan erupsi gigi, unit cost
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Gangguan perkembangan dan erupsi gigi
Persistensi gigi sulung atau disebut juga over
retained decious teeth didefiniskan sebagai gigi sulung
yang sudah melewati waktu tanggalnya tetapi tidak tanggal.
Perlu diketahui bahwa waktu tanggal gigi sulung adalah
apabila gigi permanen pengganti telah erupsi tetapi gigi
sulungnya tidak tanggal. Pada keadaan persistensi,
terkadang gigi sulung juga tidak goyang. Keadaan ini
sering dijumpai pada anak usia 6 12 tahun pada fase
Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
geligi pergantian. Penyebab persistensi pada gigi sulung
bukanlah penyebab tunggal tetapi merupakan gangguan
yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu : resorpsi akar gigi
susu yang lambat karena gangguan nutrisi, hormonal atau
gigi berlubang besar dengan indikasi perawatan saraf yang
tidak dirawat; posisi abnormal benih gigi tetap / arah
tumbuhnya gigi permanen tidak searah dengan arah
tanggalnya gigi sulung yang akan digantikannya; ketidak
cukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk
menggantikan gigi susu. Dengan demikian gigi susu
mengarah kepada tempat yang kosong bisa di depan atau
belakang gigi susunya. Perawatan yang harus dilakukan
untuk kasus persistensi adalah segera mencabut gigi sulung
yang persistensi agar gigi permanen dapat erupsi ke posisi
yang benar. Bila tidak segera diekstraksi akan
menyebabkan maloklusi, sehingga diperlukan perawatan
ortodontik untuk memperbaiki posisi gigi permanen ke
dalam lengkung yang benar. Anastesi yang digunakan
untuk ekstraksi adalah anastesi local bisa menggunakan
chlor etyl maupun anastesi infiltrasi tergantung dari kedaan
gigi sulung sudah goyang atau belum (3).
Ulcus dekubitus adalah suatu inflamasi (ulcus)
yang disebabkan oleh trauma atau iritasi tajam yang terjadi
secara terus - menerus dan lama. Ulcus diartikan sebagai
defek lokal atau ekskavasi permukaan jaringan atau organ,
yang lebih dalam dari jaringan epitel. Ulcus dekubitus
merupakan lesi oral yang sering dijumpai. Penyebab ulkus
dekubitus beragam, meliputi gigi yang patah atau tajam,
penggunaan instrumen dental yang tidak benar, makanan
keras, benda asing tajam, mukosa yang tergigit, dan iritasi.
Pada anak-anak seringkali dijumpai ulcus decubitus yang
disebabkan akar gigi susu terdorong oleh gigi permanen
yang menyebabkan akar gigi susu keluar menembus gusi
(3).
Unit cost
Unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian
antara total cost yang dibutuhkan dibagi dengan jumlah
unit produk yang dihasilkan (barang dan jasa) (4). Unit cost
adalah suatu kegiatan menghitung biaya puskesmas untuk
berbagai jenis pelayanan yang ada, baik secara total
maupun per unit atau per pasien, dengan cara menghitung
seluruh biaya pada unit atau pusat biaya atau departemen
jasa serta mengalokasikan atau mendistribusikan ke unitunit produksi yang kemudian dibayarkan oleh pasien (5).
Prinsipnya unit cost harus sama untuk seluruh kelas
perawatan. Dengan diketahuinya unit cost, berarti
manajemen dapat lebih mudah membuat keputusan strategi
seperti penetapan harga, perencanaan anggaran yang sesuai
dimana seimbang antara pendapatan dan biaya yang harus
dikeluarkan sehingga prediksi pendapatan dapat teralisasi
sesuai dengan perencanaan karena sudah berbasis biaya.
Disamping itu dapat pula dilakukan pengendalian biaya,
evaluasi kinerja serta menghilangkan atau menambah suatu
tindakan operasi yang dapat dilayani. Selain itu perlu juga
standarisasi bahan habis pakai/obat tindakan operasi dan
dalam pelaksanaan tindakan operasi harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan tersebut agar biaya menjadi
sama sehingga perhitungan unit cost juga sama.
Fixed Cost
Fixed Cost adalah biaya minimal yang harus
dikeluarkan agar dapat memproduksi barang atau jasa.
Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Metode Penelitian
Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
observasional dengan metode cross sectional, yaitu suatu
penelusuran sesaat, artinya sampel diamati hanya sesaat
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada satu waktu (point time approach) [10].
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu pada tiap
lokasi pada tanggal 18 Mei 27 Juni 2015. Tempat
penelitian di poli gigi Puskesmas Pakusari, Puskesmas
Mayang, dan RSUD Genteng.
Populasi di dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang datang ke poli gigi Puskesmas Pakusari, Puskesmas
Mayang, dan RSUD Genteng dengan diagnosa K.00.
Jumlah populasi keselurahan sebanyak 183 pasien. Sampel
pada penelitian ini adalah populasi pasien dengan diagnosa
gangguan perkembangan dan erupsi gigi (K.00), kriteria
sampel pasien dengn diagnosa K.00 antara lain: resorpsi
fisiologis, persistensi, dan ulcus dicubitus. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah secara total sampling, yaitu melibatkan semua
anggota populasi sebagai sampel penelitian [10].Jumlah
sampel sebanyak 183 pasien.
Hasil
Data hasil kunjungan pasien di Puskesmas Pakusari,
Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng dengan diagnosa
K.00 selama 6 minggu pada tiap tempat pada tanggal 18
Mei 27 Juni 2015 disajikan dalam beberapa tabel berikut
ini:
Tabel 1. Jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Pakusari,
Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng
berdasarkan diagnosa dan tempat selama 6
minggu
Tempat
DX
PKM
Pakusari
PKM Mayang
RSUD
Genteng
Total
K.00
91
80
12
183
K.01
17
K.02
12
14
15
41
K.03
14
K.04
105
104
78
287
K.05
13
13
29
55
K.06
K.12
Total
222
225
158
605
Keterangan:
DX : Diagnosa
K.00 : Gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras gigi lainnya
K.04 : Penyakit pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Gangguan gusi d
K.12 : Stomatitis dan lesi-lesi
PKM
Pakusari
PKM
Mayang
RSUD
Genteng
Total
Ekstraksi
34
15
14
63
Ekstraksi CE
85
82
18
185
Medikasi
56
66
34
156
Sterilisasi
36
25
52
113
Tumpatan
23
19
42
Scalling
10
12
27
Konsultasi
17
Odonteltomi
Total
222
225
158
605
Pembahasan
Data kunjungan pasien yang didapatkan selama
periode 18 Mei 27 Juni 2015 di Puskesmas Pakusari,
Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng menunjukkan
terapi yang paling sering dilakukan oleh dokter gigi adalah
ekstraksi menggunakan anestesi topikal. Namun selama
pelaksanan PKL IKGM IV selama 6 minggu didapatkan
permasalahan kurangnya bahan anestesi topikal untuk
ekstraksi gigi.
Dokter gigi seharusnya mampu merencanakan unit
cost untuk tiap pelayanan medik yang dilakukan, sehingga
dapat merencanakan pembiayaan, pengadaan obat dan
bahan, serta penentuan tarif tiap jenis pelayanan. Berikut
disajikan rincian penentuan tarif ekstraksi gigi
menggunakan anestesi topikal.
Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Fixed Cost
Harga
Pemakaian
(kali)
Harga / pakai 1
pasien
Keterangan
250,000
80
3,125
1 bulan
1,125,000
1,200
234
5 tahun
1,550,000
1,200
323
5 tahun
3,199,000
1,200
666
5 tahun
2,135,000
720
741
3 tahun
6 Jam Dinding
100,000
1,200
21
5 tahun
7 Cermin
50,000
720
17
3 tahun
8 Dental chair
20,000,000
1,200
4,167
5 tahun
1,150,000
1,200
240
5 tahun
3,403,050
1,200
709
5 tahun
1,473,000
1,200
307
5 tahun
12 Stetoskop
200,000
720
69
3 tahun
13 Tensimeter
1,500,000
702
534
3 tahun
75,000
720
26
3 tahun
No
Alat / Bahan
11,180
Variable Cost
Harga
Pemakaian
(kali)
Harga / pakai 1
pasien
Keterangan
1,470,000
720
510
1 set
2 Chlorethyl
90,000
100
225
1 botol
3 Betadine 15 ml
8,000
40
200
1 botol
150,000
480
78
1 set
5 Saliva ejector
60,000
100
600
1 trip
6 Nirbeken
40,000
720
14
1 buah
7 Depend Glass
7,000
480
1 buah
8 Masker
25,000
50
500
1 box
9 Handscoon
48,000
50
960
1 box
10 Kartu Status
1,000
1,000
1 lembar
11 Tissue
12,000
10
300
1 box
15,000
30
500
1 bungkus
20,000
30
677
1 bungkus
14 Tampon
7,500
30
250
1 box
15 Cotton pelet
12,500
30
417
1 box
16 Cotton Roll
50,000
25
2,000
1 box
17 Alkohol 70%
20,000
30
667
1 liter
13,000
48
271
1 kardus
No
Alat / Bahan
Total
9162
Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Pemakaian komponen variable cost diatas diprediksi
berdasarkan pemakaian bahan selama dilaksanakan
dilaksanakan PKL IKGM IV. Pemakaian chlorethyl hingga
100 kali pemakaian diasumsikan dari pemakaian chlorethyl
selama 6 minggu di Puskesmas Pakusari sebanyak 85 kali
ekstraksi menggunakan chlorethyl hanya menghabiskan
kurang dari 1 botol chlorethyl.
Salah satu metode penentuan tarif adalah metode costbased pricing. Dalam metode ini penentuan tarif atau harga
ditentukan berdasarkan biaya. Unit cost dapat digunakan
sebagai dasar penentuan tarif. Informasi tentang unit cost
merupakan informasi vital bagi semua organisasi, baik
yang berorientasi pada laba, maupun yang bersifat non
profit. Informasi unit cost tidak hanya diperlukan untuk
penentuan tarif, tetapi informasi tentang unit cost justru
lebih dipelukan untuk berbagai kepentingan manajerial
lainnya. Proses penentuan tarif berdasarkan unit cost
dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung semua biaya
yang dikeluarkan dalam rangka pelayanan, kemudian
berdasarkan biaya tersebut, tarif diperoleh dengan cara
menjumlahkan unit cost dan marjin yang diharapkan (11).
Penentuan tarif ekstraksi gigi dengan anestesi topikal
bedasarkan unit cost diatas adalah :
= (Fixed cost + variabel cost + Jasa pelayanan) +
profit (10%) + biaya pemeliharaan (5%)
= (11.180 + 9.162 + 10.000 )+ 3.034 + 1.517
= 34.893 = Rp 35.000,Dalam menjalankan bisnis pelayanan kesehatan
(praktek perseorangan maupun di puskesmas atau rumah
sakit), seorang dokter gigi mempunyai peran ganda. Peran
pertama adalah sebagai tenaga profesional yang tugas dan
fungsinya adalah memberikan pelayanan medis kedokteran
gigi secara holistik kepada para pelanggan (pasien) sesuai
standar profesi yang berlaku. Peran kedua adalah sebagai
investor atau pemodal usaha yang tugas dan fungsinya
mengupayakan roda bisnis pelayanan dapat terus berjalan
sesuai tatanan manajemen, baik manajemen pelayanan,
manajemen keuangan, manajemen logistik atau bentuk
manajemen lainnya.
Peran pertama bukan hal yang sulit dijalankan
oleh tenaga profesional dokter gigi karena sejak awal telah
dididik dan dibentuk sesuai standar kompetensi bidang
kedokteran gigi. Peran kedua sebagai investor
kemungkinan besar akan menjadi kendala karena dalam
kurikulum pendidikan dokter gigi tidak memberikan
pemahaman, khususnya bidang manajemen keuangan yang
salah satunya terkait dengan masalah pembiayaan, dalam
hal ini pembiayaan kesehatan. Akibatnya para lulusan
dokter gigi kurang memiliki memahami biaya apa saja
yang muncul untuk menyediakan satu produk pelayanan.
Kondisi ini akan berpengaruh besar bagi penyelenggara
bisnis pelayanan kesehatan (provider) dan juga bagi
penerima pelayanan kesehatan (customer). Bagi pihak
provider dengan memiliki kesadaran terhadap biaya akan
menghindarkan dari kerugian dalam menjalankan bisnis.
Bagi pihak customer akan menghindarkan mereka dari
tingginya pembiayaan terhadap pihak provider (12)
Langkah yang harus dilakukan, provider (dalam hal ini
dokter gigi yang praktek perseorangan), harus mengetahui
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
pelayanan dengan melakukan analisis biaya dan harus bisa
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2015, I (1): 1-6
Daftar Pustaka
1.
Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.