Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yaitu manusia karena hanya
manusialah yang di beri akal dan fikiran dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Manusia di ciptakan secara berpasangan yaitu laki-laki dan wanita. Di dalam AlQur`an menjelaskan bahwa menikah adalah sunnah yaitu apabila di kerjakan
mendapat pahala dan apabila tidak di kerjakan tidak apa-apa. Sehingga jika suatu
pasangan suami istri yang telah menikah akan berpeluang atau kemungkinan terbesar
yaitu mengalami kehamilan. Di mana seorang wanita telah di ciptakan oleh Allah atau
kodratnya untuk menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui dan merawat anak.
Segala sesuatu yang dimakan oleh wanita ketika hamil dapat memberikan
pengaruh besar dan menetap pada kesehatan anak. Sehingga seorang ibu perlu
persiapan makanan dengan gizi seimbang sebelum masa konsepsi berlangsung karena
masa sebelum konsepsi atau prakonsepsi sangat penting dalam pembentukan
kesehatan anak khususnya sel otak pada saat usia kehamilan 2 bulan. Kebanyakan
wanita tidak memperhatikan status gizi, kondisi imunitas tubuh, dan asupan makanan
sebelum melakukan konsepsi. Selain itu riwayat penyakit yang di derita dirinya pun
tidak di perhatikan. Salah satu gangguan penyakit yang di alami oleh wanita sebelum
hamil yaitu anemia.
Masa prakonsepsi merupakan salah satu periode yang sangat rentan terserang
anemia. Anemia merupakan kondisi dengan menurunnya kadar hemoglobin di dalam
tubuh dan di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu penurunan kadar protein
dan zat besi atau Fe di dalam tubuh. Sehingga terjadi penurunan vitamin B kompleks,
Zn, Vitamin A, Cu, dan vit B12 tetapi faktor penghambat atau inhibitor mengalami
kenaikan. Oleh karena itu anemia menjadi masalah di negara kita khususnya bayi yang
terlahir dari ibu yang anemia.
Berdasarkan prevalensi anemia di Indonesia yaitu bayi lebih dari 70%, ibu
hamil 43 %, dan wanita usia subur (WUS) kawin 29 % (UNICEF, 2006) dalam
Sumarmi (2008). Hasil penelitian Sumarmi (Sumarmi, 2008) juga diperoleh rata-rata
prevalensi anemia pada Calon Pengantin Wanita (CPW) di empat kecamatan
Kabupaten Probolinggo sebesar 48,5% sedangkan rata-rata prevalensi KEK sebesar
27,3%. Selain itu dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 (Balitbangkes
Depkes. R.I., 2007) yang menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan
dewasa di Jawa Timur sebesar 15,6%. Penyebab tingginya prevalensi anemia tersebut
1

dapat diketahui dari berbagai faktor antara lain konsumsi zat besi yang tidak cukup
dan absorbsi zat besi yang rendah (Ekayanti, 2007). Oleh sebab itu, kami membuat
makalah ini yang berjudul Anemia pada Wanita Prakonsepsi dengan harapan
memberikan informasi kepada para ibu atau wanita usia subur yang sudah menikah
tentang pentingnya menjaga status gizi dan asuapan makanan sebelum melakukan
konsepsi dengan pasangannya khususnya konsumsi zat besi dan protein.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana analisis situasi masalah gizi daur kehidupan tentang anemia pada
wanita prakonsepsi?
1.2.2 Bagaimana fisiologis daur kehidupan tentang anemia pada wanita prakonsepsi?
1.2.3 Apa saja kebutuhan gizi dan defisiensi tentang anemia pada wanita prakonsepsi?
1.2.4 Apa saja dampak masalah dan mekanisme terjadinya anemia pada wanita
prakonsepsi?
1.2.5 Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada wanita
prakonsepsi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mempelajari dan memahami analisis masalah gizi daur kehidupan tentang
anemia pada wanita prakonsepsi.
1.3.2 Untuk mempelajari dan memahami fisiologis daur kehidupan tentang anemia
pada wanita prakonsepsi.
1.3.3 Untuk mempelajari dan memahami kebutuhan gizi dan defisiensi tentang
anemia pada wnaita prakonsepsi.
1.3.4 Untuk mempelajari dan memahami dampak masalah dan mekanisme terjadinya
anemia pada wanita prakonsepsi.
1.3.5 Untuk mempelajari dan memahami upaya pencegahan dan penanggulangan
anemia pada wanita prakonsepsi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Situasi Masalah Gizi Daur Kehidupan tentang Anemia pada Wanita
Prakonsepsi
Berbagai macam masalah yang di alami oleh negara Indonesia saat ini semakin
banyak diantaranya yaitu status gizi pada wanita prakonsepsi. Idealnya, sebagian
besar wanita akan lebih dulu merencanakan dan menerapkan kebiasaan sehat yang
sesuai dengan kehamilan yang sehat sebelum hal tersebut diperlukan. Tetapi pada
kenyataannya para wanita tidak memperhatikan tentang kesehatan pada dirinya untuk
meningkatkan status gizi prakonsepsi sehingga tenaga kesehatan harus mengambil
2

setiap peluang yang ada untuk mendorong wanita untuk menerapkan kebiasaan sehat
yang akan mendukung kehamilan yang sehat.
Kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dapat dipengaruhi oleh genetik,
malnutrisi, penyakit akut dan kronis, pajanan toksin lingkungan serta faktor lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi ibu selama kehamilan kesehatan ibu
sebelum masa konsepsi dan selama masa kehamilan yaitu pilihan gaya hidup, pajanan
lingkungan yang dapat mengubah, jenis dan jumlah makanan yang dimakan serta
membatasi nutrien penting yang tersedia untuk pertumbuhan janin.
Beberapa kampanye sosial telah dilakukan selama bertahun-tahun yang
didesain untuk mendidik wanita usia subur tentang perilaku terkait dengan hasil akhir
kehamilan yang baik sehingga memaksimalkan kesehatan anaknya saat terjadi
kehamilan. Salah satu contoh adalah kampanye March of Dimes untuk mendorong
penggunaan suplemen asam folat untuk semua wanita usia subur. Kampanye tersebut
kurang sukses dan banyak ahli menyimpulkan kurang efektif dibandingkan dengan
fortifikasi asam folat pada penyediaan makanan (Bower et al., 2005) dalam Ekayanti
(2007).
Dalam beberapa kasus, ibu mungkin telah memiliki gangguan kesehatan yang
dapat membahayakan kesehatan janin daripada sebelum bayi dilahirkan. Ibu dengan
anemia, multipel sklerosis, diabetes tipe 1, dan gangguan kesehatan lainnya. Dengan
adanya gangguan tersebut maka harus dipantau dengan saksama oleh tenaga spesialis
maupun tim layanan kesehatan yang biasanya dipimpin oleh obstetrisian atau
ginekologis.
Berdasarkaan penelitian yang di lakukan oleh Sumarmi (2008) mengenai kadar
hemoglobin pengantin wanita di Kabupaten Probolinggo menunjukkan bahwa situasi
masalah gizi terutama proporsi anemia di wilayah pertanian dan pantai adalah sebagai
berikut:

Gambar 1. Proporsi Anemia Responden


3

Rata-rata kadar Hb sebagian besar responden di wilayah pantai sebesar 13,09


g/dl sedangkan di wilayah pertanian sebesar 12,95 g/dl. Hanya ada 15% responden (3
orang) di masing-masing wilayah yang menderita anemia (Gambar 1). Hampir seluruh
responden yang menderita anemia ternyata memiliki tingkat konsumsi zat besi dan
zinc yang tergolong defisit. Hanya ada satu responden anemia yang memiliki tingkat
konsumsi zinc yang baik.
2.2 Fisiologi Wanita Prakonsepsi
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil, wanita prakonsepsi
diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia sibur yang siap menjadi seorang
ibu, di mana kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja,
ataupun lanjut usia. Almatsier (2009) dalam Kurniati, dkk. (2013) menyatakan bahwa
istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adulutus yang berarti telah tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang
dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan telah
siap menerima kedudukan dalam masyarakat. Wanita prakonsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang mana masa ini merupakan salah
satu periode sebelum memasuki masa konsepsi yakni peristiwa bertemunya sel telur
(ovum) dengan sperma.
Pada masa ini kebutuhan akan gizi mikro harus dipenuhi, hal ini bertujuan agar
ketika hamil cadangan akan gizi mikro sudah tersedia. Termasuk juga kebutuhan zat
besi. Jika cadangan besi menurun, maka keadaan ini disebut dengan keseimbangan zat
besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state). Zat besi yang berasal
dari bahan makanan hewani (zat besi heme) mempunyai tingkat absorpsi 20-30%.
Besi heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak tergantung dengan zat
makanan lainnya, tetapi zat besi heme ini dapat berubah menjadi non heme jika
dimasak dengan suhu yang tinggi dan dalam waktu yang lama.
Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi utama
yang banyak menimpa kelompok rawan yaitu ibu hamil, anak balita, wanita usia
subur (WUS) dan pekerja berpenghasilan rendah (Kurniati, 2013). Survei Nasional
tahun 2001 menunjukkan prevalensi anemia pada WUS kawin, WUS tidak kawin, dan
ibu hamil masing-masing sebesar 26,9% , 24,5% dan 40% angka kejadian anemia di
Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil
bukan dimulai sebelum kehamilan (Bappenas, 2010).
4

Anemia gizi dapat terjadi pada berbagai kelompok umur. Berdasarkan Riskesdas
2007, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan dewasa perkotaan
sebesar 11,3%, laki-laki dewasa perkotaan sebesar 12,1% dan pada anak-anak (usia
14 tahun) merupakan kelompok dengan prevalensi terbesar, karena pada masa ini
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan dan adanya menstruasi
pada remaja putri (Kurniati, 2013).
Anemia merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh berbagai faktor,
baik faktor gizi maupun faktor non gizi. Berikut bagan terkait mekanisme terjadinya
anemia :
Faktor gizi

Faktor Non Gizi

Gambar 2. Mekanisme Terjadinya Anemia

Berdasarkan

bagan tersebut bisa dilihat bahwa anemia tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi,
namun juga disebabkan oleh faktor non gizi. Faktor gizi yang berpengaruh terhadap
anemia meliputi kurangnya asupan protein dan Fe (zat besi). Sedangkan pada faktor
non gizi anemia bisa disebabkan oleh perdarahan dan infeksi parasit. Mekanisme ini
juga terjadi pada wanita prakonsepsi, ketika wanita prakonsepsi kekurangan asupan
protein maupun Fe maka akan berisiko mengalami anemia di usia kehamilan.
Kekurangan asupan Fe di masa kehamilan akan berisiko mengalami Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
2.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Zat Besi pada Wanita Prakonsepsi
Kekurangan zat besi adalah kekurangan gizi umum di seluruh dunia dan
merupakan penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan. Prevalensi
kekurangan zat besi di Amerika Serikat menunjukkan adanya anemia defisiensi besi
pada populasi yang rentan sangat signifikan. Pemeriksaan survey 1999-2000
5

dilaporkan prevalensi defisiensi besi pada wanita usia 12-49 tahun sebesar 9-16%.
Pada wanita usia reproduksi beresiko kekurangan zat besi karena kehilangan darah
dari menstruasi, pola makan yang buruk, dan sering hamil (M. Gardiner Paula et al,
2008).
Pada studi wanita usia subur, diperoleh hasil hanya 20% wanita yang memiliki
cadangan besi sebesar 500 mg, 40% memiliki cadangan besi 100-500 mg, dan 40%
hampir tidak memiliki cadangan. Jika persediaan cadangan zat besi tidak ada, maka
akan berpotensi anemia dan terjadi komplikasi pada janin meliputi prematuritas
spontan dan intrauterine.
Pada masa prakonsepsi dan selama kehamilan, perempuan harus mengkonsumsi
makanan kaya zat besi (daging tanpa lemak, unggas, dan sereal yang diperkaya zat
besi). Makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti sereal gandum, roti
gandum beragi, kacang-kacangan, teh, dan kopi, sebaiknya dikonsumsi secara terpisah
dari makanan yang diperkaya zat besi. Centers for Disease Control (CDC)
merekomendasikan konsumsi zat besi sebesar 18 mg/hari untuk semua wanita dan 27
mg/hari untuk wanita hamil.
Sebuah studi prospektif yang dilakukan oleh Ronnenberg et al. pada tahun 2004,
diperiksa hubungan antara konsentrasi hemoglobin dan kehamilan pada wanita sehat
di Cina yang merencanakan kehamilan. Penelitian ini menunjukkan hubungan antara
status anemia ibu pada masa prakonsepsi dengan kondisi kehamilan ibu.
Kemungkinan berat lahir rendah dan pertumbuhan janin terbatas sebesar 6,5 dan 4,6
kali lebih tinggi pada wanita anemia dibandingkan dengan kontrol wanita yang tidak
anemia.
Anemia disebabkan kekurangan zat besi dikaitkan dengan penurunan berat lahir.
Sebuah uji coba terkontrol secara acak baru-baru ini dari 867 ibu hamil (umur
kehamilan kurang dari 20 minggu) diberi perlakuan secara acak untuk menerima
suplemen prenatal dengan 30 mg besi sebagai besi sulfat atau placebo sampai umur
kehamilan 26-29 minggu. Hasil yang diperoleh rata-rata berat lahir lebih tinggi
sebesar 108 g dan kejadian kelahiran prematur lebih rendah pada kelompok dengan 30
mg besi dibadingkan dengan kelompok kontrol.
Dalam uji klinis lain, dilakukan penelitian pada wanita hamil berpenghasilan
rendah yang diambil secara acak untuk menerima pasokan besi sulfat atau placebo
bulanan hingga 28 minggu kehamilan. Dibandingkan dengan placebo, suplementasi
besi dari 28 minggu kehamilan tidak secara signifikan mempengaruhi prevalensi
6

keseluruhan anemia atau kejadian kelahiran prematur, namun secara signifikan


berpengaruh pada kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
2.4 Dampak Masalah dan Mekanisme Terjadinya Anemia pada Wanita Prakonsepsi
Anemia pada wanita prakonsepsi disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya
kekurangan konsumsi energi dapat menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena
pemecahan protein tidak lagi ditujukan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga
sel darah merah dengan sendirinya menjadi kurang. Pemecahan protein untuk energi
dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh. Dengan rendahnya konsumsi
protein maka dapat menyebabkan rendahnya penyerapan zat besi oleh tubuh. Keadaan
ini dapat mengakibatkan tubuh kekurangan zat besi dan dapat menyababkan anemia
atau penurunan kadar hemoglobin (Hb). Hal ini di sebabkan karena komsumsi
makanan yang kurang seimbang sehingga dapat menggangu absorpsi besi dalam
tubuh. Sebagian besar wanita prakonsepsi lebih banyak mengkonsumsi protein nabati
dari pada protein hewani, sehingga cenderung akan mempengaruhi absorpsi Fe.
Sebagian besar anemia gizi besi di sebabkan oleh makanan yang dimakan kurang
mengandung zat besi terutama dalam bentuk besi heme, di samping itu pada wanita
karena kehilangan darah saat mengalami mestruasi (Kurniati, 2013).
Diketahui bahwa vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi dalam
pencegahan terjadinya anemia, namun apabila zat besi yang dikonsumsi dalam jumlah
yang terbatas maka fungsi vitamin C sebagai enhancer zat besi tidak akan berjalan.
Selain itu karena wanita prakonsepsi kurang mengkomsumsi sayuran dan buah yang
merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik, terutama vitamin C dapat
meningkatatkan absorpsi besi dalam tubuh. Vitamin C mempunyai peranan yang
sangat penting dalam penyerapan besi terutama besi non heme yang banyak di
temukan dalam makanan nabati. Oleh sebab itu apabila kurang mengkomsumsi
sayuran dan buah dapat menghambat penyerapan besi dalam tubuh yang dapat
menyebabkan terjadianya anemia. Seperti halnya dengan dengan vitamin C, vitamin A
juga berperan dalam penyerapan besi dalam tubuh sehingga dibutuhkan asupan yang
cukup untuk memperlancar penyerapan besi, terutama komsumsi buah dan sayuran
yang mengandung kaya akan vitamin. Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang
dapat membantu absorpsi dan mobilisasi zat besi untuk pembentukan eritrosit.
Rendahnya status vitamin A akan membuat simpanan besi tidak dapat dimanfaatkan
untuk proses eritropoesis. Selain itu, Vitamin A dan -karoten akan membentuk suatu
7

kompeks dengan besi untuk membuat besi tetap larut dalam lumen usus sehingga
absorbsi besi dapat terbantu.
Tingkat konsumsi Vitamin B12 dengan kejadian anemia juga berpengaruh. Hal
ini disebabkan kurangnya dalam mengkonsumsi makanan sumber Vitamin B12 yang
baik (hati, daging, udang dan kerang) dan makanan yang dikomsumsi memiliki daya
absorpsi besi rendah, sehingga asupan besi dalam tubuh tidak terlalu banyak.
Penyebab anemia bukan hanya di sebabkan oleh masukan zat gizi yang kurang.
Apabila masukan zat gizi cukup tetapi dalam proses produksi sel darah merah
terganggu karena tidak berfungsinya pencernaan dengan baik atau kelainan lambung
sehingga zat-zat gizi yang penting tidak dapat di serap dan terbuang bersama kotoran,
maka lama kelamaan tubuh akan mengalami anemia. Selain itu ketersediaan makanan
sumber protein hewani yang kurang di komsumsi menjadi salah satu penyebab
terjadinya anemia karena vitamin B6 dalam bahan makanan hewani lebih mudah di
absorpsi dari pada yang terdapat dalam bahan makanan nabati. Asupan riboflavin dan
penyerapan Fe umumnya rendah jika mengkonsumsi produk hewani termasuk susu
dalam jumlah terbatas. Defisiensi riboflavin membuat defisiensi besi tambah buruk
dengan meningkatnya kehilangan besi, menurunnya absorbsi besi.
Kekurangan asam folat pada wanita prakonsepsi di sebabkan karena sebagian
besar asupan makanan yang dikomsumsi tidak beragam sehingga tidak cukup untuk
memenuhi asupan asam folat yang seharusnya. Kekurangan folat dapat terjadi karena
kurangnya

komsumsi,

meningkat.

Kurangnya

terganggunya
komsumsi

absopsi,
folat

kebutuhan

terutama

terjadi

metabolisme
pada

yang

masyarakat

berpenghasilan rendah yang tidak dapat memperoleh makanan kaya folat secara
teratur. Defesiensi folat juga bisa terjadi akibat bahan makanan sumber asam folat
seperti sayuran berdaun hijau rusak akibat proses pemasakan. Tidak ada anemia yang
disebabkan hanya kekurangan asam folat saja. Anemia kekurangan asam folat selalu
disertai kekurangan zat gizi lainnya.
2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Dalam kurniati (2013) pencegahan dan penanggulangan anemia pada wanita
prakonsepsi dapat dilakukan beberapa cara antara lain :
1.
2.

Makan makanan yang kaya protein atau utamanya protein hewani.


Banyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya vitamin C dan
vitamin A yang penting dalam penyerapan zat besi dalam tubuh.
8

3.

Konsumsi makanan sumber vitamin B12 yang baik (hati, daging, udang, dan

4.

kerang).
Konsumsi makanan sumber vitamin B6 dan asam folat.
Selain itu asupan makanan yang monoton dan kurang beragam juga

mempengaruhi penyerapan vitamin dalam tubuh. Disarankan bagi wanita prakonsepsi


agar lebih memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan asupan zat gizi dan mencegah terjadinya anemia sebelum dan pada saat
mengalami kehamilan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dapat dipengaruhi oleh genetik,
malnutrisi, penyakit akut dan kronis, pajanan toksin lingkungan serta faktor lain.
Beberapa kampanye sosial telah dilakukan selama bertahun-tahun yang didesain untuk
mendidik wanita usia subur tentang perilaku terkait dengan hasil akhir kehamilan yang
baik sehingga memaksimalkan kesehatan anaknya saat terjadi kehamilan. Salah satu
contoh adalah kampanye March of Dimes untuk mendorong penggunaan suplemen
asam folat untuk semua wanita usia subur.
Pada masa prakonsepsi kebutuhan akan gizi mikro harus dipenuhi, hal ini
bertujuan agar ketika hamil cadangan akan gizi mikro sudah tersedia. Termasuk juga
kebutuhan zat besi. Jika cadangan besi menurun, maka keadaan ini disebut dengan
keseimbangan zat besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state).
Pada masa prakonsepsi dan selama kehamilan, perempuan harus mengkonsumsi
makanan kaya zat besi (daging tanpa lemak, unggas, dan sereal yang diperkaya zat
besi). Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan konsumsi zat besi
sebesar 18 mg/hari untuk semua wanita dan 27 mg/hari untuk wanita hamil.
9

Anemia pada wanita prakonsepsi disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya


kekurangan konsumsi energi dapat menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena
pemecahan protein tidak lagi ditujukan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga
sel darah merah dengan sendirinya menjadi kurang. Kurangnya konsumsi vitamin C,
karena vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi dalam pencegahan terjadinya
anemia. Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang dapat membantu absorpsi dan
mobilisasi zat besi untuk pembentukan eritrosit. Tingkat konsumsi Vitamin B12
dengan kejadian anemia juga berpengaruh. Dan juga tingkat konsumsi makanan yang
mengandung asam folat.
Pencegahan dan penanggulangan anemia pada wanita prakonsepsi dapat
dilakukan beberapa cara antara lain adalah makan makanan yang kaya protein
utamanya protein hewani, banyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya
vitamin C dan vitamin A, konsumsi makanan sumber vitamin B12, konsumsi
makanan sumber vitamin B6 dan asam folat.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbangkes Depkes. R.I. 2007. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007.
Jakarta.
Ekayanti, Ikeu. 2007. Efek Pemberian Zat Gizi Mikro terhadap Keberhasilan
Suplementasi Besi pada Wanita: Kasus Studi di Perusahaan Makanan, Sidoarjo.
Jawa Timur. Post Graduate Thesis Airlangga University.
Kurniati, Thaha Razak, Jafar Nurhaedar. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan
Kejadian Anemia pada Wanita Prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan
Kecamatan Biringkanaya Kota Makasar. Makasar:Unhas.
M. Gardiner Paula et al. 2008. The clinical content of preconception care: nutrition and
dietary supplements. American Journal of Obstetric and Gynecology.
Sharlin, Judith. 2011. Buku Ajar Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta.
Sumarmi, Sri. 2008. Peningkatan Status Gizi Calon Pengantin Wanita pada kegiatan
Penyusunan Angka Kecukupan Gizi Keluarga. Laporan Penelitian. Bappeda
Kabupaten Probolinggo.

10

Anda mungkin juga menyukai