Anda di halaman 1dari 20

Tumor Marker:

Alpha-Fetoprotein (AFP) &


Carcinoembryonic Antigen Test
(CEA)
Afdilah Irawati Wahyono (1306413454)
Hana Rosanna (1306405465)

Alpha-Fetoprotein (AFP)
Afdilah Irawati Wahyono (1306413454)

AFP

Alfa-Fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang diproduksi oleh hati dan


yolk sac pada saat perkembangan janin pada masa kandungan.

Level AFP sangat tinggi pada masa kandungan dan akan turun setelah
kelahiran.

AFP merupakan penanda tumor tipe oncofetal antigents

TES

Untuk membantu diagnosa dan terapi monitor untuk Hepatocelullar


Carcinoma (HCC)

Untuk membantu diagnosa tumor sel benih (Non-Seminomatous Germ


Cell Tumor) dan metastasis kanker di hati (yang berasal dari organorgan lain)

Tes AFP digunakan untuk diagnosis prenatal dari spina bifida dan
kelainan yang berhubungan dengan kebocoran cairan serebrospinal
selama masa perkembangan embrio.

Tes darah dengan darah dari vena yang ada di lengan

Kadar AFP meningkat pada:


Non-seminomatous germ cell tumours (NSGCT) of testis, ovary
and other sites.
Hepatocellular carcinoma (HCC).
Hepatoblastoma (in children, extremely rare in adults).
AFP may be occasionally elevated in patients with other types of
advanced adenocarcinoma.
Hepatitis, cirrhosis, biliary tract obstruction, alcoholic liver
disease, ataxia telangiectasia and hereditary tyrosinaemia.
Physiological conditions with elevated levels:
Pregnancy and the first year of life. Infants have extremely high
levels which fall to adult values between 6 months and 1 year of
age.

Hepatocellular carcinoma
(hcc)

Tumor ganas pada hati, 80% kasus HCC diawali


oleh sirosis yang diikuti komplikasi dengan
Hepatitis B

75% kasus kanker hati terjadi di daerah Asia


(terutama Cina) dan daerah Afrika Selatan. Hal ini
terkait dengan tingkat penyebaran virus Hepatitis
B (HBV) di wilayah tersebut yang dinilai cukup
tinggi.

HCC sering tidak terdiagnosa karena gejalanya


tertutup oleh gejala penyakit yang mendasarinya.

Meskipun ada gejala yang muncul, biasanya


terjadi pada stadium lanjut disaat harapan sudah
tidak begitu besar.

Afp sebagai penanda tumor HCC


Pada kasus karsinoma hepatoseluler,
pembelahan sel hati akan menjadi
abnormal yang mengakibatkan sintesis
AFP akan meningkat. Hal ini ditandai
dengan peningkatan tajam kadar AFP
dalam darah.
Kadar AFP dalam darah:
Normal <20 ng/ml
Sirosis
= 400-500 ng/ml
HCC
3000 ng/ml

Tingkat kenaikan kadar AFP dalam darah


menunjukkan tingkat keparahan/stadium
pada penderita karsinoma hepatoseluler
sehingga AFP juga dapat digunakan dalam
monitor terhadap terapi penyakit
karsinoma hepatoseluler

Carcinoembryonic Antigen
Test (CEA)

Hana Rosanna (1306405465)

CEA

CEA pertama kali ditemukan oleh Gold dan Freedman pada tahun
1965

Merupakan antigen (berupa glikoprotein keluarga


immunoglobulin) yang dijumpai pada kolon janin dan
adenokarsinoma kolon, tetapi tidak didapati pada kolon dewasa
sehat (Goldstein et al, 2005).

Beberapa studi menunjukkan CEA juga terdapat pada jaringan


sehat, namun kadar CEA pada tumor rata-rata 60x lipat lebih
tinggi dari jaringan tidak ganas dengan nilai ambang CEA normal
< 5 ng/ml.

CEA juga terdeteksi dalam jumlah besar pada keganasan saluran


cerna (termasuk pankreas), paru, payudara, dan ovarium,
sehingga kurang spesifik untuk tumor, konsentrasinya dalam
serum juga dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu, prosedur
kadar CEA ini tidak dianjurkan untuk penapisan (screening)
kanker kolorektal. Namun peningkatan secara berlebihan patut
menimbulkan kecurigaan untuk evaluasi diagnosis lebih lanjut

Kadar CEA

Peningkatan Kadar CEA terjadi


pada kanker (George Krucik,
2012):
Faktor Resiko Peningkatan Kadar CEA selain kanker:

colorectal (colon) cancer

medullary thyroid carcinoma

breast cancer

cancer of the gastrointestinal


tract

liver cancer

lung cancer

ovarian cancer

pancreatic cancer

prostate cancers

Sirosis hati dan koleositisis (peradangan pada kandung


empedu)

Perokok berat

Penyakit peradangan usus besar (co: ulcerative colitisor


diverticulitis)

Infeksi saluran pernapasan

Peradangan pankreas (pancreatitis)

Ulkus pencernaan

CEA TEST

CEA TEST adalah tes serum darah (atau dapat juga dari cairan tubuh) yang
terutama dilakukan untuk monitoring terapi pada pasien kanker (terutama kanker
kolorektal). Ini dilakukan untuk melihat respon pada pasien yang telah
mendapatkan terapi dan memantau perkembangan kanker dan apakah ia akan
terulang kembali.

Tes darah CEA untuk tujuan seperti ini digunakan sebagai tumor marker, yakni
indikator apakah terdapat keganasan kanker ataupun tidak.

CEA TEST

Untuk monitoring efektivitas


terapi yang dilakukan pada pasien
dengan kanker kolon ataupun
marker kanker lainnya.

Tes awal CEA sebelum terapi


dilakukan untuk dijadikan nilai
tolak ukur (baseline). Jika
kadarnya meningkat setelah
terapi, akan menunjukkan respon
pasien terhadap terapi yang
diberikan dan menentukan
apakah kanker telah berkembang
ataupun terulang kembali.

Menentukan Prognosis
(bagaimana perkembangan
kanker nantinya)

Mengetahui stadium kanker


dengan melihat ukuran dari tumor
dan seberapa jauh penyebaran
tumor tersebut (metastasis)

Pada sample cairan tubuh dapat membantu


menentukan apakah kanker sudah menyebar ke
rongga tubuh (co: rongga pleural dan peritoneal)

Dapat dilakukan bersama beberapa tumor kanker lain


untuk mendiagnosis kanker seperti karsinoma saluran
cerna (CA 19-9), kanker payudara (CA 15-3), kanker
ovarium (CA 125), kanker paru (NSE), dan lainlainnya.

Tidak semua kanker memproduksi CEA dan tidak


semua hasil positif tes CEA disebabkan oleh kanker,
oleh sebab itu, tes ini tidak digunakan untuk
screening kanker.

Rekomendasi CEA TEST sebagai


Tumor Marker

The American Society Of Clinical Oncology (ASCO) menyatakan


bahwa:

1. CEA seyogyanya tidak digunakan sebagai uji penapisan


untuk kanker kolorektal.

2. CEA dapat diperiksa preoperasi pada pasien KKR apabila hal


ini membantu menentukan stadium dan merencanakan
pengobatan.

3. CEA dapat diperiksa setiap 2 sampai 3 bulan pascaoperasi


apabila ada indikasi reseksi metastasis hati.

4. CEA dapat diperiksa untuk memantau pengobatan


metastasis.

Prosedur CEA
Tes darah CEA dilakukan dengan cara venipucture, berikut prosesnya:

Bagian yang akan diambil darahnya dibersihkan dengan antiseptik, biasanya


terletak pada bagian tengah lengah, di sisi yang berlawanan dengan siku.

Elastic band direkatkan di lengan bagian atas untuk membantu membuat


vena dipenuhi dengan darah

Injeksi dilakukan pada vena untuk mengambil darah ke dalam vial terhubung
ataupun tabung.

Elastic band dilepaskan dari tangan.

Hasil dibawa ke laboratorium untuk dianalisa.

Resiko yang dapat timbul dari Tes CEA:

Excessive bleeding (rare)

Fainting or feeling lightheaded

Hematoma (blood accumulating under the skin)

Infection (a slight risk any time the skin is broken)

Interpretasi Data

97% dari pasien sehat memiliki konsentrasi CEA < or =3.0 ng/mL. Pada perokok
ada kemungkinan terjadi kenaikan konsentrasi CEA, biasanya <5.0 ng/mL.

Konsentrasi CEA > dari 3.0 ng/mL biasa dimiliki oleh pasien kanker, namun
belum tentu pasti mengidap kanker karena dapat terjadi pada pasien dengan
faktor resiko. (contoh: pada gangguan inflamasi akut: sekitar 10 ng/dl)

Peningkatan kadar CEA sekitar > 20 ng/mL pada pasien dengan gejala yang
sesuai kanker mengindikasikan kehadiran kanker juga metastasis.

Setelah pengangkatan tumor kolorektal, konsentrasi serum CEA seharusnya


kembali normal dalam kurun waktu 6 minggu, kecuali terdapat residual tumor
yang tertinggal.

Peningkatan nilai CEA seiring berjalannya waktu pada pasien dengan riwayat
kanker dapat mengindikasikan terulang kembalinya kanker.

Interpretasi Data

Forprognosisand/or staging:
Pada tes awal, pasien dengan tumor stadium awal biasanya memiliki
konsentrasi CEA normal atau ada sedikit peningkatan, pada kasus metastasis
kemungkinan peningkatan konsentrasi CEA akan semakin lebih besar.

For treatment, recurrence monitoring:


Setelah terapi, konsentrasi CEA akan menurun hingga normal, menandakan
teraapi berhasil. Jika konsentrasi CEA secara stabil mengalami peningkatan,
menandakan terulang kembalinya tumor.

Testing for metastasis:


Jika CEA terdeteksi dalam cairan tubuh selain darah, maka dapat menandakan
tumor telah menyebar ke tempat yang mengandung cairan tersebut.
Contohnya pada cairan serebrospinal, maka menandakan kanker sudah
bermetastasis ke sistem saraf pusat.

Tidak semua kanker memproduksi protein CEA sehingga tidak mustahil kita
mengidap kanker tetapi memiliki nilai CEA normal. Jika kanker tidak
memproduksi CEA, maka tes tidak akan berguna sebagai alat monitoring.

Referensi

Lee P, Jain S, Bowne WB, Pincus MR, McPHerson RA. Diagnosis and management of cancer using
serologic and tissue tumor markers. In: McPherson RA, Pincus MR, eds.Henrys Clinical Diagnosis
and Management by Laboratory Methods. 22nd ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Saunders;
2011:chap 73.

Sokoll LJ, Chan DW. Biomarkers for cancer diagnostics. In: Abeloff MD, Armitage JO, Niederhuber
JE, et al., eds.Abeloffs Clinical Oncology. 4th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone;
2008:chap 20.

American Cancer Society.2013.

The Association Of Biochemists in Ireland. 2010. Guidelines for the use of tumour markers.

CEA. (March 4, 2009).Lab Tests Online, American Association for Clinical Chemistry. Retrieved
November 16, 2014 from http://labtestsonline.org/understanding/analytes/cea/tab/test

Tumor Markers. (2011). American Cancer Society.Retrieved November 16, 2014, fromhttp://
www.cancer.org/Treatment/UnderstandingYourDiagnosis/ExamsandTestDescriptions/TumorMarkers/
tumor-markers-specific-markers

Indian Journal of Clinical Biochemistry, 2007 / 22 (2) 17-31 REVIEW ARTICLE TUMOUR MARKERS :
AN OVERVIEW

Duffy, MJ & P McGing. 2010. The Association Of Biochemists in Ireland - Guidelines for the use of
tumour markers. 4th ed.

Referensi

1. Chan DW, Booth RA, Diamandis EP, et al: In Tietz Textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics. Fourth edition. Edited by CA
Burtis, ER Ashwood, DE Bruns. St. Louis, Elsevier, Inc., 2006 pp 768-769

2. Locker, GY, Hamilton S, Harris J, et al: ASCO 2006 update of


recommendations for the use of tumor markers in gastrointestinal
cancer. J Clin Oncol 2006;24:5313-5327

3. Moertel CG, Fleming TR, Macdonald JS, et al: An evaluation of the


carcinoembryonic antigen (CEA) test for monitoring patients with
resected colon cancer. JAMA 1993;270:943-947

Q &A

HCC kan bisa disebabkan oleh Hepatitis & Sirosis, apakah penyebabnya
harus keduanya atau bisa salah satu aja?
Bisa salah satunya saja (Hepatitis/Sirosis) tetapi kejadiannya rendah. HCC
lebih sering terjadi pada orang yang terkena Hepatitis sekaligus dengan
sirosis.

Pada terapi monitoring setelah pengobatan, tumor marker yang kadarnya


meningkat menandakan kankernya kembali. Bagaimana mekanisme kanker
bisa kembali/kambuh?
Menurut American Cancer Society kanker bisa kambuh karena 1. Saat
operasi pengangkatan sel kanker tidak terangkat sepenuhnya/ ada sel tumor
yang ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat terdeteksi; 2. Sel kanker
resisten terhadap pengobatan.
Menurut Jurnal, pada kanker kolorektal dapat terjadi relapse/reccurence
karena 1. Terjadi metastasis melalui saluran endothelium; 2. Full Thickness
Penetration sel kanker melalui dinding usus atau lebih sering emboli tumor
intraperitoneal yang disebabkan oleh trauma pasca operasi.

Q&A

Faktor Resiko Peningkatan Kadar CEA selain kanker kan ada rokok. Zat
apa yang ada di rokok yang menyebabkan kadar/level CEA meningkat?
Pada rokok ada sekitar 4000 zat yang bersifat karsinogenik, terutama
benzopiren dan nitrosamine. Dalam jurnal dikatakan bahwa semakin
seseorang merokok dan semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi
maka kadar CEA-nya akan semakin meningkat.

Mengapa kadar AFP pada bayi meningkat dan kemudian turun setelah 6
bulan 1 tahun pertama kehidupan?
AFP meningkat dan menurun pada bayi karena pada 1 tahun pertama
kehidupan bayi masih terjadi proses pertumbuhan sel-sel hati dan usus.
Sebenarnya kadar AFP normalnya juga meningkat selama proses
regenerasi sel-sel hati.

Anda mungkin juga menyukai