Anda di halaman 1dari 29

SISTEM OTOT

Pengertian Otot
Otot merupakan suatu organ atau alat yang
memungkinkan tubuh dapat bergerak ini adalah
suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel
terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada
sel-sel, sitoplasma ini merupakan benangbenang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot mendapat rangsangan maka
miofibril akan memendek, dengan kata lain sel
otot akan memendekkan dirinya ke arah
tertentu (berkontraksi) (Kartolo S. Wulangi:
2000).

Daging sebenarnya adalah kumpulan


dari otot-otot. Otot merupakan
jaringan terbanyak yang menyusun
tubuh manusia, pada awal kelahiran
mencapai 25% dari massa tubuh,
lebih dari 40% ketika remaja, dan
30% ketika dewasa/tua

Fungsi Otot

Melaksanakan kerja, misalnya:


berjalan, memegang, mengangkat
(otot lurik).
Mengalirkan darah, mengedarkan
sari makanan dan oksigen (otot
polos).
Menggerakkan jantung (otot jantung)

Menurut letaknya otot tubuh dibagi


dalam beberapa golongan sebagai
berikut:
1. Otot bagian kepala
2. Otot bagian leher
3. Otot bagian perut
4. Otot bagian anggota gerak atas
5. Otot bagian anggota gerak
bawah

Bagian-bagian otot pembentuk tubuh


manusia, antara lain:
a. Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi
suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindung otot.
b. Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang
fungsinya untuk tempat dimana miofibril
dan miofilamen berada.
c. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.

d. Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang atau filamen
halus yang berasal dari miofibril. Miofibril terbagi
atas 2 macam, yakni :
1. Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos).
2. Miofilamen heterogen (terdapat pada otot
jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot
lurik).
Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil
yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin
dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi
(memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja
dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang)
maka miosin yang sedang bekerja.

A. Macam-macam Otot
Macam Macam Otot terdiri dari 3
macam, `

Otot polos, bentuk seperti perahu, terletak pada


organ dalam, nukleus satu di tengah, gerakannya
lambat, tidak cepat, mudah lelah, tidak sadar tanpa
perintah otak.
Otot lurik, bentuk silindris dengan garis gelap terang,
melekat pada rangka, nukleus banyak di tepi, bekerja
secara sadar atas perintah otak, cepat mudah lelah.
Otot jantung, bentuk silindris, mempunyai
percabangan yang disebut sinsitium, terletak pada
jantung, nukleus satu di tengah, bekerja tidak sadar
tanpa perintah otak, tidak cepat mudah lelah.

Ditinjau dari fungsinya, maka otot-otot tersebut dibedakan


atas beberapa macam, yaitu:
a. Otot fleksor, untuk membengkokkan bagian tubuh.
b. Otot ekstensor, untuk merentangkan atau meluruskan.
c. Otot rotator, untuk memutar bagian tubuh.
d. Otot aduktor, untuk mendekatkan anggota badan ke
sumbu badan.
e. Otot defresor, untuk menurunkan anggota badan.
f. Otot dilatator, untuk melebarkan.
g. Otot konstriktor, untuk menyempitkan anggota badan.
h. Otot sinergis, otot ini bekerjanya bersama-sama untuk satu
arah yang sama.
i. Otot antagonis, otot ini bekerjanya berlawanan arah.
j. Otot lepator, untuk menaikkan anggota badan.
k. Otot supinasi, untuk memutar telapak tangan dan
menerima.
l. Otot pronasi, untuk memutar telapak tangan tertelungkup.


2.5. Sifat-sifat Otot
Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat gerak
aktif. Otot tidak hanya menggerakkan rangka, tetapi juga
menggerakkan organ-organ tertentu dalam tubuh. Misalnya
jantung, usus dan lambung. Kerja otot juga mengakibatkan
membesar dan mengecilnya rongga dada,tempat paru-paru berada.
Adapun sifat-sifat otot, antara lain:
1. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan
lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang
melakukan kegiatan.
2. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan
lebih panjang dari ukuran semula.
3. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran
semula (Datu Razak: 2004).

Macam-Macam Gerakan Otot

Fleksi: gerakan membengkokkan, misalnya membengkokkan


pada siku, lutut, jari.
Ekstensi: gerak meluruskan, misalnya meluruskan siku, lutut,
dan ruas jari.
Abduksi: gerak menjauhkan misalnya gerak tungkai menjauhkan
dari sumbu tubuh.
Adduksi: gerak mendekatkan dengan sumbu tubuh, misalnya
gerak mendekatkan tungkai dengan sumbu tubuh.
Pronasi: gerak memutar lengan sehingga telapak tangan
menelungkup.
Supinasi: gerak memutar lengan sehingga tangan menengadah.
Depresi: gerak menekan ke bawah atau menurunkan.
Elevasi: gerak mengangkat ke atas.

Sifat Kerja Otot

Sifat kerja otot dibedakan menjadi dua, yaitu :


A. Antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya
berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua
berelaksasi, akan menyebabkan tulang tertarik atau terangkat.
Sebaliknya, jika otot pertama berelaksasi dan yang kedua
berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke posisi semula.
contohnya adalah:
1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan),
misalnya otot trisep dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan)
misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak
kepala merunduk dan menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup),
misalnya gerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak
tangan menelungkup.

B. Sinergis
Sinergis juga adalah otot-otot yang
kontraksinya menimbulkan gerak
searah. Contohnya pronator teres
dan pronator kuadratus (Otot yang
menyebabkan telapak tngan
menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau
lebih yang bekerja bersama sama
dengan tujuan yang sama.

Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga


otot akan memendek, mengeras, dan bagian
tengahnya menggembung. Karena memendek, tulang
yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat.
Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk
menggerakan tulang ke satu arah tertentu. Agar
tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut
harus mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini
saja tidak cukup. Tulang harus ditarik ke posisi semula.
Oleh karena itu, harus ada otot lain yang berkontraksi
yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama.
Jadi, untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke
posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula,
diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja
berbeda. Berdasarkan tujuan kerjanya tadi, otot
dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis.

Mekanisme Terjadinya Gerak pada Otot


Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk
menggerakan otot biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan
yang berurutan. Rangsangan pertama akan diperkuat oleh
rangsangan kedua, rangsangan kedua akan diperkuat oleh
rangsangan ketiga, dan begitu seterusnya. Maka dengan demikian
akan terjadi tonus, atau ketegangan, yang maksimum. Tiap
rangsangan yang diberikan akan menimbulkan potensi aksi, yang
akan menghasilkan kontraksi otot tunggal pada serabut otot. Jika
setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi penuh,
kemudian potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi
tunggal yang kekuatanya sama dengan kontraksi yang pertama tadi.
Jika potensi aksi yang kedua diberikan saat otot belum mencapai
relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi kontraksi
tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan
penjumlahan kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat
cepat, tetapi masih ada relaksasi diantara dua rangsangan, akan
terjadi keadaan yang dinamakan tetanus tidak sempurna. Jika tidak
ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan, akan terjadi
kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus
sempurna.

Dalam sistem mekanisme kerja otot,


komponen yang berperan dalam
kontraksi otot adalah duat set filamen,
yaitu filamen aktin yang tipis dan
filamen miosin yang tebal. Kedua jenis
filamen tersebut menyusun sebuah
serabut otot. Setiap serabut otot diatur
sebagai ikatan unit kontraktil yang
disebut sarkomer. Sarkomer ini yang
membuat penampakan bergaris atau
lurik pada otot rangka atau otot jantung.

Sarkomer terdiri dari beberapa daerah.


Ujung tiap sarkomer disebut garis Z;
terdapat daerah gelap yang disebut
daerah A yang hanya terdiri dari filamen
miosin, berselang seling dengan daerah
terang yang disebut daerah I yang hanya
terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin
aktin dan miosin saling tumpang tindih;
sedangkan daerah tengah hanya terdiri
dari miosin yang terdiri dari zona H;
filamen aktin terikat; filamen miosin terikat
pada garis M di bagian tengah sarkomer.

Saat kontraksi filamen aktin bergeser di


antara miosin kedalam zona H, Sehingga
serabut otot memendek. Panjang pita A
tetap, sedangkan pita I dan zona H menjadi
lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari
beberapa ribu miosin yang tersusun secara
pararel. Ujung miosin mengikat ATP
kemudian mengubahnya menjadi ADP,
melepaskan beberapa energi ke miosin
yang kemudian berubah bentuk menjadi
konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi
tinggi tersebut berikatan dengan aktin
dengan kedudukan tertentu yang akan
membentuk jembatan silau.

Lalu energi yang terdapat pada miosin


dilepaskan, dari ujung miosin beristirahat
dengan energi rendah. Keadaan inilah yang
dinamakan relaksasi. Relaksasi tersebut,
mengubah sudut perlekatan yang
sebelumnya ada di ujung miosin menjadi di
ekor miosin. Ikatan antara miosin energi
rendah dan aktin akan terpecah saat
molekul ATP baru bergabung dengan ujung
miosin. Kemudian proses kontraksi akan
terjadi lagi berulang membentuk siklus.

Kelainan-kelainan pada Otot


Kelainan-kelainan otot, antara lain sebagai berikut:
1. Atrofi otot, merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil
atau karena kehilangan kemampuan berkontraksi, misalnya lumpuh.
2. Distorsi otot, penyakit ini diperkirakan merupakan penyakit genetis
dan bersifat kronis pada otot anak-anak.
3. Hipertrofi otot, merupakan kelainan otot yang menyebabkan otot
menjadi lebih besar dan lebih kuat karena sering digunakan,
misalnya pada binaragawan.
4. Hernia abdominal, kelainan ini terjadi apabila dinding otot
abdominal sobek dan menyebabkan usus melorot masuk ke rongga
perut.
5. Kelelahan otot, karena kontraksi secara terus-menerus
menyebabkan kram atau kejang.
6. Tetanus, merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi
kejang karena bakteri tetanus.
7. Keseleo, tertariknya tendon didaerah persendian dan jika terlalu
keras bisa menyebabkan putusnya otot.
8. Nyeri otot , aliran darah yang terhambat sehingga menyebabkan
peredaran darah tidak lancer. (Vander J. Arthur: 1986).

Energi untuk Kontraksi Otot

ATP (adenosin trifosfat) merupakan sumber energi bagi


otot. Akan tetapi, jumlah yang tersedia hanya dapat
digunakan untuk kontraksi dalam waktu beberapa detik
saja. Otot vertebrata mengandung lebih banyak
cadangan energi fosfat yang tinggi berupa kreatin
fosfat sehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang
segera dipakai untuk membentuk ATP dari ADP.

Persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit.


Persediaan ini harus segera dipenuhi lagi dengan cara
oksidasi karbohidrat. Cadangan karbohidrat di dalam
otot adalah glikogen. Glikogen dapat diubah dengan
segera menjadi glukosa-6-fospat. Perubahan tersebut
merupakan tahapan pertama dari proses respirasi sel
yang berlangsung dalam mitokondria yang
menghasilkan ATP.

Apabila kontraksi otot tidak terlalu intensif atau


tidak terusmenerus, glukosa dapat dioksidasi
sempurna menghasilkan CO2 dan H2O dengan
respirasi aerob. Apabila kontraksi otot cukup
intensif dan terus-menerus maka suplai oksigen
oleh darah ke dalam otot tersebut tidak cepat dan
banyak untuk mengoksidasikan glukosa. Oleh
karena itu, penyediaan energi bagi kontraksi otot
didapatkan dari proses respirasi anaerob, suatu
proses yang tidak memerlukan oksigen.
Keuntungan proses ini dapat menyediakan energi
bagi kontraksi otot dengan segera, wal aupun
jumlah energi yang diberikan relatif sedikit
dibandingkan proses aerob.

Pada respirasi anaerob, glukosa diubah menjadi


asam laktat dengan sejumlah energi. Energi ini
digunakan untuk membentuk kembali kreatin
fosfat, yang nantinya dapat menghasilkan energi
untuk membentuk ATP dari ADP.

Asam laktat yang tertimbun di dalam otot akan


segera berdifusi pada sistem peredaran darah.
Apabila penggunaan otot terus-menerus,
pembentukan asam laktat yang banyak akan
menghambat kerja enzim dan menyebabkan
kelelahan (fatigue).

Anda mungkin juga menyukai