Anda di halaman 1dari 23

97

Merancang Keturunan yang Baik, Sehat, dan Halal


Oleh: M. Danusiri
Blok.2. p. 1

Sasaran Belajar
Setelah membaca bab ini mahasiswa diharapkan:
1.

Dapat menjelaskan dan menjelaskan bahwa kehidupan seks


adalah sunatullah.

2.

Dapat menjelaskan dan menjelaskan tentang kehidupan


seksual yang benar dan sehat.

3.

Dapat menjelaskan dan menjelaskan tentang kehidupan seks


yang salah dan tidak sehat dengan berbagai dampaknya.

4.

Bersikap positif terhadap hal-hal yang berkenaan dengan


kehidupan seks yang benar dan sehat.

5.

Bersikap negatif terhadap hal-hal yang berkenaan dengan


kehidupan seks yang salah dan tidak sehat.

6.

Pada saatnya berapresiasi terhadap kehidupan seksual yang


benar dan sehat.

A. Kehidupan Seksual sebagai Sunnatullah.


Dapat dijelaskan bahwa sunnatullah mengandung arti: 1)
Hukum-hukum Allah yang disampaikan untuk umat manusia
melalui para Rasul. 2) Undang-undang keagamaan yang ditetapkan
oleh Allah yang termaktub di Al Quran. 3) Hukum kejadian dsb)
alam berjalan secara tetap dan otomatis (Kamus Besar,1990:869)
atas dasar kehendak Allah.
Dari penjelasan tentang sunatullah di atas dapat dicontohkan
berkenaan dengan definisi pertama. 1) Istri yang menolak melayani
suami padahal tidak
malaikat,

adalah

uzur maka ia (istri) akan dilaknat oleh

sebuah

sunnatullah

karena

hal

tersebut

98
merupakan sabda rasulullah saw. secara prinsip sabda rasulullah
adalah juga wahyu. Allah berfirman

(4 -3 : )
Artinya: dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut
kemauan hawa nafsu. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya - Q.S. an-Najm/53: 3-4).
Demikian sabda Rasulullah yang dimaksud:


( )

....Apabila suami mengundang istrinya ketempat tidur sedang ia


tidak memenuhinya maka laknat Malaikat atas perempuan itu sejak
ia menolak ajakan itu hingga subuh - H.Mutafaq alaih (an-Nawawi,
[t.th.]: 152).
Sebaliknya nafaqah seorang suami untuk istri dan anaknya,

keutamaanya jauh lebih besar dibanding diinfakkan Kepada yang


lain. Demikian sabda Rasullulah saw



( )
Artinya:
Satu dinar engkau nafkahkan ke jalan Allah, satu dinar engkau
nafkahkan kepada budak, satu dinar engkau sedekahkan kepada
orang miskin, satu dinar engkau nafkahkan kepada keluargamu
(istri dan anak), yang paling besar pahalanya adalah dinar yang
engkau nafkahkan kepada keluargamu - H.R. Muslim dari Abi
Hurairah (an-Nawawi, [t.th.]: 154).
Petunjuk tentang betapa besarnya pahala nafkah pada
keluarga dari Rasullulah ini secara prinsip adalah sunnatullah.
Termasuk Sunnatullah (undang-undang keagamaan) adalah wanita
muslimah kelak akan masuk surga melalui pintu manapun yang ia
suka jika saat di dunia ia memiliki karakter 1) Salat fardu yang lima.
2) Puasa Ramadhan. 3) Kesediaan menjaga kemaluan kecuali
kepada suami_ tidak selingkuh sama sekali, dan. 4) Taat pada
suami dalam hal-hal selain kedurhakaan. Demikian sabeda Nabi:

99


( )
Artinya:
Apabila wanita mendirikan salatnya yang lima, berpuasa bulan
Ramadan, memelihara kemaluannya, dan menaati suaminya, maka
dia masuk surga dari pintu-pintu surga mana pun yang dia
kehendaki - H.R. Ahmad dari Abi Hurairah (Ibrahim, l994: l84).
Puasa itu wajib adalah berdasar undang-undang keagamaan
atau sunnatullah karena perintah itu termaktub di dalam Alquran.
Demikian firman Allah


(183 )
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa (Q.S.al-Baqarah/2:183).
Apabila hendak melakukan salat supaya berwudu (Q.S. alMaidah/5: 5) adalah undang-undang keagamaan

(sunnatullah)

karena termaktub dalam Alquran. Natur api membakar, air selalu


mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan

gesekan dua benda

keras menumbulkan panas adalah hukum alam atau sunnatullah


yang bersifat pasti dan otomatis
Dari contoh-contoh di atas ada kesamaan antara sunnatullah
dengan hukum alam atau kedua-duanya identik, tetapi keduanya
juga ada perbedaannya. Sunnatullah lebih luas dibanding hukum
alam. Hukum alam hanya mengenai kejadian-kejadian alam yang
tetap dan otomatis seperti api berkarakter membakar, sedang
sunnatullah mencakup mengenai kejadian alam (gejala alam) yang
bersifat tetap dan otomatis juga mengandung undang-undang Allah
melalui perantara para Rasul, dan undang-undang keagamaan
yang termaktub dalam Alquran. Kedua hal yang terakhir tidak
tercakup dalam hukum alam. Bahkan sebagian ilmuwan (ilmuwan

100
ateisme) yang berhasil menemukan teori dan akhirnya meningkat
menjadi hukum alam bisa ingkar atau tidak mengakui undangundang keagamaan sebagaimana termaktub dalam kitab suci.
Undang-undang keagamaan, dalam hal ini Alquran, maupun
Hadis Nabi saw menjelaskan bahwa nafsu birahi terhadap lawan
jenis yang berpuncak pada hubungan seksual adalah sunnatullah.
Alquran mengatakan:




Artinya
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apaapa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di
sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga), Q.S. Ali Imran/3:
14).
Alquran juga menjelaskan bahwa semua yang tumbuh di
muka bumi, termasuk manusia dicipta Allah berpasang-pasang,
Alah berfirman:

Artinya
Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (Q.S.
Yasin/36:36).
Dalam dunia manusia, pasangan manusia laki-laki adalah
manusia perempuan. Dengan demikian, hidup berpasang-pasang
atau berjodoh-jodoh adalah sunnatullah, undang-undang Allah,
atau pula undang-undang agama Islam.
Rasulullah mengatakan bahwa nikah itu adalah sunnah dari
para Rasul. Demikian sabda beliau:

101

)
(
Artinya;
Empat perkara termasuk sunnah para Utusan (Rasul), yaitu:malu,
wewangian, siwak (gosok gigi), dan nikah (H.R. alt-Turmuzi dari
Samurah)
Karena nikah itu sunnah Rasul, maka beliau melarang
sahabatnya yang hidup membujang. Larangan itu pada akhirnya
berlaku menyeluruh bagi umat Islam. Demikian sabda Nabi saw:

)
(
Artinya:
. . .bahwa Nabi salla-llahu laihi wa sallam melarang hidup
membujang (H.R. at-Turmuzi dari Samurah).
Bagi siapa saja dari kaum muslimin yang tetap membujang,
pada hal ia mampu menikah, tetapi tidak mau melakukannya, ia
tidak diakui sebagi umat Muhammad. Demikian sabda Nabi saw:


Artinya:
. . .Barang siapa tidak menyukai sunnahku, maka ia bukan
golonganku . . .
Karena nikah yang salah satu bentuk praktisnya adalah
hubungan seksual adalah sunnatullah - dalam arti dianjurkan olehNya - maka siapa pun dengan dalih dan upaya apapun pasti tidak
bisa melawan sunnatullah tersebut. Dalam hal ini Allah berfirman:



Artinya:
Bagi mereka berita gembira bag kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar
(Q.S. Yunus/10:64).

102
Hanyalah omong kosong dan kebohongan besar kalau ada
manusia - yang jelas non muslim - untuk menjadi orang terbaik
dalam suatu agama justru hidup membujang sebagai orang suci
dan mengkhotbahkan kesucian. Di balik lagalitas bujang, ternyata
justru bergelimang dengan kehidupan seksual sekuat-kuatnya,
dengan cara apapun yang ia mau, dengan siapa pun ia suka,
dengan cara apapun ia menghendaki sehingga inses dan sodomi
mereka lakukan tanpa merasa berdosa maupun mengkhianati
umatnya (Nigel, 2007:1-274) yang jika diukur dari norma agama
Islam adalah kehidupan seksual yang paling kotor dan menjijikkan
sepanjang sejarah manuisa.
Supaya umat Islam tidak menjalani kehidupan seksual seperti
binatang atau orang-orang yang disucikan tetapi paling bobrok
dalam kehidupan ini, Rasulullah menganjurkan kepada umatnya
segera menikah setelah memiliki kemampuan (nafaqah lahir-batin).
Demikian sabda beliau:


)
(
Artinya:
Hai para pemuda, barang siapa yang mampu di antara kamu serta
berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin. Karena
sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan matanya
terhadap orang yang tidak halal dilihatnya, dan akan
memeliharakannya dari godaan syahwat. Dan barang siapa yang
tidak mampu kawin hendaklah ia puasa, karena dengan puasa
hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang (H.R. alJamaah).
Ungkapan

aghaddu

lil

bashar

wa

ahshanu

lil

farj

terkandung secara implisit baik laki-laki maupun wanita memiliki


bayangan-banyangan dan khayalan-khayalan tentang berbagai hal
berkaitan dengan seks. Konon, remaja kalau sudah jerawatan di
wajahnya pertanda ia telah memiliki bayangan dan khayalan

103
tentang seks. Untuk itulah Rasulullah sebagai pemimpin umat
mengetahui keadaan ini hingga beliau menghimbau umatnya
supaya segera menikah agar khayalan-khayalan tentang seks
berkurang karena berganti dengan realisasi-realisasi seksualitas.
Beliau sendiri mencontohinya dan melaknat bagi yang membujang
yang mampu untuk menikah.
Hanya saja realisasi hubungan seksual tidak laksana binatang
yang hanya berhukum kemauan dan kemampuan mengalahkan
pesaingnya

dengan

kekerasan.

Secara

naluri

pada

umunya

binatang hanya mengenal lain jenis sebagai pasangan, tidak


mengnal muhrim maupun tidak mengenal tempat dan situasi. Tak
ada rasa malu ketika hasrat seksual menguasai diri sehingga
terlampiaskan di mana saja - yang menurut ukuran manusia tidak
mungkin dilaksanakan umpama di tempat terbuka umum, dan
keramaian. Perkawinan dalam Islam diatur sangat rumit, sejak
meminang,

akad

nikah,

dan

kehidupan

berkeluarga

hingga

meninggal salah satu atau keduanya. Alquran menyatakan bahwa


perkawinan merupakan perjanjian yang berat. Allah berfirman:

Artinya
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian
kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami
istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat (Q.S. an-Nisa/4:21).
Beratnya perjanjian dalam perkawinan sebanding beratnya
janji para Rasul untuk menegakkan kalimat tauhid yang beresiko
kematian oleh para penentangnya atau oleh kaumnya sendiri. Isa
bin Maryam hendak di bunuh oleh umatnya sendiri, kaum Yahudi,
untung saja diselamatkan oleh Allah di-rafa. Allah berfirman:

104
Artinya:
Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S. anNisa;/4:l58).
Dengan kerumitan dan beratnya nikah terlihat essensinya
bahwa hasrat seksual tidak boleh dibunuh (dipadamkan), karena itu
sunnatullah,

tetapi

dikendalikan

dengan

juga

jangan

berbagai

dibiarkan
norma,

liar,

bahkan

melainkan
ditinggikan

derajatnya. Perkawinan adalah ibadah dan suci (sakral) sehingga


tidak boleh main-main dengan nikah, tidak bereksperimen atau
coba-coba.
Dalam kegiatan meminang, kalau seseorang meminang
gadis, jadi dilanjutkan ke jenjang berikutnya atau tidak, atau proses
peminangan belum nyata-nyata diurungkan, orang lain tidak boleh
meminangnya. Demikian sabda Nabi saw:


( )
Artinya;
Orang mukmin adalah sadara orang mukmin, maka tidak halal bagi
seorang mukmin meminang seorang perempuan yang sedang
dipinang oleh saudaranya, sehingga nyata sudah ditinggalkan (H.R.
Ahmad dan Muslim).
Atas dasar hadis di atas, Islam hanya membenarkan seorang
laki-laki melamar perempuan yang benar-benar kosong (dalam
bahasa kontemporer jomblo). Perempuan yang hendak dijadikan
jodoh haruslah seiman-tauhid. Nabi bersabda:

)

Artinya:
Sungguh perempuan itu dinikahi oleh karena agamanya, hartanya,
dan kecantikannya, maka pilih yang beragama. (HR. Muslim dan atTurmuzi dari Jabir ).

105
Perempuan seiman itu masih diseleksi lagi sehingga muncul
sederet wanita yang tidak boleh dinikahi, yaitu: (l) ibu dan ibu si ibu
(nenek) dari bapak dan seterusnya ke atas, (2) anak dan cucu
seterusnya ke bawah, (3) saudara perempuan se bapak se ibu, (4)
saudara perempuan se bapak, (5) saudara prempuan se ibu, (6)
anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah,
(7) anak perempuan dari saudara perempuan se ibu ke bawah, (8)
ibu yang menyusuinya (secara genealogis bisa orang lain tanpa ada
ikatan darah), (9) saudara sepersusuan (bukan saudara kandung)
se ayah se ibu, sebapak saja, atau se ibu saja, (I0) mertua, (11)
anak tiri manakala ibunya telah di-dukhul atau disenggamai,
(12)istri dari anak (menantu), (13) istri dari bapak (ibu tiri), (14)
saudara ipar (kakak atau adik dari istri sebapak-seibu, se bapak
saja, atau se ibu saja jika di kawin bersama-sama (Soeleman Rasjid,
l981:369).
Perempuan yang dapat dinikahi tidak otomatis langsung
dapat dinikahi, melainkan harus jelas walinya. Islam memberikan
penjelasan siapa saja yang berhak menjadi wali bagi perempuan
yang hendak menikah, yaitu: (1) bapaknya, (2) kakek, (3) saudara
laki-laki sebapak seibu, (4) saudara laki-laki se bapak,(5) anak lakilaki dari saudara laki-laki se bapak se ibu, (6) anak laki-laki dari
saudara laki-laki se bapak, (7) saudara bapak yang laki-laki, (8)
anak laki-laki dari paman/pakde pihak bapak, (9) hakim (Soeleman
Rasjid, l981:364).
Siapa yang menjadi wali sebagaimana urutan prioritas di atas
ada persyaratan internal dalam diri mereka, yaitu wali harus: (1)
beragama Islam, (2) baligh, (3) berakal sehat, (4) merdeka/bukan
budak, dan (5) adil (Soeleman Rasjid, l981:364). Syarat perwalian
baru gugur jika perempuan yang hendak menikah itu telah menjadi
janda.

106
Setelah persyaratan-persyaratan di atas dipenuhi, bagi lakilaki yang hendak menikahi wanita pilihannya diwajibkan memberi
mahar atau mas kawin, boleh berupa uang atau benda. Dalam hal
ini Allah berfirman:


Artinya:
. . .Berilah perempuan yang kamu
pemberian/mahar . . . (Q.S. an-Nisa;/4:4).

kawini

itu

suatu

Selanjutnya upacara akad nikah dapat dilangsungkan. Pihak


yang mesti harus terlibat adalah: calon pengantin perempuan,
calon pengantin laki-laki, wali dari perempuan, maskawin dari calon
pengantin laki-laki untuk calon istrinya, dan dua orang saksi yang
seiman (Islam, baligh, dan berakal sehat). Selebihnya hanya
bersifat legal seperti petugas pencatatan nikah dari KUA (Kantor
Urusan Agama) dan asesoris yang menambah suasana meriah,
khidmad, dan kemegahan. Aneka asesoris baik yang bersifat
keindahan

maupun

upacara-upacara

tradisional

dan

lokal

ditoleransi oleh Islam sepanjang tidak menimbulkan takhayyul,


bidah, khurafat, dan syirik (disingkat menjadi TBC+S) dan tetap
konsisten dalam kemurnian tauhid.
Akan sangat utama kalau upacara ijab qabul dilangsungkan di
masjid. Nabi saw bersabda: alinu an-nikaha wajaalu fi almasajid . . . (umumkanlah pernikahan dan laksanakan di masjid. . .
H.R. at-Turmuzi dari Aisyah).
Formula

(sighat)

akad

nikah

yang

menggambarkan

pernyataan hasrat menikah dari calon mempelai laki-laki dengan


mahar diserahkan kepada wali calon penganten perempuan selanjutnya nanti maskawin itu diserahkan kepada mempelai
wanita - dan kebolehan wali menerima hasrat calon pengantin lakilaki dalam rumusan dialogis adalah - contohnya - sebagai berikut:

107
Wali

:Aku menikahkan engkau wahai Ahmad Sumarno bin


Ahmad Margono dengan anakku Naila binti Ahmad Kosim
dengan mahar Seperangkat alat salat, uang sebanyak 200
juta, dan sebidang tanah seluas 500 M.2 berikut bangunan
yang ada di atasnya tunai.

Calon penganten laki-laki: Saya terima menikahi saudari Nailah


binti Ahmad Kosim dengan maskawin tersebut tunai.
Selesai ijab-qabul kedua calon mempelai menjadi mempelai
sah dan resmi sebagai suami istri, pasangan hidup yang salah
satunya adalah kehidupan seksual. Karena secara prinsip nikah
adalah ibadah dan suci, maka para hadirin yang menyaksikan
upacara pernikahan ini supaya mendoakan keduanya dengan
kandungan doa barakah. Contoh doa yang diajurkan Nabi saw
adalah sebagai berikut:

)
(
Artinya:
Semoga Allah memberkat
dan Dia memberkati kamu, dan
mempertemukan kamu berdua dalam kebaikan (H.R. at-Turmuzi
dari Abu Hurairah)
Atau menurut formula Ulama yang semakna dengan hadis Nabi saw
di atas :


Artinya:
Berkah Allah atas kamu berdua dan semoga Allah mempertemukan
kamu berdua dalam kebaikan dan kebahagiaan.
Atau



Artinya;
Ya Allah pertemukan diantara keduanya dalam suasana sejahtera
dan gembira. Ya Allah anugerahkan keturunan yang salih-salihat

108
penyenang hati bagi keduanya, Islam, dan bagi manusia semuanya
(Tim, 2003:147).
B. Seksualitas Yang Benar dan Sehat
1. Kesucian
Bentuk

perawatan

kehidupan

seksualitas

adalah

pelaksanaan pemenuhan syariat Islam di bidang ini. Jika syariat


ini dipenuhi pastilah kegiatan seks itu benar dan sehat.
Sebagian perawatan seksualitas terkait dengan norma lain di
dalam Islam umpama terkait dengan salat, membaca Alquran,
aneka rukun haji, dan itikaf di Masjid.Aneka macam ibadah ini
mensyariatkan suci tempat, suci pakaian, dan suci badan
(sekujur tubuh inklusif alat vital), baik

suci-bersih dari hadas

maupun najis. Kalau minimal seorang muslim-muslimah salat


lima kali sehari semalam, ia harus berwudu lima kali pula. Di
dalam setiap wudu harus harus bersih sekujur tubuh - inklusif
alat vital.Dengan demikian setiap muslim rata-rata minimal
membersihkan alat kelaminnya lima kali. Dengan demikian,
kapan saja seorang muslim hendak melakukan hubungan
seksual dengan pasangan hidupnya yang sah pastilah keduanya
dalam keadaan bersih. Akan lebih utama kalau sebelum
melakukan hubungan seksual dibersihkan secara khusus, lebih
utama lagi kalau dibersihkan pembersih yang dapat menetralisir
kuman, basil, virus, atau parasit yang mungkin hinggap pada
alat vital. Keutamaan-keutamaan ini supaya di dasarkan pada
pelaksanaan ajaran Islam tentang kesucian: wa-llahu yuhibbu almutathahhirin. . .(Allah menyenangi orang yang menyucikan diri
- Q.S. at-Taubah/9:l08).
2. Berdoa
Apabila
keduanya

seorang

hendaklah

contohkan adalah:

suami-istri

saling

berdoa.

hendak
Doa

berhubungan,

yang

Rasulullah

109

)
(
Artinya
Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan, dan jauhkanlah syaitan
terhadap rizki yang telah Engkau anugerahkan kepada kami
(H.R. at-Turmuzi dari Ibnu Abbas).
Apresiasi kegiatan seks menurut Islam ini tidak sematamata pelampiasan nafsu birahi, melainkan harus tetap sadar
akan eksistensi iman, ingat kepada Allah, bahkan memohon
kepada-Nya supaya dijauhkan dari syaitan.
3. Peragaan
Islam memberikan kebebasan cara yang disenangi dalam
melakukan senggama, yang penting masih dalam hubungan
kelamin. Di luar itu, umpama wati dubur
istrinya dan al-harf

(sodomi) terhadap

(memasukkan penis ke dalam saluran air

kencing) tetap dilarang keras. Tentang peragaan senggama


Alquran mengatakan



Artinya
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok
tanammu bagaimana saja kamu kehendaki dan kerjakanlah
amal yang baik untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah
kabar
gembira
orang-orang
yang
beriman
(Q.S.
alBaqarah/2:223).
Pengertian
kehendaki)
senggama

anna

mengandung
atas

dasar

syitum

(bagaimana

pengertian
selera

bagi

antara

saja

lain

suami-istri

kamu

peragaan

yang

akan

melakukannya, boleh dengan cara saling berhadap-hadapan


(muqbilat), secara memiringkan tubuh atau berguling-guling
(mustaqliyat),

atau

suami

mendatangi

istri

dari

arah

belakangnya, tetapi tetap pada lubang vagina /mudbirat - Hasan

110
al-hamsi [t.th]:75-76, Muslim,I,[t.th.]:606-607), bukan lubang
yang lain (dubur dan saluran air seni).
4. Tidak menggosip Pasangan
Ketika beberapa wanita (ibu-ibu) berkumpul, demikian
juga laki-laki (bapak-bapak) sering terjadi obrolan santai ke sana
kemari, tanpa topik yang jelas ditentukan terlebih dulu, tetapi
obrolan itu amat asyik dan sering lupa waktu, bisa menggosip
pasangan

hidupnya

sendiri

(suami

menggosip

istri

atau

sebaliknya) tentang berbagai hal dengan seksualitas (bisa


barang, keadaan, perilaku). Hal ini dilarang keras dalam Islam.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:


( )
Artinya
Sesungguhnya sejelek-jelek manusia pada hari kiyamat adalah
seorang suami yang menggosip istrinya dan istri menggosip
suaminya mengenai rahasianya (H.R. Muslim dari Abi Said alHudri - Muslim,I [t.th.]:608).
Yang di maksud rahasia adalah hal-hal yang menyangkut
tentang kehidupan seksualitas.
5. Penyimpangan Seksual
Jika

aturan-aturan

agama

(syariat)

dipenuhi

dalam

apresiasi seksual, pasti hubungan seksual itu benar dan


sekaligus sehat baik secara jasmani maupun rohani, dan
membawa kemanfaatan dunia-akhirat. Tetapi jika sebaliknya,
yaitu hanya semata-mata pelampiasan nafsu, tentu banyak
negatifnya yang ditimbulkan. Berikut ini dijelaskan beberapa
bentuk hubungan seks yang tidak diperbolehkan. Jika tetap
dilakukan berarti penyimpangan.
a. Keadaan Menstruasi
Dalam pasangan yang menurut Islam sah
otomatis

hubungan

seks

kapan

saja

tidak

diperbolehkan,

111
melainkan tetap saja ada pembatasan atau saat-saat tertentu
tidak diperbolehkan. Larangan ini jika dikaji secara mendalam
sebenarnya mengandung manfaat bagi yang bersangkutan,
bukan orang lain. Di antara larangan itu adalah tidak boleh
melakukan senggama ketika istri sedang menstruasi. Alquran
mengatakan:




Artinya
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: haid
itu adalah kotoran. Oleh sebab itu hendaklah
mereka,
sebelum mereka suci. Apa bila mereka telah suci, maka
campurilah mereka di tempat yang telah diperintahkan Allah
kepadamu. Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mnenyucikan diri (Q.S. alBaqarah/2:222).
Yang dimaksud menjauhkan diri dari wanita haid hanya
terbatas tidak melakukan persetubuhan dengan memasukkan
penis ke dalam lubang vagina. Bercumbu rayu di antara
keduanya diperbolehkan.
Ayat ini turun berkenaan dengan tradisi orang Yahudi
bahwa wanita haid tidak boleh makan bersama suami,
termasuk tinggal di rumah bersama suami, apalagi berjima.
Dengan demikian ayat ini sebagai jawaban bahwa wanita
haid tetap dihormati dalam semua urussan kehidupan. Justru
ayat ini mengingatkan kepada suami agar tidak ceroboh dan
rakus. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

)
(
Artinya:
. . . perbuatlah (terhadap istri) selain senggama (H.R. Muslim
dan at-Turmuzi dari Anas bin Malik - Hasan al-Hamsi,[t.th.]:74.

112

b. Azl
Azl adalah mencabut penis dari vagina ketika si suami
inzal (orgasmus dan mengeluarkan sperma) karena khawatir
akan

terjadi

kehamilan

bagi

istri.

Sebaiknya

jangan

melakukan azl karena bisa mengecawakan istri maupun diri


sendiri.

Kalau

ingin

menghidari

kehamilan

dalam

persenggamaan hendaklah ditempuh dengan cara lain yang


sah, umpama memakai kondom berkualitas baik, tissu anti
hamil, suntik KB, spiral bagi istri atau yang lain yang cocok
dan sehat atas nasihat dokter ahli. Cukup banyak hadis yang
melarang

azl.

Meskipun

Pertanyaan tentang azl

larangan

itu

kurang

tegas.

oleh sahabat berulangkali, tetapi

nampaknya Rasulullah enggan menanggapinya secara vulgar.


Diantaranya demikian:


()
Artinya:
Tidak ada setiap air mani itu (yang tumpah) tidak menjadi
anak. Apabila Allah menghendaki mencipta sesuatu tidak ada
yang mencegahnya - H.R. Muslim dari Abu Said al-hudri
(Muslim,I,[t.th.]:608).
Ketika ada pertanyaan - dan pertanyaan ini terjadi
berulang-ulang -

yang nada-nada pertanyaan itu meminta

agar diperbolehkan azl Nabi menjawab: Ana abdu-llah wa


Rasuluh - H.R. Muslim dari Jabir bin Abdu-llah (Muslim,I,
[t.th.]:610).
Ketidakbolehan azl dimaksudkan melindungi wanita
jangan sampai mereka hanya semata-mata sebagai pemuas
nafsu laki-laki. Di zaman sahabat, umumnya mereka memiliki
istri lebih dari satu, plus budak wanita. Jika ia menyetubuhi
mereka

dan

tidak

menginginkan

kehamilan,

mereka

113
melakukan azl kemudian kekurangpuasan itu,

ia lalu

menggilir istri lain di saat itu pula. Itulah sebabnya Rasulullah


melarang

azl

dan

bertanggungjawab

supaya

atas

mereka

kaum

laki-laki

perbuatannya.Laki-laki

maupun

perempuan harus sama-sama merasakan kesenangan dalam


persetubuhan. Dalam hal ini Allah berfirman:


Artinya:
. . .mereka, wanita, adalah pakaianmu dan kamu, laki-laki,
adalah pakaian mereka (wanita). . . (Q.S. al-Baqarah/187).
Dalam ayat ini mengandung pengertian bahwa antara
suami dan istri adalah setara dan saling mengambil manfaat
atas pasangannya.
c. Transeksualisme
Transeksualisme termasuk gangguan identitas

jenis,

umpama secara fisik laki-laki (memiliki penis) tetapi lebih


merasa sebaliknya; atau wanita (memiliki vagina) tetapi lebih
merasa sebagai bukan wanita. Cara hidup semacam ini tidak
dibenarkan menurut Islam. Rasulullah bersabda:


( )
Artinya:
Allah melaknati wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki
yang menyerupai wanita (H.R. at-Turmuzi)
Bentuk

transeksualisme yang lebih umum adalah

secara fisik laki-laki tetapi berperangai wanita dan dikenal


dengan nama waria, dalam bahasa Jawa wandu.
Meniru

hanya

terbatas

pada

pakaian

yang

tidak

keterlaluan, umpama wanita memakai celana jeans model


laki-laki, memakai T,shirt, memakai kemeja, atau laki-laki
memakai kemeja dengan motif bunga-bunga (sembagi),

114
dapat ditoleransi dan tidak termasuk transeksualisme, tetapi
telah menjadi isyarat yang bisa saja mengarah kepada
transeksualisme beneran. Apabila wanita sudah berperilaku
dan berperasaan laki-laki (pakaian tentu bermodel laki-laki)
lalu berperasaan seksnya terhadap wanita (sejenis) termasuk
transeksualisme
Rasulullah

(Hawari,l997:383-384).

melarang

homoseksual

dan

Dengan
lesbian

tegas
dengan

sabdanya sebagai berikut:



( )
Artinya
Jangnlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki (lain)
janganlah wanita melihat aurat wanita (lain); janganlah lakilaki berada (bersetubuh) dengan laki-laki dalam satu selimut;
janganlah wanita berada (bersetubuh) dengan wanita dalam
satu selimut (H.R. at-Turmuzi,IV,[t.th.]: l96).
d. Selingkuh dan Hidup Bersama di Luar Nikah
Hidup bersama di luar nikah adalah hubungan antara
laki-laki dan perempuan dalam satu rumah tetapi tidak diikat
oleh perkawinan supaya masing-masing lebih merasa bebas
tidak ditekan satu sama lain, termasuk dalam hubungan
seksual. Seks hanya semata sebagai pancaran kebutuhan
biologis dan bebas dari ikatan agama (Hawari,l9997:223).
Kehidupan semacam ini dilarang keras dalam Islam karena
termasuk kategori zina, yaitu hubungan seksual laki-lakiperempuan di luar nikah. Nabi saw bersabda:

( )
Artinya:
Lesbi di antara wanita adalah zina mereka (H.R. Thabrani PP.4, 2003:228).

115
Zina adalah perbuatan keji menurut Islam. Demikian
Allah berfirman:


Artinya:
. . . Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk (Q.S. al-Isra/17:32).
Termasuk zina adalah selingkuh. Perselingkuhan adalah
hubungan seksual di luar nikah yang masing-masing pihak
atau salah satunya mempunyai pasangan hidup (suami atau
istri) yang sah menurut syariat Islam. Seorang istri memiliki
suami yang sah tetapi bersebadan dengan laki-laki lain
disebut zina muhshan. Pelaku zina muhshan dihukum dengan
dilempari batu hingga meninggal. Zina ghairu muhshan, yaitu
perzinaan antar bujang dihukum dengan dilempari batu 100
kali. Penghukum (eksekutor) tidak boleh merasa kasihan
terhadap pelaku zina. Demikian firman Allah:




Artinya:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka
deralah tiap-tiap orang dari keduanya 100 kali dera, dan
janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada
Allah dan hari akhir, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang
beriman (Q.S. an-Nur/24:2).
Dengan demikian pelaku perbuatan seks menyimpang
berakibat amat menyakitkan atau bahkan mematikan, bukan
hanya mengganggu kesehatan.
e. Masturbasi

116
Kelihatannya
bersenang-senang

masturbasi
dengan

(al-istimta

menggunakan

bi

al-yad)

tangan)

atau

secara ekstrim dikatakan zina tangan tidak dikenal dalam


tradisi Islam generasi pertama, zaman Rasulullah, sehingga
baik Alquran maupun as-Sunnah tidak menyinggungnya,
tidak ada pertanyaan dari para sahabat kepada Nabi saw
tentang masturbasi, maupun tidak ada kisah dan kasus dari
sahabat atau komunitas di negara Madinah di zaman Nabi
tentang

masturbasi.

Kelihatannya

tradisi

seksual

menyimpang ini, masturbasi, berasal dari Eropa lalu melanda


ke wilayah lain, termasuk di Indonesia.
Karena essensi masturbasi adalah pelampiasan nafsu
birahi tetapi menyimpang dari kenormalan, maka tentunya
disamakan dengan zina, dilarang, dan tidak boleh mencoba
melakukannya;

wala

taqrabu

az-zina.

Secara

umum

Rasulullah memerintah supaya menjaga aurat (kemaluan)


kecuali kepada istrinya atau suaminya. Demikian sabda
Rasulullah saw:

)
(
Artinya:
. . . jagalah auratmu kecuali kepada istrimu atau budak
wanitamu (H.R. at-Turmuzi dari kakek Bahaz bin Hakim - atTurmuzi,IV,[t.th.]:188).
Dalam hadis ini dijelaskan bahwa membuka aurat
diperbolehkan ketika melakukan jima terhadap istri atau
wanita lain yang halal dijima, yaitu budak wanita (amat). Di
luar itu tidak boleh kecuali ketika buang air. Mandi saja
sebaiknya tetap memakai kain penutup, kecuali di kamar
mandi yang tertutup.Di dalam persepian, tetap tidak boleh
membuka aurat karena Allah tetap mengetahui, demikian

117
juga malaikat yang bertugas mengikuti kita untuk merekan
semua aktifitas yang kita lakukan untuk diskor termasuk
kategori

perbuatan

yang

mengandung

pahala

atau

mengandung dosa. Dengan demikian, ketelanjangan yang


tidak perlu jangan dilakukan.
Untuk

mengendalikan

emaginasi-emaginasi

seksual

bagi perjaka yang belum menikah supaya melakukan puasa


yang sungguh-sungguh. Nabi Bersabda:


( )
Artinya
Wahai para pemuda, barang siapa yang ingin menikah
sedang ia mampu, maka hendaklah ia menikah, karena
menikah itu dapat menjaga mata (untuk melihat wanita) dan
menjaga kesucian farji. Barang siapa yang belum mampu
menikah, maka hendaklah ia berpuasa karena dapat
mengurangi khayalan-khayalan tentang wanita (al-Hadis).
Memahami hadis di atas begitu jelas bahwa masturbasi
termasuk yang dilarang dalam agama. Ketidaktegasan sabda
Nabi tentang ini adalah terlalu suci bagi

Rasulullah untuk

berkata sia-sia dan tidak perlu.

Latihan-latihan
1. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara hukum alam dan
sunnatullah,

berilah

contohnya

masing-masing

berikut

keterangannya sehingga persamaan dan perbedaan diantara


keduanya menjadi semakin jelas.

118
2. Berilah

argumen

naqli

maupun

aqli

bahwa

menikah

itu

sunnatullah !
3. Bisakah

manusia

melawan

sunnatullah,

termasuk

dalam

pernikahan ? Berilah argumen secara rasional maupun buktibuktinya yang autentik !


4. Jelaskan aturan meminang seorang gadis muslimah yang benar
menurut ajaran Islam !
5. Jelaskan karakter wanita (yang telah bersuami) yang baik ,
demikian karakter laki-laki (yang beristri) yang baik !
6. Jelaskan persyaratan wali dan saksi dalam akad nikah antara
pengantin muslim dan pengantin muslimah !
7. Jelaskan peragaan seksualitas yang baik, benar , dan sehat !
8. Jelaskan siapakah orang yang terburuk ketika dibangkitkan
besok di hari kiyamat !
9. Sudahkah kamu merasa mampu untuk menikah ? jelaskan
argumentasimu
mampu

baik

merasa

sudah

mampu

atau

belum

! Berpuasakah kamu jika merasa belum mampu

menikah ? Apa yang kamu perbuat jika emaginasi-emaginasi


seksual muncul sementara kamu belum kawin ?
10. Ada teks sebagai berikut:


Pertanyaan:
a. Tulis kembali dan harakati secara benar !
b. Terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara baik dan
benar !
c. Jelaskan apa kandungan ayat itu dalam kaitannya dengan
kehidupan seksualitas ?
d. apa arti kata yang digarisbawahi ?

119
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur-anul-Karim
Abdu-llah, Ahmad fuad, al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Quran alKarim. Indonesia: al-Maktabah Dahlan, [pt.th.].
Cawthorne, Nigel, Rahasia kehidupan Seks para Paus (trans) Hilmi
Mustafa & Sigit P. Yogyakarta: Alas, 2007.
Al-Hamsi, Muhammad Husain, Quran Karim: tafsir wa Bayanu maa
Asbab an-Nuzul li as-Sayuti. Bairut: Dar ar-Risalah, [t.th.].
Ibrahim, Majdi as-Sayyid, 50 Wasiat Rasulullah saw Bagi Wanita
(trans.) Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka Alkautsar, l994.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN.Balai Pustaka, l990
Rasjid, Soeleman, Fiqh Islam, Jakarta: Attahiriyah, l981.
Tim PP. Muhammadiyah , Tanya Jawab 4 dan 5. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2003.
An-Nawawi, Muhiyyi ad-Din Abi Zakaria bin Syaraf. Riyad ashShalihin. Surabaya: Syirkah wa Mathbaah Ahmad bin Said
bin Nabhan, [t.th.].
Shahih Muslim. Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, [t,th.].
at-Turmuzi, Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan at-Turmuzi
wa Huwa al-Jami as as-Shahih, Semarang: Toha Putra,
[t.th.].

Anda mungkin juga menyukai