Anda di halaman 1dari 7

I.

Definisi
Hepatitis B merupakan penyakit nekroinflamasi hepar yang
disebabkan infeksi virus hepatitis B. Virus hepatitis B menyerang hati,
masuk melalui darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yang
terinfeksi seperti halnya virus HIV. Virus hepatitis B adalah virus
nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan
langsung pada sel hepar. Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat
menyerang sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan

II.

radang dan kerusakan pada hepar


Etiologi
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini
pertama kali ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal
dengan nama antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus.Virus
hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut
"Partikel

Dane".

membungkus

Lapisan

partikel

luar

inti

terdiri

(core).

atas

Pada

inti

antigen

HBsAg

terdapat

DNA

yang
VHB

Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg)


dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri
atas lipo protein dan menurut sifat imunologik proteinnya virus
Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr.
Subtipe

ini

secara

epidemiologis

penting,

karena

menyebabkan

perbedaan geomorfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis


B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari.

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis


B. Virus Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di
membran

sel

hepar

kemudian

mengalami

penetrasi

ke

dalam

sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya,


sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan
menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan
keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan
berintegrasi;

pada

DNA

tersebut.

Selanjutnya

DNA

VHB

memerintahkan gel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan
kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke
peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik
disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi.
Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi
keadaan karier sehat.
Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non
B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati
dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit.
Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila
penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas
didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan
terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal
melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang
berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi
hepatitis kronik aktif.
III.

Faktor Predisposisi

Faktor Host (Penjamu)


Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang
dapat mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor
penjamu meliputi:
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling
sering pada bayi dan anak (25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi
kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak
bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 %
dan pada orang dewasa 3-10%. 8 Hal ini berkaitan dengan
terbentuk

antibodi

dalam

jumlah

cukup

untuk

menjamin

terhindar dari hepatitis kronis.


b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis
B dibanding pria.
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih
sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering

terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat


imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum
berkembang sempurna.
d. Kebiasaan hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena
aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu
obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B
adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan,
petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka
dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan
material manusia (darah, tinja, air kemih).
Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk
DNA virus. Virus
Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan
HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus
dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang
menyebabkan

perbedaan

geografi

dalam

penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan


Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan.
Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia.
Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.
Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

lingkungan adalah:
Lingkungan dengan sanitasi jelek
Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
Daerah unit laboratorium
Daerah unit bank darah
Daerah tempat pembersihan
Daerah dialisa dan transplantasi.
Daerah unit perawatan penyakit dalam

IV.

Sumber dan Cara Penularan

Dalam kepustakaan disebutkan sumber penularan virus Hepatitis B


berupa:
a. Darah
b. Saliva
c. Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B
d. Feces dan urine
e. Lain-lain: Sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran
yang

terkontaminasi

virus

hepatitis

B.

Selain

itu

dicurigai

penularan melalui nyamuk atau serangga penghisap darah.


Cara penularan infeksi virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu :
a. Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa
misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar
virus hepatitis B dan pembuatan tattoo
b. Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda
yang tercemar virus hepatitis B.
Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B
dibagi 2 cara penting yaitu:
a. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu
yang HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi
selama masa perinatal. Resiko terinfeksi pada bayi mencapai 5060 % dan bervariasi antar negara satu dan lain berkaitan dengan
kelompok etnik.
b. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari
seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya,
misalnya: melalui hubungan seksual.
V.

Tanda dan Gejala


Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi
klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu :
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap
individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan
hilangnya virus hepatitis B dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri
atas :
a. Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran
ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
1) Fase Praikterik (prodromal)
Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam
tinggi, anoreksia, mual, nyeri didaerah hati disertai perubahan

warna air kemih menjadi gelap. Pemeriksaan laboratorium mulai


tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum, SGOT dan SGPT,
Fosfatose alkali, meningkat).
2) Fase lkterik
Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai
hepatomegali dan splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat
dengan puncak pada minggu kedua. setelah timbul ikterus,
gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati
abnormal.
3) Fase Penyembuhan
Fase
ini
ditandai

dengan

menurunnya

kadar

enzim

aminotransferase. pembesaran hati masih ada tetapi tidak


terasa nyeri, pemeriksaan laboratorium menjadi normal.
b. Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan
sebagian besar mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari,
lima puluh persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya
penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi
pemeriksaan

SGOT

memberikan

hasil

yang

tinggi

pada

pemeriksaan fisik, hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat


menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai
gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan
uremia.
Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B
terhadap individu dengan sistem imunologi kurang sempurna
sehingga mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak efektif
dan terjadi koeksistensi dengan VHB. Kira-kira 5-10% penderita
hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B kronik. Hepatitis ini
terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang
VI.
VII.

mantap.
Patofisiologi
(terlampir)
Pemeriksaan Penunjang
Oleh karena penderita hepatitis B seringkali tanpa gejala maka
diagnosis seringkali hanya bisa ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium. Kadangkala baru dapat diketahui pada waktu menjalani
pemeriksaan rutin atau untuk pemeriksaan dengan penyakit-penyakit
yang lain.

Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah:


1. Tes antigen-antibodi virus Hepatitis B:
a. HbsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B)
Merupakan material permukaan/kulit VHB. HBsAg mengandung protein
yang dibuat oleh sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg
positif, artinya individu tersebut terinfeksi VHB, karier VHB, menderita
hepatatitis B akut ataupun kronis. HBsAg bernilai positif setelah 6
minggu infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil tetap
setelah lebih dari 6 bulan berarti hepatitis telah berkembang menjadi
kronis atau pasien menjadi karier VHB. HbsAg positif makapasien dapat
menularkan VHB.
b. Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg)
Merupakan antibodi terhadap HbsAg.
menunjukan

adanya

antibodi

Keberadaan

terhadap

VHB.

anti-HBsAg

Antibodi

ini

memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes


anti-HbsAg bernilai positif berarti seseorang pernah mendapat
vaksin VHB ataupun immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada
bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg posistif
pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis B
menunjukkan bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB.
c. HbeAg
Yaitu antigen envelope

VHB yang berada di dalam darah. HbeAg

bernilai positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau


membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini infeksi terus
berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan
berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang memiliki HbeAg
positif dalam keadaan infeksius atau dapat menularkan penyakitnya
baik kepada orang lain maupun janinnya.
d. Anti-Hbe
Merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang diproduksi oleh
tubuh. Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan
fase non-replikatif.
e. HbcAg (antigen core VHB)
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di
dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan
f.

keberadaan protein dari inti VHB.


Anti-Hbc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B)
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua
tipe yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi

menunjukkan infeksi akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc


negatif menunjukkan infeksi kronis pada seseorang atau orang
tersebut penah terinfeksi VHB.
2. Viral load HBV-DNA. Apabila positif menandakan bahwa penyakitnya
aktif dan terjadi replikasi virus. Makin tinggi titer HBV-DNA
kemungkinan perburukan penyakit semakin besar.
3. Faal hati. SGOT dan SGPT dapat merupakan tanda bahwa penyakit
hepatitis B-nya aktif dan memerlukan pengobatan anti virus.
4. Alfa-fetoprotein (AFP), adalah tes untuk mengukur tingkat AFP,yaitu
sebuah protein yang dibuat oleh sel hati yang kanker.
5. USG (ultrasonograf), untuk mengetahui timbulnya kanker hati.
6. CT (computed tomography) scan ataupun MRI (magnetic resonance
imaging), untuk mengetahui timbulnya kanker hati.
7. Biopsi hati dapat dilakukan pada penderita untuk memonitor apakah
pasien calon yang baik untuk diterapi antivirus dan untuk menilai
keberhasilan terapi
VIII.

Penatalaksanaan

IX.

Asuhan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai