Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PAI

AKHLAK KEPADA ALLAH SWT


A.

Akhlak Kepada Allah SWT


Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang

seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan. Sekurang kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah
SWT.
Pertama, karena Allah SWT lah yang menciptakan manusia. Dia yang
menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang
rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 57, sebagai berikut :
()
( ) ( )

Artinya : (5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang
terpancar

dari

tulang

sulbi

(punggung)

dan

tulang

dada.

Kedua, karena Allah SWT lah yang telah member perlengkapan panca indera,
berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping
anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT
dalam syrat An-Nahl ayat 78 :

,


()
Artinya : (78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran,
penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.
Ketiga, karena Allah SWT lah yang menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan
lainnya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :


()

,

Artinya : (12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal
dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13).
Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu
semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir.
Keempat, Allah SWT lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa ayat
70




( )

Artinya : (70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan
Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna.
Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak
kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat
dan terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang
muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk ciptaan, dimana konteks
ciptaan ialah hasil pencipta, maka dalam penciptaan pasti memiliki pencipta.
Kemudian siapakah yang menciptakan manusia?. Allah SWT adalah sang
pencipta, maha pencipta, tidak hanya manusia saja yang diciptakannya, namun
Malaikat, binatang, syaitan, bahkan alam semesta beserta isinya merupakan
ciptaan Allah SWT.
Maka hendaklah seorang manusia mensyukuri atas terciptanya kepada
sang pencipta, bagaimana kita mensyukurinya?. Salah satu wujud kesyukuran
yang harus diimplementasikan manusia kepada penciptanya adalah dengan cara
mengakhlakinya.

Sehingga munculah pertanyaan besar bagi kita Bagaimanakan kita


mengakhlaki pencipta kita?, untuk menjawab pertanyaan itu hendaklah kita
mengetahui hakikat kita yang sebenarnya, untuk itu kita harus Bertaqwa kepadaNya, Cinta dan Ridho atas kehendaknya, Ikhlas atas segalanya, Khauf dan raja
kepada-Nya, Senantiasa bertawakal kepadanya, selalu mensyukuri nikmatnya,
senantiasa bermurakabah dengan-Nya, dan selalu bertaubat atas segala
kesalahan kita kepada-Nya.

B.

Taat Terhadap Perintah-Nya


Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika
kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah Nya.,
padahal Allah SWT lah yang telah memberikan segala - galanya pada dirinya.
Allah

SWT

berfirman

dala

Al-Quran

surat

An-Nisa

ayat

65

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka


menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.
Kendati demikian, taat keada Allah SWT merupakan konsekwensi
keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini
merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam Sebuah hadits,
Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda :
Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya
(keinginannya) mengikuti apa yang telah dating dariku (Al-Quran dan Sunnah).
(HR. Abi Ashim Al-Syaibani)

C.

Tawakal
Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-

Mulk ayat 15 di jelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi


utuk

mecari

rizki

dengan

berdagang,

bertani

dan

lain

sebagainya.

Sahl At-Tusturi mengatakan, Barang siapa mencela usaha (meninggalkan


sebab) maka dia telah melncela sunatullah (ketetentuan yang Allah SWT
ciptakan). Barang siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah SWT)

maka dia telah meninggalkan keimanan. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas
Amnanah Yang Di Embankan Padanya.
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT,
adalah memiliki rasa tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan padanya.
Karena pada hakekatnya, kehidupan ini-pun merupakan amanah dari Allah SWT.
Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah SWT
berikan padanya, maka itu meruakan amanah yang kelak akan diminta
pertanggung jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda.
Dari

Umar

R.A,

Rasulullah

SAW

bersabda

Setia kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap
apa yang dipimpinnya. Seorang Amir (presiden/imam/ketua) atas manusia,
merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta
tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap
kalian adalah pemimpin, dan bertanggujng jawab atas aa yang dipimpinnya.
(HR. Muslim).

D. Ridlo terhadap ketentuan Allah SWT


Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah
SWT, adala ridla terhadap segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada
dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun
keluarga yang kurang mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya,
atau hal-hal lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa
yakin terhadap apaun yang Allah SWT berikan padanya. Baik yang berupa
kebaikan,

atau

berupa

keburukan.

Rasulullah

SAW

bersabda

Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah


dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena
ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia
tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya. (HR. Bukhari).
Apalagi

terkadang

sebagai

seorang

manusia,

pengetahuan

atau

pendangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu

yang kita anggap baik, justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk
ternyata malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.
E.

Senantiasa Bertaubat Kepada-Nya


Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari
sifat lalai dan lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan tabiat manusia. Oleh
karena itulah, etika kita kepada Allah SWT manakala kita sedang terjerumus
kedalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan kepada Nya adalah dengan
segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :
Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampunterhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa
selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka
mengetahui.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki
obsesi dan orientasi dalam segala aktifitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia
tidak beramal dan beraktifitas untuk mencari keridloan atau pujian atau apapun
dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridloan Allah SWT tersebut,
terpaksa harus mendapatkan ketidaksukaan dari para manusia lainnya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita :
Barang siapa yang mencari keridloan Allah dengan adanya kemurkaan manusia,
maka Allah akan memberikan keridloan manusia juga. Dan barang siapa mencari
keridloan manusia dengnan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan
kebencian-Nya pada manusia. (HR. Tirmidzi Al-Qodloi dan Ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam
dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang
dicarinya tentulah hanya keridloan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah
menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.

F. Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya


Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang mulim terhadap
Allah SWT adalah merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang
bersifat mahdloh, ataupun ibadah yang ghairu mahdloh. Karena, pada
hakekatnya seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman : Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia,

melainkan

supaya

mereka

beribadah

kepada-Ku.

Oleh karenanya, sebagai aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain
sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah
SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdloh saja, seperti
puasa, shalat, haji dan lain sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting
untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktifitas dalam rangkaian tujuan untuk
dapat menerakpak hukum Allah SWT di muka bumi ini. Sehingga islam menjadi
pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat islam pada khhususnya dan
juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.

G.

Banyak Membaca Al-Quran


Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang muslim
terhadap Allah SWT adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi
ayat-ayat, yang merupakan firman-firman Nya. Seseorang yang mencintai
sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga
dengan mukmin yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebutnyebut asma Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman Nya.
Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Quran yang
demikian besarnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan kepada
kita

Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran itu dapat memberikan


syafaat

di

hari

kiamat

kepada

para

pembacanya.

(HR.

Muslim)

Adapun bagi mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya,
maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya
dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Quran
tersebut, maka Allah SWT pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi
dirinya.

Dalam

hadits

lain

Rasulullah

SAW

bersabda

Orang (mumin) yang membaca Al-Quran dan ia lancar dalam membacanya,


maka ia akan bersama malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mumin yang
membaca Al-Quran sedang ia terbata-bata membacanya, lagi berat (dalam
mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat. (HR.
Bukhori Muslim).

DAFTAR PUSTAKA

Cilukba,

Djaelani,

2010,

Akhlak

Kepada

ppmalimangendeng.blogspot.com/p/akhlaq-kepada-allah.html.
Pada Tanggal 30 Maret 2014 Puku 16.00

Allah

Diakses

Farid,

2014,

Akhlak

Terhadap

Allah

faridbloger.blogspot.com/2014/05/makalah-akhlaq-terhadap-allahswt.html. Diakses Pada Tanggal 30 Maret 2015 Pukul 22.00

Anda mungkin juga menyukai