TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih
dari 38,40c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI,
2009). Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu
kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di
Asia sekitar 70% - 90% dari seluruh kejang demam merupakan kejang demam
sederhana dan sisanya merupakan kejang demam kompleks (Karemzadeh,
2008).
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami
demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang
perlu diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat menyebabkan
kerusakan sel-sel otak (Tikoalu J.R, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan Kejang demam adalah
kejadian pada bayi atau anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas
rentang normal yaitu 38,8C dan disertai dengan kejang
10
11
12
c. Medula Spinalis
Merupakan pusat refleks-refleks yang ada disana
Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
Pusat pola gerakan sederhana yang telah lama dipelajari contoh
melangkah.
d. Saraf Somatik
13
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saraf
motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi
saraf otak dan saraf spinal.
e.
Saraf Spinal
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik keluar dari
medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf
spinal. Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus
(anyaman) dan terbentuklah berbagai saraf (nervus) seperti saraf iskiadikus
untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak
membentuk anyaman tetapi masing-masing lurusdiantara tulang kosta
(nervus inter kostalis). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat
autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk
daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke
perifer terjadi penyeberang (kontra lateral) yaitu yang berada di kiri
menyeberang ke kanan, begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi
14
Kesiagaan meningkat
Denyut jantung meningkat
Pernafasan meningkat
Tonus otot-otot meningkat
Gerakan saluran cerna menurun
Metabolisme tubuh meningkat
Saraf simpatis ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari,
15
subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf
sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa
hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk
bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini traktus olfaktorius berjalan
dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi
yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik
yang impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei disalurkan di talamus.
Bau-bauan yang dapat merangsang timbulnya nafsu makan dan induksi
salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan
muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi.
Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan
area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis
talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin
berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan
sistem limbik.
2) Saraf Optikus
Saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di
retina.Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat
arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada
dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial
serabut-serabut dari berbagai bagian fundus maih utuh sehingga
16
oksipital.
Dalam
perjalanannya
serabut-serabut
tersebut
substansia
grisea
(Nukleus
otonom).
Nukleus
motorik
17
18
mengndung
serabut-serabut
aferen
yang
mengurusi
keseimbangan.
Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral
ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior
lobus temporalis.
19
9) Saraf Glosofaringeus
Saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan
asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut,
saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu gonglion
intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis
interna ke otot stilofaringeus. Diantara otot ini dan otot stiloglosal,
saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil
dan sepertiga posterior lidah.
10) Saraf Vagus
Saraf Vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion
superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya
terletak pada daerah foramen ugularis, saraf vagus mempersarafi semua
visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding
usus, jantung dan paru-paru.
11) Saraf Asesorius
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis.Radiks
kranialis adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang
terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesorius adalah saraf
motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus berfungsi
memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila
lengan diangkat ke atas.
12) Saraf Hipoglosus
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada
setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua
20
21
22
23
Etiologi
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada
sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan
peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8C dan terjadi
disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu
24
Bagan 2.1
Proses Penyakit
Suhu Tubuh Meningkat
Gangguan Keseimbangan Membran Sel
Pelepasan Ion Na dan K
Pelepasan Muatan Listrik Oleh Seluruh Sel Sangat Besar
KEJANG
(Sumber: Nugroho, 2011)
Manifestasi Klinis
25
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik
klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun
tanda- tanda kejang demam meliputi :
a. Demam yang biasanya di atas (38,9 C)
b. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot)
c. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas)
d. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang
b. Penurunan kesadaran
c. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus
d. Muntah
e. Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam
waktu yang singkat (Lyons, 2012)
6
Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan
penunjang
yang
diperlukan
dalam
26
pencitraan
seperti
computed
27
Manajemen Medik
a. Terapi farmakologi
Pada saat terjadinya kejang, obat yang paling cepat diberikan untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
maksimal sebanyak 20 mg.
Obat yang dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosisnya sebanyak 0,5-0,75 mg/kg atau 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang daripada 10 kg dan 10 mg untuk anak yang
mempunyai berat badan lebih dari 10 kg. Selain itu, diazepam rektal
dengan dosis 5 mg dapat diberikan untuk anak yang dibawah usia 3 tahun
atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Apabila kejangnya
belum berhenti, pemberian diapezem rektal dapat diulangi lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Anak seharusnya
dibawa ke rumah sakit jika masih lagi berlangsungnya kejang, setelah 2
kali pemberian diazepam rektal. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg (UUK Neurologi IDAI, 2006).
Jika kejang tetap belum berhenti, dapat diberikan fenitoin secara
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/ kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/
kg/ menit atau kurang dari 50 mg/menit. Sekiranya kejang sudah berhenti,
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/ kg/ hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Jika kejang belum berhenti dengan pemberian fenitoin maka pasien
harus dirawat di ruang intensif. Setelah kejang telah berhenti, pemberian
28
29
panjang adalah fenobarbital (dosis 3-4 mg/ kgBB/ hari dibagi 1-2 dosis)
atau asam valproat (dosis 15-40 mg/ kgBB/ hari dibagi 2-3 dosis). Dengan
pemberian obat ini, risiko berulangnya kejang dapat diturunkan dan
pengobatan ini diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian secara
bertahap selama 1-2 bulan (Saharso et al., 2009).
b. Terapi non-farmakologi
Tindakan pada saat kejang di rumah, (Ngastiyah, 2005, Mahmood et
al., 2011 dan Capovilla et al., 2009):
1) Baringkan pasein di tempat yang rata.
2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasein.
3) Semua pakaian ketat yang mengganggu pernapasan harus dibuka
misalnya ikat pinggang.
4) Tidak memasukkan sesuatu banda ke dalam mulut anak.
5) Tidak memberikan obat atau cairan secara oral.
6) Jangan memaksa pembukaan mulut anak.
7) Monitor suhu tubuh.
8) Pemberikan kompres dingin dan antipiretik untuk menurunkan suhu
tubuh yang tinggi.
9) Posisi kepala seharusnya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
10) Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
11) Menghentikan kejang secepat mungkin dengan pemberian obat
antikonvulsan yaitu diazepam secara rektal.
30
31
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
32
(inspeksi,
auskultasi,
palpasi,
perkusi),
2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis
b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan
suhu tubuh
c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat (Doengoes, 2007)
3. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
sederhana adalah sebagai berikut :
33
Tabel 2.1
Rencana Tindakan keperawatan
N
O
1.
Diagnosa
Keperawatan
Peningkatan suhu
tubuh
berhubungan
dengan
proses
patologis
Resiko
tinggi
kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan
peningkatan suhu
Tujuan
Tupan:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 4 x 24
suhu
tubuh
normal.
Tupen:
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama 3 x 24
jam
proses
patologis teratasi
dengan kriteria:
TTV stabil
Suhu
tubuh
dalam
batas
normal
Perencanaan
Intervensi
Rasional
1. Pantau
suhu 1.
Suhu 38,9-41,1
0
pasien
(derajat
C
menunjukkan
dan
pola):
proses
penyakit
perhatikan
infeksius akut.
menggigil?
diaforesi.
2. Pantau
suhu 2.
Suhu ruangan,
lingkungan,
jumlah selimut harus
batasi/tambahkan
dirubah
untuk
linen tempat tidur
mempertahankan
sesuai indikasi.
suhu
mendekati
normal
3. Berikan kompres 3.
Dapat
hangat:
hindari
membantu
penggunaan
mengurangi demam,
kompres alkohol.
penggunaan
air
es/alkohol mungkin
menyebabkan
4. Berikan selimut
kedinginan
pendingin
4.
Digunakan untu
kengurangi demam
umumnya lebih besar
dari 39,5-40 0C pada
waktu
terjadi
Kolaborasi:
gangguan pada otak.
5. Berikan
antipiretik sesuai 5.
Digunakan
indikasi
untuk
mengurangi
demam dengan aksi
sentral
Tupan:
setelah 1. Ukur/catat haluaran
dilakukan
urin.
tindakan
perawatan selama
3 x 24 jam 2. Pantau tekanan
1. Penurunan haluaran
urin dan berat jenis
akan
menyebabkan
hipovolemia.
2. Pengurangan dalam
34
tubuh
kekurangan
volume
cairan
tidak terjadi
Tupen:
setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
2 x 24 jam
peningkatan suhu
tubuh
teratasi,
dengan kriteria:
Tidak ada tanda- 3. Palpasi denyut
perifer.
tanda dehidrasi
Menunjukan
4. Kaji membran
adanya
mukosa kering,
keseimbangan
turgor kulit yang
cairan
seperti
tidak elastis
output
urin
adekuat
Turgor kulit baik
Membran mukosa Kolaborasi:
mulut lembab
5. Berikan cairan
intravena, misalnya
kristaloid dan
koloid
6. Pantau nilai
laboratorium
3.
Tidak
efektifnya
bersihan
jalan
nafas
b.d
peningkatan sekresi
mucus
Tupan:
setelah
dilakukan
tindakan
perawatan selama
4 x 24 jam jalan
nafas
kembali
efektif
Tupen:
setelah
1. Anjurkan pasien
untuk
mengosongkan
mulut dari
benda/zat tertentu.
2. Letakkan pasien
pada posisi miring,
permukaan datar,
miringkan kepala
sirkulasi
volume
cairan
dapat
mengurangi tekanan
darah/CVP,
mekanisme
kompensasi awal dari
takikardia
untuk
meningkatkan curah
jantung
dan
meningkatkan
tekanan
darah
sistemik.
3. Denyut yang lemah,
mudah hilang dapat
menyebabkan
hipovolemia.
4. Hipovolemia/cairan
ruang ketiga akan
memperkuat
tandatanda dehidrasi.
35
dilakukan
tindakan
perawatan selama
2 x 24 jam
peningkatan
sekresi
mukus
teratasi,
dengan
kriteria:
Suara nafas
vesikuler
Respirasi rate
dalam batas
normal
selama serangan
kejang.
3. Tanggalkan pakaian
pada daerah
leher/dada dan
abdomen.
4. Masukan spatel
lidah/jalan nafas
buatan atau
gulungan benda
lunak sesuai dengan
indikasi.
5. Lakukan
penghisapan sesuai
indikasi
nafas.
3. Untuk memfasilitasi
usaha
bernafas/ekspansi
dada.
4. Jika masuknya di
awal untuk membuka
rahang, alat ini dapat
mencegah tergigitnya
lidah dan
memfasilitasi saat
melakukan
penghisapan
lendiratau memberi
sokongan terhadap
pernafasan jika di
perlukan.
5. Menurunkan risiko
aspirasi atau asfiksia.
Kolaborasi :
6. Berikan tambahan
oksigen/ventilasi
manual sesuai
kebutuhan pada
fase posiktal.
Resiko perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d intake yang
tidak adekuat
Tupan:
setelah 1. Buat tujuan berat
dilakukan
badan minimum dan
tindakan
kebutuhan nutrisi
perawatan selama
harian.
5 x 24 jam
perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tidak
terjadi
2. Gunakan
pendekatan
Tupen:
setelah
konsisten, duduk
dilakukan
dengan pasien saat
6. Dapat menurunkan
hipoksia serebral
sebagai akibat dari
sirkulasi yang
menurunkan atau
oksigen sekunder
terhadap spasme
vaskuler selama
serangan kejang.
1. Malnutrisi adalah
kondisi gangguan
minat yang
menyebabkan depresi,
agitasi dan
mempengaruhi fungsi
kognitif/pengambilan
keputusan.
2. Pasien mendeteksi
pentingnya dan dapat
beraksi terhadap
tekanan, komentar
36
tindakan
makan, sediakan
perawatan selama
dan buang makanan
3 x 24 jam intake
tanpa persuasi
nutrisi
adekuat,
dan/komentar.
dengan kriteria:
3. Berikan makan
Makan klien habis
sedikit dan makanan
BB klien normal
kecil tambahan,
yang tepat.
4. Buat pilihan menu
yang ada dan
izinkan pasien untuk
mengontrol pilihan
sebanyak mungkin.
5. Pertahankan jadwal
bimbingan berat
badan teratur.
4. Pelaksanaan
Menurut
Iyer
et
al
(1996)
yang
dikutip
oleh
Nursalam
5. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien
37