SISTEM CARDIOVASCULER
KASUS ARITMIA
Dosen Pembimbing:
Elfi Q, Ns. M.Kep
Disusun Oleh :
David Rinaldi
2012.49.?????/10
Tk.3A
Kediri,
September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar......................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................1
BAB II : TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi......................................................................................................................2
2.2 Etiologi......................................................................................................................2
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................3
2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................................4
2.5Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................4
2.6 Penatalaksanaan Medis..............................................................................................5
2.7 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat........................................................................6
BAB III : PENUTUP
1.1 Kesimpulan............................................................................................................14
1.2 Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yang
menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia.
Sistem kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan
keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan
pengaturan yang menyalurkan O2 serta nutrisi ke seluruh tubuh. Bila salah satu organ
tersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua
sistem tubuh.
Disritmia merupakan salah satu gangguan dari sistem kardiovaskuler.
Disritmia adalah tidak teraturnya irama jantung. Disritmia disebabkan karena
terganggunya mekanisme pembentukan impuls dan konduksi. Hal ini termasuk
terganggunya sistem saraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang
merupakan retensi dalam pengobatan. Sebab cardiac output dan miokardiac
contractility.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari Aritmia?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Aritmia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan Aritmia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Aritmia.
2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya Aritmia.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan
Aritmia.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1DEFINISI
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi selsel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi
juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
2.2
ETIOLOGI
irama jantung.
Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung).
2.3
PATOFISIOLOGI
Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu
1.
2.
iramam takikardai.
Gangguan konduksi
a.
re-entry
Bilamana konduksi di dalah satu jalur tergaggu sebagai akibat iskemia
atau masa refrakter, maka gelombang depolarisasi yang berjalan pada jalur
tersebut akan berhenti, sedangkan gelombang pada jalur B tetap berjalan seperti
semula bahkan dapat berjalan secara retrograd masuk dan terhalang di jalur A.
Apabila beberapa saat kemudian terjadi penyembuhan pada jalur A atau masa
refrakter sudah lewat maka gelombang depolarisasi dari jalur B akan menembus
rintangan jalur A dan kembali mengaktifkan jalur B sehingga terbentuk sebuah
gerakan sirkuler atau reentri loop. Gelombang depolarisasi yang berjalan
melingkar ini bertindak sebagai generator yang secara terus-menerus mencetuskan
impuls. Reentri loop ini dapat berupa lingkaran besar melalui jalur tambahan yang
disebut macroentrant atau microentrant.
b.
Concealed conduction (konduksi yang tersembunyi)
Impuls-impuls kecil pada jantung kadang-kadang dapat menghambat dan
menganggu konduksi impuls utama. Keadaan ini disebut concealed conduction.
Contoh concealed conduction ini ialah pada fibrilasi atrium, pada ekstrasistol
ventrikel yang dikonduksi secara retrograd. Biasanya gangguan konduksi jantung
c.
His); blok cabang berkas (bundle branch block=BBB) yang dapat terjadi di right
bundle branch block atau left bundle branch block.
2.4
MANIFESTASI KLINIS
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
2.5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup .
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
2.5
1.
PENATALAKSANAAN MEDIS
menyertai anestesi.
c)
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
2)
Kelas 1 B
a)
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
3)
4)
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, Metoprolol,
5)
6)
berulan
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi
b)
b.
supraventrikular aritmia.
Terapi mekanis
1)
Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
2)
elektif.
Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
3)
darurat.
Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
4)
2.6
A. PENGKAJIAN
a.
Pengkajian primer :
Airway
- Apakah ada peningkatan sekret ?
- Adakah suara nafas : krekels ?
Breathing
- Adakah distress pernafasan ?
- Adakah hipoksemia berat ?
- Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
- Apakah ada bunyi whezing ?
Circulation
- Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
- Apakah ada takikardi ?
- Apakah ada takipnoe ?
- Apakah haluaran urin menurun ?
- Apakah terjadi penurunan TD ?
- Bagaimana kapilery refill ?
- Apakah ada sianosis ?
b.
Pengkajian sekunder
1)
Riwayat penyakit
Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi.
Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi.
Kondisi psikososial
2)
Pengkajian fisik
Aktivitas : kelelahan umum
Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
gelisah, menangis.
Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
perubahan pupil.
Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
kronis,
nafas
pendek,
batuk,
perubahan
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
-
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay
oksigen ke jaringan.
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.
5. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa.
Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
R/ : Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan efek
gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
miokardia.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
lokasi,
lamanya,
intensitas
dan
faktor
miokardia
8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
R/ : Terjadinya disritmia yang mengancam hidup memerlukan upaya intervensi
untuk mencegah kerusakan iskemia.
9. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
R/: Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium, magnesium dan kalsium, secra
merugikan mempengaruhi irama dan kontraktilitas jantung.
10. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/ : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard, yan menurunkan
iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
11. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmia.
R/: Disritmia umumnya diobati secra simtomatik, kecuali untuk ventrikel
premature, diman dapat diobati secara proliferatik pada IM akut.
12. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif.
R/: Dapat digunakan pada fibriasi atrial atau disritmia tidak stabil untuk
menyimpan frekuensi jantung normal/menghilangkan gagal jantung normal.
13. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung.
R/: Pacu sementara mungkin perlu untuk meningkatkan pembentukan impuls dan
maenghambat takidisritmia.
14. Masukkan/pertahankan masukan IV.
R/ : jalan masuk paten diperlukan untuk pemberian oba darurat.
15. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive.
R/ : Diagnosa banding berdasarkan penyebab mungkin diperlukan untuk
membuat rencana pengobatan yang tepat.
16. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator.
R/ : Alat ini melalui pembedahan ditanam pada pasien dengan disritmia berulang
yang mengancam hidup meskipun diberi obat terapi secara hati-hati.
Intervensi
1. Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri
pleuritik,sianosis pucat.
R/ : Emboli arteri. Mempengaruhi jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
katup dan disritmia kronis.
2. Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema.
R/ : Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis vena, meningkatkan
3.
4.
10
Intervensi
1.
2.
terhadap aktivitas.
3. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R /: Meningkatkan resolusi inflamasi selama faseakut dari perikarditis/
endokarditis.
4. Bantu pasien dalam program latihan aktivitas.
R/: Saat inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan
aktivitas yang diinginkan.
5.
pasien/keluarga.
R/: Informasi terus-menerus dapat menurunkan cemas sehubungan dengan
gejala
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupa.
R/ : informasi perlu untuk pasien dalam membuat pilihan berdasarkan informasi
5.
6.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai aritmia di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1.
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan
irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga
2.
3.
infark miokard.
Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu meningitis
purulenta dan meningitis serosa.
3.2
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
13
14