Anda di halaman 1dari 5

1.

KLARIFIKASI
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Trismus didefinisikan sebagai suatu kontraksi tonik dari otot mastikasi. Dahulu
istilah trismus digunakan untuk menggambarkan gejala klinis dari tetanus, yaitu
lock jaw atau rahang yang terkunci, yaitu suatu gejala klinis yang disebabkan oleh
toksin tetanus terhadap kontraksi otot mastikasi atau pengunyah. Saat ini istilah
trismus digunakan untuk menggambarkan setiap bentuk keterbatasan dalam
membuka mulut, termasuk di dalamnya akibat dari trauma, pembedahan dan
radiasi.
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani
(Kapita Selekta Kedokteran)
2. TRISMUS
Trismus atau yang dalam bahasa umumnya biasa dikatakan sebagai rahang
atau mulut yang terkunci dapat didefinisikan sebagai suatu kontraksi tonik
dari otot mastikasi. Dahulu istilah trismus digunakan untuk menggambarkan
gejala klinis dari tetanus, yaitu lock jaw atau rahang yang terkunci, yaitu
suatu gejala klinis yang disebabkan oleh toksin tetanus terhadap kontraksi
otot mastikasi atau pengunyah. Saat ini istilah trismus digunakan untuk
menggambarkan setiap bentuk keterbatasan dalam membuka mulut,
termasuk di dalamnya akibat dari trauma, pembedahan dan radiasi.
Keterbatasan dalam membuka mulut ini atau trismus dapat menimbulkan
masalah terhadap kesehatan, termasuk di dalamnya kekurangan zat-zat
nutrisi akibat gangguan mengunyah makanan, gangguan dalam berbicara,
dan pengaruhnya terhadap kesehatan mulut dan gigi. Pada orang yang
mengalami rasiasi pada daerah leher dan kepala, permasalahan tersebut
sering muncul bersamaan dengan gangguan dalam menelan.
Trismus dapat mempengaruhi kualitas hidup sipenderita dalam berbagai cara.
Komunikasi akan sulit dilakukan jika seseorang mengalami trismus. Tidak
hanya gangguan dalam berbicara akibat mulut tidak bisa terbuka dengan
sempurna, tetapi juga terdapat gangguan dalam artikulasi dan resonsi suara
sehingga kualitas suara yang dikeluarkan akan menurun. Pada penderita
yang mengalami trismus akan mengalami gangguan kesehatan mulut karena
sulit melakukan gerakan mengunyah dan menelan, dan akan terjadi
peningkatan resiko terjadinya aspirasi.
ETIOLOGI
Hambatan dari pegerakan rahang tersebut secara garis besar disebabkan
oleh trauma, terapi radiasi, pembedahan dan berbagai gangguan pada
sambungan rahang lainnya. Hal ini terjadi akibat kerusakan pada otot rahang,

kerusakan pada sambungan rahang, pertumbuhan jaringan ikat yang terlalu


cepat (pembentukan jaringan parut), Atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut. Berdasarkan proses diatas maka etiologi dari trismus dapat dibagi 2
yaitu:
1. Faktor eksternal
- Neoplasma pada rahang
- Infeksi akut
- Miositis
- Penyakit Sistemik (SLE, Skleroderma dan penyakit sistemik lainya)
- Pseudoankylosis
- Luka bakar
- Atau berbagai trauma lainnya yang mengenai otot-otot rahang.
2. Faktor internal
- Ankylosis tulang pada sambungan rahang
- Ankylosis jaringan ikat pada sambungan rahang
- Artristis
- Infeksi
- Trauma
- Mikro trauma (termasuk di dalamnya brusixm)
- Gangguan SSP (tetanus, lesi pada nervus trigeminal dan keracunan obat)
3. Faktor Iatrogenik
- Paska Odontektomi Molar Ketiga
Molar ketiga terpendam merupakan gigi yang paling sering mengalami
impaksi diantara gigi geligi yang lain. Pengambilan gigi molar ketiga bawah
impaksi biasanya dilakukan secara pembedahan (odontektomi), yang
biasanya dilakukan dengan lokal anestesi. Paska pengambilan gigi molar
ketiga terpendam secara odontektomi antara lain dapat menimbulkan
pembengkakkan dan trismus. Trismus yang timbul dapat bersifat sementara
atau permanen. Trismus bersifat sementara hanya disebabkan oleh
peradangan dan gangguan refleks saraf motorik otot-otot pengunyah,
sedangkan trismus yang permanen biasanya karena gangguan pada sendi
temporomandibular.
- Injeksi Yang Dilakukan Saat Anestesi
Trismus terjadi sebagai akibat komplikasi anestesi yang menggunakan jarum
dalam menganestesi mandibular dan pada infiltrasi regio posterior pada
rahang atas. Dimana kedua teknik ini melibatkan penetrasi jarum ke otot-otot
mastikasi dan deposisi larutan anestesi ke jaringan yang banyak
vaskularisasinya. Pada kedua teknik tersebut, dapat terjadi perdarahan yang
dapat menimbulkan hematom yang luas pada fossa infra temporal, hal ini
terjadi bila jarum melewati pleksus vena pterigoideus. Infeksi hematom pada
tempat tersebut akan menyebabkan bertambahnya rasa sakit dan terjadinya
kerusakan jaringan yang luas, konsekuensinya adalah hipomobilitas dari
temporomandibular joint.
- Pengaruh dari fiksasi intermaksilaris setelah fiksasi terjadinya fraktur atau
trauma.
PATOGENESIS

Otot mastikasi atau pengunyah terdiri dari otot temporalis, masseter,


pterygoid medial dan pterygoid lateral. Masing-masing otot memiliki peranan
tersendiri dalam proses mengunyah, dan saat terjadi kerusakan pada otot
tersebut akan menimbulkan rasa nyeri, keadaan ini disebut dengan muscle
guarding yaitu penegangan pada otot yang timbul sebagai kompensasi
terhadap nyeri yang timbul pada otot tersebut. Nyeri ini akan menyebabkan
otot akan berkontraksi, dan menyebabkan berkurangnya lebar pembukaan
mulut yang dapat dihasilkan oleh gerakan otot mastikasi. Kontraksi ini
merupakan suatu gerakan reflek, sehingga penderita tidak dapat
mengontrolnya. Setiap tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot
tersebut akan menimbulkan kontraksi yang makin kuat. Untuk melakukan
terapi pada penderita trismus lebih efisien dilakukan dengan melakukan
gerakan yang halus dan perlahan.
Patogenesis lainya adalah gangguan pada temporomandibular joint.
Sebagaimana sendi-sendi lainnya di dalam tubuh, temporomandibular joint
merupakan tempat yang sering mengalami artritis maupun penyakit
degenerasi sendi. Pada regio ini juga sering terjadi trauma yang
menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur prosessus condylaris dan disini
juga terdapat diskus intraartikularis, maka fungsi sendi bisa berjalan dengan
baik bila terdapat keserasian antara unsur-unsur tulang dan diskus dari sendi.
Pergerakan yang harmonis antara sendi bilateral juga penting untuk
berfungsinya mandibula secara normal. Dengan kata lain gangguan pada
tempat tersebut akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membuka mulut atau rahang disamping rasa nyeri yang timbul saat
melakukan gerakan.
Pada tetanus mekanisme terjadinya kekakuan pada otot terjadi akibat
tetanospasmin yang menyebar ke SSP melalui 2 mekanisme:
1. Adsorbsi melalui moineural junction
2. Melalui ruang di jaringan limfatik, darah dan SSP.
Toksin ini akan menekan proses inhibisi motor neuron dan interneuron. Toksin
juga akan mempengaruhi transmisi pada mioneural junction.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran yang utama dari trismus adalah gangguan dalam membuka mulut.
Pada pasien yang menderita kanker hal ini biasanya terjadi akibat radiasi
atau pembedahan, kerusakan pada saraf, atau gabungan dari berbagai
faktor. Pada penderita stroke, hal ini terjadi akibat gangguan pada SSP.
Gangguan bicara dan menelan sering mengiringi gangguan dalam membuka
mulut, dan kombinasi dari gejala tersebut akan menyulitkan penanganan
pada penderita. Pada penderita yang mengalami trismus akibat terapi
radiasi, juga sering mengalami xerostomia, mucusitis dan nyeri yang timbul
dari luka bakar radiasi. Semua hal tersebut sering dihubungkan dengan
gejala klinis lain yang ditemukan, seperti sakit kepala, nyeri pada rahang,
nyeri telinga, ketulian, atau nyeri pada pergerakan rahang. Pada kasus
temporomandibular yang mengalami kekakuan, biasanya joint tersebut

mengalami proses pembentukan jaringan ikat atau ankylosis (jarang terjadi).


Masing-masing faktor tersebut akan mempengaruhi penanganan pada
penderita.(1,2)
PERMASALAHAN YANG TIMBUL AKIBAT TRISMUS
1. Permasalahan dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya
asupan nutrisi penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan
makanan dalam porsi yang biasa. Penderita biasanya akan mengalami
penurunan berat badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu
diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses
penyembuhan setelah menjalani proses pembedahan, khemoterapi, atau
radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari berat badan awal memiliki
indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita
trismus, hal tersebut berhubungan dengan pembentukan bolus makanan
yang terganggu akibat proses salivasi dan pergerakan lidah yang tidak
sempurna. Selain itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang tidak
seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi,
pembentukan bolus yang tidak sempurna dan peningkatan dari sisa makanan
akan menyebabkan aspirasi dari sisa makanan tersebut.
2. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan pada
kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat
menimbulkan karies yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang
lebih lanjut terutama pada mandibula akan menyebabkan terjadinya
osteoradionekrosis. Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita kanker
yang menjalani terapi pada mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan ini
dapat mengganggu fungsi rahang dan menjadi fatal. Hal ini terjadi akibat
matinya jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini terapi yang
dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.
3. Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara
Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan dan
berbicara. Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara
normal sehingga bunyi yang dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan
akan terganggu jika otot mengalami kerusakan, laring tidak akan sanggup
dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.
4. Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang
Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka
mulut, hal lain yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan
pada temporomadibular joint. Saat temporomadibular joint mengalami
immobilisasi, proses degeneratif akan timbul pada sambungan tersebut,
perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang terjadi pada proses
artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi. Jika tidak
ditangani segera proses ini akan terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi

permanen. Dan juga akan dapat timbul proses degenarasi pada otot-otot
pengunyah sehingga jika terus berlanjut akan menimbulkan atropi pada otot
tersebut.
PENATALAKSANAAN
Penanganan yang sedini mungkin akan dapat meminimalisasi gangguan di
atas. Pergerakan pasif yang dilakukan beberapa kali sehari akan lebih efektif
dibandingkan dengan melakukan peregangan secara statis. Penelitian yang
baru-baru ini dilakukan oleh Universitas Pittsburgh memperlihatkan bahwa
pergerakan pasif memberikan hasil yang signifikan dalam mengurangi
inflamasi dan nyeri.
Terdapar bermacam-macam alat yang digunkan untuk tujuan diatas, selain
cara manual dengan menggunakan jari. Peralatan tersebut bermacammacam bentuknya mulai bentuk kerangka, pegas yang ditempatkan diatara
gigi, sekrup dan katup hidrolik yang ditempatkan diantara gigi.Tetapi
perangkat yang paling banyak digunakan saat ini adalah penekan lidah, yang
membuat mulut selalu terbuka.
Prosedur
Sebelum melakukan terapi diukur dulu besarnya mulut yang dapat dibuka
dan setiap selesai melakukan terapi dilakukan pencatatan, dan juga perlu
dicatat setiap nyeri atau rasa tidak enak yang timbul setelah melakukan
terapi. Untuk terapi awal dilakukan dengan menggunkan formula 7-7-7.
Penjabarannya yaitu, membuka dan menutup mulut dengan bantuan
sebanyak 7 kali. Pertahankan posisi mulut terbuka maksimal yang tidak
menimbulkan rasa sakit selama 7 detik dan penderita harus melakukan
latihan ini 7 kali sehari. Penderita diperbolehkan melakukan lebih dari formula
tersebut asal sanggup melakukannya. Pada prinsipnya latihan yang dilakukan
tersebut tidak sampai menimbulkan rasa nyeri dan sakit karena akan dapat
mengurangi efektifitas terapi. Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
prosedur latihan ini adalah 10 menit/hari. Jika hasil latihan telah menunjukkan
kemajuan dapat dilakukan pengurangan porsi latihan.
3.

Anda mungkin juga menyukai