Lapter
Lapter
PENDAHULUAN
1.1. TRANSPORTASI
Fungsi : membawa penumpang dan barang dari satu
tempat ke tempat lain
Faktor yang harus dipertimbangkan :
Keamanan
Biaya yang rendah
Waktu
1.2. MACAM TRANSPORTASI
a. Transportasi Darat (Jalan Raya, Kereta Api)
b. Transportasi Air (Transportasi Laut, Danau,
Sungai)
c. Transportasi Udara
dan
penerbangan
dalam
13. Shoulder
Area didekat pinggir jalur yang dicor disiapkan untuk
memberikan transisi antara jalur yang diperkeras dan
permukaan didekatnya
14. Hangar
Bangunan besar yang didirikan di lapangan terbang
dengan tujuan untuk memeriksa, menservis, dan
memperbaiki pesawat.
15. Terminal Area
Bagian dari lapangan terbang diluar area/tempat
pendaratan yang menjadi titik penting bagi aktivitasaktivitas di lapangan terbang. Tempat ini termasuk
bangunan terminal dan operasional, area parkir
kendaraan, hanggar untuk servis pesawat, dll.
16. Terminal Building
Bangunan di area terminal yang menyediakan
tempat/ruangan
untuk
menjalankan
bisnis
penerbangan, fasilitas-fasilitas untuk kepentingan
penumpang, kantor untuk manajemen lapangan
terbang dan fungsi-fungsi aeronatika lainnya
17. Airport Control Tower
Satu unit bangunan yang dibangun didalam lapangan
terbang untuk menyediakan pelayanan pengatur lalu
lintas udara untuk lalu lintas lapangan terbang.
18. Heliport
Area untuk mendarat dan lepas landas helikopter.
1. RUNWAY
A. Panjang Dasar Landasan
Panjang Dasar Runway ditentukan oleh kondisi
bandara yang diasumsikan sebagai berikut :
Ketinggian Lapangan Terbang merupakan tinggi
permukaan Laut
Suhu di Bandara adalah standar yaitu 15 C (959
F)
Runway mendatar dalam arah longitudinal
Tidak ada angin yang bertiup di Runway
Pesawat
bermuatan
penuh
sesuai
dengan
kapasitasnya
Tidak ada angin yang bertiup dalam perjalanan ke
tujuan
Suhu dalam perjalanan adalah suhu standar
B. Persyaratan Panjang Landasan
Elemen yang diperlukan untuk merancang runway
meliputi :
Panjang Runway yang sebenarnya
Lebar Runway
Gradien effektif
Kemiringan longitudinal
Tingkat perubahan kemiringan longitudinal
Kemiringan Transversal
Jarak Pandang
Lebar dan Panjang Jalur Pendaratan
Jarak pemisah antara runway yang parallel
Syarat-syarat panjang runway bias ditentukan
dengan memperhitungkan panjang dasar runway dan
koreksi-koreksi/ perubahan-perubahan/ penyesuaian
yangditerapkan untuk perubahan ketinggian, suhu,
dan gradien/ kemiringan runway untuk lokasi
konstruksi sebenarnya/ asli.
Temperatur (C)
Maksimum Rata-rata
34,5
34,5
34,7
35,0
35,0
35,0
34,8
35,0
35,0
35,1
35,3
35,5
35,3
35,5
35,6
525,8
30,5
30,5
30,7
30,9
30,9
30,9
30,8
30,9
30,9
30,0
31,3
31,4
31,3
31,4
31,3
463,7
Tanggal
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
-
Temperatur (C)
Maksimum Rata-rata
35,7
35,8
36,0
36,1
36,1
36,3
36,3
36,5
36,6
36,6
36,7
36,6
36,7
34,8
37,0
543,8
31,2
30,8
31,3
31,3
31,3
31,5
31,2
31,5
31,8
31,9
32,0
32,0
32,0
31,2
32,2
473,2
Penyelesaian :
Tm = 1/30 x (525,8 + 543,8) = 35,65 C
Ta = 1/30 x (463,7 + 473,2) = 31,23 C
Tr = Ta + 1/3 (Tm Ta)
= 31,23 + 1/3x 4,42 =
32,7C
Koreksi/Penyesuaian untuk Gradient/Kemiringan
Gradien Efektif adalah selisih maksimum ketinggian
antara titik tertinggi dan terendah dari garis pusat
runway dibagi dengan panjang runway. Pesawat
membutuhkan lebih banyak energi jika lepas landas
di runway yang lebih terjal, sehingga landas pacu
yang lebih panjang diperlukan untuk mencapai
kecepatan darat yang dibutuhkan. Runway harus
2. TAXIWAY
Kecepatan sebuah pesawat di Taxiway sangat lebih
rendah dari kecepatannya di runway sewaktu
pendaratan dan lepas landas. Karena itu standar
rancangan
taxiway
tidaklah
seketat
standar
rancangan untuk runway. Berikut ini adalah elemenelemen rancangan dari sebuah taxiway :
1. Length taxiway (panjang)
2. Width taxiway (lebar)
3. Width of safety area (lebar area keamanan)
4. Longitidinal Slope (Kemiringan longitudinal
5. Transverse Slope (kemiringan tranversal)
6. Rate of cange of longitudinal slope (angka perubahan
kemiringan longitudinal)
7. Sight distance (jarak pandang)
8. Turning radius or fillet (radius putar/belok/fillet)
9. Tempat pemisah antara taxiway dan runway dan
antara dua taxiway yang parallel
3. APRON
Sejumlah besar factor harus dipertimbangkan jika
merancang apron. Faktor-faktor ini meliputi :
A. Surface gradient (gradien permukaan)
B. Size of gate position (ukuran posisi gerbang/pintu
C. Number of gate position (jumlah posisi gerbang)
D.Aircraft parking system ( system perkir pesawat)
Diperlukan
tenaga
yang
besar
ketika
menggerakkan pesawat keluar dari posisi
gerbang/pintu setelah menaikkan muatan
Pintu belakang pesawat yang digunakan untuk
menaikkan
muatan
menjadi
jauh
dari
bangunan terminal.
2. Nose out dan Angle Nose out
Keuntungan :
Tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit ketika
menggerakkan pesawat
keluar dari posisi
gerbang/pintu setelah menaikkan muatan
Pintu belakang pesawat yang digunakan untuk
menaikkan muatan menjadi dekat dengan
bangunan terminal
Kerugian :
Luapan hawa panas terarah ke arah bangunan
terminal
3. Parallel
Keuntungan :
Pintu depan dan belakang pesawat dekat
dengan bangunan terminal
Kerugian :
Konfigurasi
ini
membutuhkan
banyak
tempat/ruang
Luapan hawa panas terarah ke dekat posisi
gerbang/pintu.
C. Number of Gate Positions
Ini terutama tergantung pada gerakan-gerakan
puncak perjam dan waktu dimana setiap pesawat
tetap berada dalam posisi gerbang. Waktu ini juga
dikenal dengan waktu ramp, dan waktu ini
beragam dari beberapa menit untuk pesawat kecil
hingga lebih dari satu jam tergantung pada ukuran
(pesawat) jumlah posisi gerbang yang dibutuhkan
bisa dilihat dari hubungan berikut :
Ng = Cr x Tg/(60 x 2 )
Ng : Number of gate position
Cr : Capacity of runway
Tg : Average gate occupancy time (waktu rata-rata
penggunaan gerbang)
D.Aircraft Parking System
Sistem parkir pesawt tidak hanya mempengaruhi
ukuran apron tetapi juga mempengaruhi fasilitasfasilitas untuk system penanganan penumpang dan
barang. Pesawat-pesawatnya bisa dikumpulkan dekat
bangunan terminal dengan berbagai cara seperti
berikut :
a. Frontal System
Dalam system ini pesawat diparkir di apron tepat
disebelah/ didekat garis bangunan terminal. Ini
merupakan system sederhana yang ditemukan di
bandara-bandara
kecil
dimana
bangunan
terminalnya berukuran kecil dan jumlah posisi
gerbangnya sedikit. Sistim ini juga dipakai jika
konsep pemrosesan kedatangan penumpang
diterapkan.
b. Open apron System
Disini pesawat diparkir secara bebas di apron dekat
dengan bangunan terminal tetapi tidak tepat di
sebelah/didekatnya. Sistem posisi parkir ini dan
dalam hal ini penumpang berjalan di apron antara
bangunan terminal dan pesawat. Sistem ini yang
paling banyak dipakai di bandara-bandara di
Indonesia, misalnya di Bandara Adisucipto, Ahmad
Yani, Adi Sumarmo, dll. Jika system ini
diterapkan/dipakai di bandara dengan volume lalu
lintas yang tinggi dan jumlah posisi parkir yang
besar, konsep proses pengantaran/penyampaian
yang mobil/bisa bergerak (pindah) pasti diperlukan.
Sistem ini digunakan di Bandara Juanda.
c. Finger System
Sistem ini digunakan dalam kombinasi dengan
konsep
proses
jari
dermaga.
Mobile convayance
Dalam system ini, pesawat diparkir berkelompok
jauh dari bangunan terminal penumpang. Sistem
pengiriman bergerak seperti bus atau ruang
bergerak digunakan untuk membawa penumpang
ke dan dari pesawat. Ciri utama system ini adalah
kemandirian/terpisahnya antara operasi pesawat
dan operasi bangunan terminal penumpang. Hal ini
memberikan
keuntungan
fleksibilitas
dalam
menyesuaikan perubahan-perubahan karakteristik
pesawat seperti ukuran dan syarat-syarat manuver.
Sistem ini digunakan di bandara Juanda, Surabaya.
ANALISA ANGIN
Sebagai pedoman pokok, landasan pada sebuah lapangan
terbang arahnya harus sedemikian rupa sehingga searah
dengan Prevailing Wind (arah angin dominan)
Ketika mengadakan pendaratan dan lepas landas,
pesawat dapat mengadakan manuver sejauh komponen
angin samping (cross wind) tidak berlebihan.
Maksimum cross wind yang diijinkan tergantung dari :
Ukuran pesawat
Konfigurasi Sayap
Kondisi perkerasan landasan
Persyaratan FAA
Untuk Cross wind untuk semua lapangan terbang,
landasan harus mengarah sehingga pesawat dapat
mendarat pada 95 % dari waktu dengan komponen cross
wind tidak melebihi 13 knots (15 mph)
Persyaratan ICAO
Pesawat dapat mendarat atau lepas landas, pada sebuah
lapangan terbang pada 95 % dari waktu dengan
komponen cross wind tidak melebihi :
37 km.jam (80 knots), dengan ARFL (Aeroplane
Reference Field Length) 1.500 m atau lebh, kecuali bila
landasan mempunyai daya pengereman yang jelek
b.
ARAH ANGIN
Utara
Utara Timur Laut
Timur Laut
Timur Timur Laut
Timur
Timur Tenggara
Tenggara
Selatan Tenggara
Selatan
Selatan Barat
Daya
Barat Daya
Barat Barat Daya
Barat
Barat Barat Laut
PROSENTASE ANGIN
4 15
mi/h
15 31
mi/h
31 47
mi/h
TOTAL
4,8
3,7
1,5
2,3
2,4
5,0
6,4
7,3
4,4
2,6
1,6
3,1
1,9
5,8
4,8
1,3
0,8
0,1
0,3
0,4
1,1
3,2
7,7
2,2
0,9
0,1
0,4
0,3
2,6
2,4
0,1
.
.
.
.
.
0,1
0,3
0,1
.
.
.
.
0,2
0,2
6,2
4,5
1,6
2,6
2,8
6,1
9,7
15,3
6,7
3,5
1,7
3,5
2,2
8,6
7,4
Barat Laut
Utara Barat Laut
Pelan
TOTAL
7,8
4,9
0 4 mi/h
0,3
13,0
4,6
100,0 %
MENENTUKAN KETEBALAN
Perhitungan ketebalan tiap lapisan didasarkan kepada
grafik-grafik yang telah dipersiapkan (Gambar 6.9 s/d
6.14)
Grafik ini dibuat untuk perhitungan berat pesawat kotor,
dimana 95 % berat totalnya ditumpu pada dua roda
pendaratan utama :
Kurva gambar 6.9 sampai 6.11 diperhitungkan untuk
melayani 24.000 kali gerakan lepas landas,
Kurva 6.12 sampai 6.14 untuk melayani 100.000 kali
gerakan lepas landas.
Gerakan pendaratan tidak diperhitungkan sebab berat
pendaratan selalu lebih kecil (non critical) dibanding berat
lepas
landas.
Kurvenya
sendiri
dibuat
dengan
memodifikasi kurva-kurva yang dibuat oleh Corps Of
Engineer U.S. yang dasarnya metode CBR.
Ketebalan surface dan base coarse bisa dihitung dengan
kurva 6.9 sampai 6.14 itu. Area yang kritis yaitu taxiway,
landas pacu 300 m dari ujung-ujung threshold, dan apron
tebalnya diperhitungkan penuh sesuai kurve.
Sedangkan area non kritis pada umumnya diperhitungkan
0,9 kali ketebalan kritis.
Didalam menentukan ketebalan perkerasan, terlebih dulu
harus ditentukan pesawat rencana yaitu yang bebannya
menghasilkan ketebalan perkerasan yang paling besar,
pesawat rencana tidak perlu harus yang terberat.
Didalam rancangan lalu lintas pesawat, perkerasan harus
melayani beragam macam pesawat, yang mempunyai
tipe roda pendaratan berbeda-beda, dan berlainan
beratnya. Pengaruh dari semua jenis model lalu lintas
harus dikonversikan ke dalam pesawat rencana dengan
Equivalent Annual Departure dari pesawat-pesawat
campuran tadi.
Rumus konversinya :
Ke
Dual Wheel
Dual Tandem
Dual Tandem
Dual Tandem
Single Wheel
Dual Wheel
Single Wheel
Dual Wheel
Faktor
pengali
0,8
0,5
0,6
1,00
2,00
1,70
1,30
1,70