Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Gia Suranta Surbakti

Kelas

:C

NIM

: 131000529

Mata Kuliah : Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan

TIGA STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN


1. Pemberdayaan
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2007 Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau
(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 Gerakan Pemberdayaan pada
hakikatnya adalah proses pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal
proses perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi
mau, dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan PHBS. Setiap fase perubahan
memerlukan informasi yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah fase
pertama, di mana kita harus dapat menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah
kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan
Pemberdayaan (Empowernment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai
bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya
Eropa. Untuk memahami konsep pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan
upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut
telah begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian presepsi
yang berbeda satu dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep tersebut
secara kritikal tentulah meminta kita mengadakan telaah yang sifatnya mendasar dan
jernih.
Menurut WHO, Pemberdayaan adalah kegiatan pemberian pengetahuan dan
keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu menjaga dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Kemandirian masyarakat dalam
menjaga dan meningkatkan kesehatanya merupakan tujuan dari kegiatan promosi
kesehatan.

Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah


dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Promosi
Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan bagi Petugas Kesehatan di
Puskesmas, 2011).
Pemberdayaan merupakan adanya suatu upaya yang sistematis dan terorganisir
untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat
berdaya dan mandiri berprilaku sehat yaitu tidak ingin mendapatkan masalah
kesehatan tersebut (Muhammad Anwar, SKM, MPH).
2. Bina Suasana
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2007 Binasuasana adalah upaya
menciptakan lingkungan sosial yang mendorongindividu anggota masyarakat untuk
mau melakukan perilaku yangdiperkenalkan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 Bina Suasana yaitu upaya untuk
menciptakan lingkungan sosial yang mendorong perubahan perilaku si sasaran.
Menurut teori, perubahan perilaku seseorang akan lebih cepat terjadi, jika lingkungan
sosialnya berperan sebagai pendorong, atau penekan (pressure).
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan bagi
Petugas Kesehatan di Puskesmas, 2011).
Bina suasana adalah suatu upaya yang sistematik dan terorganisir untuk menjalin
kemitraan dalam pembentukan opini yang positif tentang pencegahan masalahmasalah kesehatan yang akan ditanggulangi dari berbagai kelompok yang ada
dimasyarakat (Muhammad Anwar, SKM, MPH).
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
3. Advokasi

Advokasi adalah pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu


kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi
yang berhasil akan menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada
langkah selanjutnya sehingga keberlangsungan program dapat lebih tejamin (WHO)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 Advokasi adalah upaya untuk
mendapatkan dukungan baik berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun
sumber daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya, karena Advokasi
sebenarnya merupakan upaya/proses strategis dan terencana, menggunakan informasi
yang akurat dan teknik yang tepat.
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat
dengan membuat keputusan ( Decision makers ) dan penentu kebijakan ( Policy
makers ) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.

Dengan demikian, para pembuat

keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk


peraturan, undang-undang, instruksi yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan
masyarakat umum. Srategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran
advokasi ini adalah para pejabat eksekutif dan legislatif, para pejabat pemerintah,
swasta, pengusaha, partai politik dan organisasi atau LSM dari tingkat pusat sampai
daerah. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau pembicaraanpembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isuisu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengarui kesehatan masyarakat
setempat, dan seminar-seminar kesehatan ( Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayantin
2009 ).
Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil
kebijakan agar dapat memberikan dukungan masksimal, kemudahan perlindungan
pada upaya kesehatan (Depkes 2001).

Menurut para ahli retorika Foss dan Foss et. All 1980, Toulmin 1981 (Fatma
Saleh 2004), advokasi suatu upaya persuasif yang mencakup kegiatan-kegiatan
penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mngenai
sesuatu.
Organisasi non pemerintah (Ornop) mendefensisikan Advokasi sebagai upaya
penyadaran kelompok masyarakat marjinal yang sering dilanggar hak-haknya
(hukum dan azasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna membentuk opini public
dan pendidikan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa
Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
materi maupun non materi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Promosi
Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan bagi Petugas Kesehatan di
Puskesmas, 2011).
Advokasi dalam konteks promosi kesehatan adalah suatu upaya yang sistematik
dan terorganisir untuk kelancaran suatu aksi dengan tujuan adanya dukungan
kebijaksanaan dalam suatu program/kegiatan oleh pengambil keputusan dan berbagai
pihak terkait secara konsisten dan terus menerus (Muhammad Anwar, SKM, MPH).

CONTOH STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN


1. Kabupaten A terdiri dari 8 kecamatan dan 80 desa, setiap musim kemarau. Sudah 5
hari kabupaten tersebut selalu kekurangan air. Sehingga terjadi kasus diare yang
melanda hampir seluruh desa (55%) sumber air adalah sungai, sumur gali. Belum
semua keluarga punya jamban, sumur dan kebiasaan masyarakat mandi, cuci masih
di sungai. Pekerjaan penduduk petani, pedagang dan buruh tani. Berikut strategi
dasar promosi kesehatan.
Pemberdayaan:
Melakukan penyuluhan kesehatan (Penyuluhan individu, kelompok, kelompok
sebaya, konseling) tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan
pentingnya air bersih bagi kesehatan manusia.
Mengajak masyarakat berperan aktif dalam menanggani masalah kesehatan yang
sedang

terjadi

dengan

kegiatan-kegiatan

yang

mendorong

masyarakat

berperilaku bersih seperti melaksanakan arisan jamban di desa tersebut.


Melakukan life skill education (pendidikan keterampilan hidup sehat) di
masyarakat tersebut.
Bina suasana:
Pemerintah mengeluarkan peraturan terkait tentang penggunaan jamban di
masyarakat dan memberikan hadiah (reward) bagi masyarakat yang memakai
jamban dirumahnya dan memberikan hukuman (punishment) bagi masyarakat
yang tidak mau berperilaku hidup bersih dan sehat di tempat tinggalnya.
Membuat poster dan spanduk di lingkungan sekitar tentang bahaya penyakit dan
masalah kesehatan lainnya diakibatkan oleh tidak adanya jamban keluarga.
Membuat suatu perkumpulan keluarga-keluarga yang peduli akan hidup bersih
dan sehat dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti sarasehan,
seminar, sehingga membuat keluarga-keluarga yang tidak perduli akan jamban
keluarga dan hidup sehat mau ikut bergabung ke kelompok tersebut.
Membuat dialog interaktif atau iklan melalui media cetak dan elektronik yang
dapat dilihat oleh masyarakat tersebut tentang bahaya tidak memiliki jamban
keluarga dan air bersih di lingkungan masyarakat.
Advokasi:
Mendorong pemerintah mengeluarkan peraturan terkait masalah kesehatan
tersebut.

Mengadakan negoisasi kepada produsen jamban agar dapat bekerja sama dengan
promotor menyelesaikan masalah kesehatan di desa tersebut, misalnya dengan
memberikan harga jamban yang terjangkau.
Mengadvokasi pemerintah setempat (gubernur,

walikota,

dprd,

tokoh

masyarakat, tokoh agama, swasta, dan lsm) untuk ikut berpartisipasi dan
bekerjasama dalam menyelesaikan masalah kesehatan di desa terbut.

Anda mungkin juga menyukai