Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Di alam organisme tidak hidup sendiri tetapi berdampingan dan saling
berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap
tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak
sejenis. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat
positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif.
Namun dalam praktikum ini yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara
tanaman jagung dan kacang hijau. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan
sumber daya yang terbatas (resource competition) atau saling menyakiti antar
indifidu yang sejenis dengan kekuatan fisik (interference competition). Kompetisi
yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik
sedangakan interaksi antara individu yang tidak sejenis disebut interaksi
interspesifik (Naughhton, 1973).
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di
dalam suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah dipelajari (Irwan, 1992).
Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan memengaruhi terhadap
kondisi populasi karena tindakan individu dapat memengaruhi kecepatan
pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut Odum (1971), setiap anggota
populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing terhadap
makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling
membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah atau timbal balik.
Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi
antarspesies anggota populasi dapat berupa interaksi yang positif, negatif dan nol.
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar
sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari.
22

Persaingan (kompetisi) pada tanaman menerangkan kejadian yang menjurus pada


hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi lebih dari satu tanaman
dan tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan
sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan
kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat
negatif

atau

menghambat

pertumbuhan

individu-individu

yang

terlibat

(Wirakusumah, 2003).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan sesama
tanaman yaitu adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy
atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air.
Kompetisi ini disebut juga alelospoli. Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau
sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan
lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati. Adanya pengaruh baik fisik
maupun maupun biologis lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau
inang (Irwan, 1992).
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu kompettisi
didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan
kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik)
dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat
didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah
satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara,
cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Elfidasari, 2007).
23

Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang
berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya
terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan
persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Sarana pertumbuhan yang sering
menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi,
cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya
lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama yang
mempengaruh persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan.
Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi
tanaman dan diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta
komponen dan daya hasil (Clapham, 1973).
Praktikum ini penting dilaksanakan agar kita dapat mengetahui faktor
penentu apa saja yang berpengaruh terhadap tanaman Cyperus rotundus dan
Allium cepa yang di amati serta interaksi yang terjadi diantara keduanya.

1.2. Tujuan
Tujuan pratikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengevaluasi sejauh mana
terjadi kompetisi antar tanaman Cyperus rotundus dan kacang Allium cepa serta
interaksi yang terjadi diantara keduanya.

24

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan


kebutuhan akan sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu kompetisi
didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan
kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik)
dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat
didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah
satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara,
cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Odum, 1983).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan
terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin
bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di
sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat
yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah
untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya
(Naughhton,1973).
Secara teoritis apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies ,
maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat
bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang
luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu
yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau
25

lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara


merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan
dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang
berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian
kompetitif (competitive exclusion principles). Kompetisi dalam suatu komunitas
dibagi menjadi dua, yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau
scramble atau (exploitative competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan
secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference competition
atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan
kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak
terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia
(allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain (Gardner, 1990)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan
interspesifik pada tumbuhan, yaitu yang pertama jenis tanaman. Faktor ini
meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, bentuk pertumbuhan secara
fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki sistem perakaran
yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan
unsure hara. Kedua kepadatan tumbuhan, jarak yang sempit antar tanaman pada
suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini
karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman (Harter,
1961).
Ketiga penyebaran tanaman, untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan
dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang
penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi
daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Waktu, lamanya periode
tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang
mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur
26

tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan
oleh kompetisi (Harter, 1961).
Konsep yang menyatakan bahwa suatu tanaman dapat menimbulkan
pengaruh buruk atau keracunan atau hambatan pada tanaman dikenal dengan
allelopati. Allelopati ini ditemukan oleh Candolle sejak tahun 1832. Setelah itu
menyusul ahli-ahli seperti Pickering, pada tahun 1917, Molisch pada tahun 1937,
Bonner pada tahun 1950, Grummer pada tahun 1957, Evenari pada tahun 1949
dan lain-lainnya (Wirakusumah, 2003).
Allelopati merupakan interaksi antara tanaman yang ditimbulkan oleh hasil
metabolism tanaman. Muller mengemukakan bahwa allelopati adalah pengaruh
buruk atau merusak yang ditimbulkan oleh dapa satu tanaman pada tanaman lain
melalui prodiksi senyawa-senyawa kimia penghambat yang lepas ke lingkungan
hidup tanaman itu. Sedangkan Moral dab Gates menyatakan bahwa allelopati
hambatan pada perkecambahan, pertumbuhan atau pada metabolisme suatu
tanaman yang disebabkan pelepasan senyawa-senyawa organik oleh tumbuhan
lain (Fuller, 1964).
Persaingan merupakan pemindahan atau pengurangan satu atau beberapa
faktor lingkungan seperti air, hara lingkungan, dan cahaya yang diperlikan suatu
tanamanoleh
merugikanyang

tanaman

lain,

disebabkan

sedangkan
oleh

allelopati

senyawa-senyawa

merupakan
kimia.

pengaruh

Menghasilkan

antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Mekanisme


allelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme atau antar tumbuhan dan mikroorganisme (Fuller, 1964).
Rumput teki (Cyperus rotundus) merupakan tanaman yang biasanya
tumbuh secara liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari
seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan atau lahan
pertanian dan tumbuh sebagai gulma. Cyperus rotundus termasuk dalam family
27

Cyperaceae. Rumput teki mempunyai batang segitiga hidup sepanjang tahun


karena ketinggian 1075 cm bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di
ujung tangkai dengan tiga tunas helaian benang sari berwarna kuning jernih,
membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu payung. Pada
rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi umbi berwarna
coklat atau hitam dalamnya berwarna putih kemerahan. Umbinya berumpun dan
bentuknya bulat telur sebesar kacang tanah sampai beberapa cm. Rasanya sepat
kepahit-pahitan dan baunya wangi (Risyanti, 2009)
Tanaman bawang merah (Allium cepa L.) termasuk familia Liliaceae.
Tumbuhan ini banyak tumbuh semusim di tanah yang banyak mendapat sinar
matahari. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui umbinya. Bunga
bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai
dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan
dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang
didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya
sendiri dan mencapai 30-50 cm (Soejono, 2009)
Di alam beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman antara lain cahaya, tunjangan mekanik, suhu udara,
air dan unsur hara. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu
tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda. Apabila ketersediaan air dan
hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur, maka faktor
pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup di musim penghujan
berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan
yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu,
oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya
(Wirakusumah, 2003).

28

Untuk

mendapatkan

faktor

lingkungan

yang

optimal,

sehingga

memungkinkan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik, dapat dilakukan


dengan pengaturan jarak tanaman. Pengaturan jarak tanam berkaitan erat dengan
radiasi, pengaturan tanaman maupun kerapatan populasi memegang peranan
penting, sehingga persaingan terhadap radiasi surya dapat dikurangi dan tanaman
dapat menggunakan radiasi surya secara efisien. Di samping itu kerapatan
populasi jufa mempengaruhi persaingan di antara tanaman dalam menggunakan
lenggas tanah dan unsur hara (Naughhton,1973).

29

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 Maret 2015, pukul 10.3013.00, pengamatan dilakukan satu kali seminggu selama 8 minggu dan berakhir
pada tanggal 29 April 2015. Di Rumah Kawat, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan utnuk membantu praktikum ini adalah polybag
ukuran 8 kg, label tempel, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
tanah humus 25 kg, 10 umbi Allium cepa yang telah tumbuh, dan 20 batang
Cyperus rotundus yang memiliki umbi.

3.3. Cara Kerja


Disiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kelancaran praktikum.
Diambil polybag kemudian di isi dengan tanah humus yang sudah diberi pupuk
hingga tiga perempat bagian polybag sebanyak 5 buah. Siapkan Allium cepa yang
akan ditanam. Perlakuan yang diberikan ada 5 yaitu 2 Aliium cepa untuk
perlakuan kontrol (A), 2 Allium cepa dengan 2 Cyperus rotundus (B), 2 Allium
cepa dengan 4 Cyperus rotundus (C), 2 Allium cepa dengan 6 Cyperus rotundus
(D), dan 2 Allium cepa dengan 8 Cyperus rotundus (E). Dipastikan bahwa
Cyperus rotundus yang ditanam tidak bercabang begitu juga dengan Allium cepa,
yang ditanam tidak ganda. Kemudian lakukan pengamatan sekali seminggu
selama 8 minggu pengamatan.
30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu:
Tabel 1. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-1 (11 Maret
2015)
Parameter Pengamatan
Tinggi
Jumlah
Tanaman (cm)
Daun
-

Perlakuan

Pengamatan

Keterangan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

3,5
3,0

6
-

Belum tumbuh
Belum tumbuh
-

Perlakuan 3

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

5,5
5,2
5,5
5,4

Belum tumbuh
Belum tumbuh
-

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

4,5
4,0
5,0
6,2
6,5
5,6

2
-

Belum tumbuh
Belum tumbuh
-

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

4,2
3,0
3,8
2,8
12,0
3,7
4,7
3,4

2
5
-

Belum tumbuh
Belum tumbuh
-

Belum tumbuh
Belum tumbuh

31

Tabel 2. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-2 (18 Maret
2015)
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah
(cm)
Daun
15,1
3
27,6
15

Perlakuan

Pengamatan

Keterangan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

31,2
31,1

0
0
4
4

Belum tumbuh
Belum tumbuh
-

Perlakuan 3

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

6,5
31
36,4
12,6
42,6

4
7
4
1
3

Mati
-

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

7,5
13,7
18,1
10,1
-

2
8
2
1
-

Mati
Mati
Mati
Mati

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

32,6
30,2
6,6
44,3
9,0
10,1
31,2
29,6
15,2
18,7

9
6
2
3
1
3
3
4
2
4

Tabel 3. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-3 (25 Maret
2015)
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah
(cm)
Daun
31,0
6
29,0
14

Perlakuan

Pengamatan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

1,0
1,0
44,0
30,5

1
4
4

Keterangan
-

32

Perlakuan 3

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

25,0
31,0
46,5
40,0
61,0

11
8
4
5
4

Mati
Ada tunas baru
-

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

10,5
15,0
3,5
7,0
10,5
18
-

5
9
1
3
2
2
-

Mati
Ada tunas baru
Ada tunas baru
Mati

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

34,0
36,6
24,0
5,0
9,5
29,0
54,0
37,0
42,0
38,0

15
13
4
4
2
4
5
4
4
5

Tabel 4. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-4 (01 April
2015)
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah
(cm)
Daun
39,0
6
-

Perlakuan

Pengamatan

Keterangan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

20,8
9,9
43,6
31,6

4
4
4
4

Perlakuan 3

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

30,5
26,5
43,0
40,5
27,5

9
3
5
3
4

Mati
-

Mati

33

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

10,5
14,5
11,0
18,2
14,5
-

5
9
2
3
3
-

Mati
Ada tunas baru
Ada tunas baru
Mati
Mati

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

34,0
37,0
56,3
41,0
42,5
67,0
36,5
50,0
50,0

8
10
4
5
4
5
4
4
4

Mati
-

Tabel 5. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-5 (08 April
2015)
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah
(cm)
Daun
42,2
12
-

Perlakuan

Pengamatan

Keterangan

Perlakuan
1
(Kontrol)
Perlakuan
2

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

38,8
24,1
48,5
32,5

7
8
4
4

Perlakuan
3

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

30,5
58,9
60,1
59,0

8
9
4
4

Mati
Mati
-

Perlakuan
4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

13,2
16,0
14,0
22,3
14,5
18,2
-

4
8
2
2
3
2
-

Mati
tunas baru
tunas baru
Mati

Perlakuan
5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

44,0
51,0

5
4

Mati
Mati
-

Mati

34

Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

4,0
44,0
69,0
76,0
56,0
49,5

1
4
5
3
4
4

Tunas baru
Tunas baru
-

Tabel 6. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-6 (15 April
2015)
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah
(cm)
Daun
45,1
16
-

Perlakuan

Pengamatan

Keterangan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

45,6
36,9
57,3
32,7

14
10
4
4

Perlakuan 3

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

47,0
60,2
54,0

9
4
4

Mati
Mati
Mati
-

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

21,8
26,5
10,0
20,0
-

3
3
2
3
-

mati
mati
Tunas baru
mati
tunas baru
Mati

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

43,3
51,2
34,8
44,2
83,4
35,9
55,2
49,2

3
4
3
4
5
6
4
4

Mati
Mati
-

Mati

Tabel 7. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-7 (22 April
2015)
35

Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah
(cm)
Daun
41,5
16
-

Perlakuan

Pengamatan

Keterangan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

50,9
74,5
52,2
32,2

17
8
4
4

Perlakuan 3

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

48,8
60,8
55,2

7
4
4

Mati
Mati
Mati
-

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

21,7
25,0
21,0
17,1
-

3
3
2
3
-

mati
mati
mati
Mati

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

43,9
51,1
44,4
44,1
88,9
76,6
55,3
49,2

4
4
4
4
6
7
7
4

Mati
Mati
-

Mati

Tabel 8. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ke-8 (29 April
2015)
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Jumlah
(cm)
Daun
-

Perlakuan

Pengamatan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

Perlakuan 3

Allium cepa 1

Keterangan
mati
mati

32,0
51,0
50,0
32,5

18
8
4
4

mati

36

Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

48,0
60,8
55,0

7
4
3

mati
mati
-

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

23,0
25,0
28,0
-

3
3
2
-

mati
mati
mati
mati
mati

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

43,0
53,0
48,0
45,0
53,0
38,0
55,0
49,0

4
4
5
4
6
7
7
3

mati
mati
-

Tabel 9. Berat bersih Allium cepa dan Cyperus rotundus


Berat Bersih
(gram)

Keterangan

mati
mati

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2

2,40
1,00
0,47
0,56

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4

0,97
0,62
1,17

mati
mati
mati
-

Perlakuan

Pengamatan

Perlakuan 1
(Kontrol)

Allium cepa 1
Allium cepa 2

Perlakuan 2

Perlakuan 3

37

Perlakuan 4

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6

0,30
1,33
0,71
-

mati
mati
mati
mati
mati

Perlakuan 5

Allium cepa 1
Allium cepa 2
Cyperus rotundus 1
Cyperus rotundus 2
Cyperus rotundus 3
Cyperus rotundus 4
Cyperus rotundus 5
Cyperus rotundus 6
Cyperus rotundus 7
Cyperus rotundus 8

0,92
0,52
0,43
0,61
1,23
0,30
0,40
0,92

mati
mati
-

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa terjadi kompetisi
intraspesies dan interspesies. Dari hasil yang diperoleh, yang terlihat sekali adalah
persaingan interspesies dimana Cyperus rotundus sebagai tumbuhan gulma lebih
cepat tumbuh dibandingkan Allium cepa. Allium cepa baru tumbuh pada minggu
kedua pengamatan.
Pada minggu berikutnya terlihat bahwa Allium cepa dan Cyperus rotundus
Perlakuan 2 lebih subur dibandingkan perlakuan lainnya, termasuk kontrol.
Praktikan menduga hal ini terjadi karena perbedaan kualitas Allium cepa yang
ditanam. Namun minggu ke 6 sampai minggu ke 8 semakin dapat dilihat
persaingan antar jenis tanaman. Allium cepa mulai mengalami defisiensi dan
bahkan mati.
Ruang merupakan faktor yang penting dalam persaingan antar spesies
karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang
yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama yang
memengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya adalah
kerapatan. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman
38

yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi
tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan
tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti
jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi
untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas (Budi, 2009). Teori
ini sesuai dengan hasil pengamatan yang diperoleh pada beberapa minggu
menjelang minggu ke-6 sampai ke-8 bahwa semakin tinggi kerapatan tanaman
maka semakin besar maka jumlah jumlah tanaman yang sejenis dan semakin
tinggi tingkat kompetisi untuk mendapatkan air, nutrisi yang jumlahnya terbatas.
Kompetisi yang dapat dilihat adalah Allium cepa mulai layu bahkan beberapa ada
yang mati.
Kemudian kompetisi interspesies juga terjadi antara Allium cepa dengan
Cyperus rotundus. Pada pengamatan awal dapat dilihat bahwa yang tumbuh
pertama adalah perlakuan kontrol yang tidak terdapat Cyperus rotundus.
Sedangkan perlakuan yang diberi gulma (Cyperus rotundus) belum tumbuh juga.
Dari hasil tersebut dapat dibuktikan telah terjadi kompetisi interspesies untuk
memperebutkan nutrisi dan hara yang terdapat di dalam tanah.
Faktor- faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan
tumbuhan dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah,
oksigen, unsur hara dan karbon dioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat
pula faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman
tersebut. Adapun faktor eksternal tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan
penyerbuk, agen dispersal biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara serta
angin. Adanya gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan (Setiadi, 1989).
Pada umumnya kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan suatu biji
tumbuhan merupakan faktor penentu untuk menghadapi dan menanggulangi
39

persaingan. Biji yang tumbuh terlebih dahulu akan menyebabkan tumbuhan


tersebut mencapai tinggi yang lebih besar, mendapatkan intensitas cahaya
matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar tumbuhnya (Indriyanti, 2006). Biji
suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat faktor-faktor
yang mengukung hal tersebut terjadi. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap
pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri, sedangkan faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah kadar air, kelembaban tanah, suhu tanah,
intensitas cahaya dan faktor fisik lainnya (Budi, 2009).
Menurut Indriyanti (2006) mengatakan bahwa adanya persaingan gulma
dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau
kompetisi antar sesama gulma di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari
dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam jumlah (kuantitas). Hal ini sesuai deangan
hasil akhir dari pengamatan kompetisi antara rumput teki dengan bawang, dimana
bawang mengalami kekalahan dalam kompetisi karena rumput teki lebih memiliki
daya tahan yang baik terhadap faktor-faktor dalam kompetisi.
Kelompok gulma teki-tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu
bertahan berbulan- bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4
yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat.
Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan
tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris,
tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Hal ini sangat berbeda
dengan kelompok gulma bayam-bayaman yang paling rentan terhadap pH tanah
dan air (Setiadi, 1989).
Semakin cepat salah satu jenis gulma tumbuh (rumput teki), semakin hebat
persaingannya. Pertumbuhan dari jenis gulma lain semakin terhambat, dan
40

hasilnya semakin menurun. Dalam hal ini, memang kecepatan tumbuh pada
rumput teki 2 kali lipat dibanding pada bawang melihat dari dominasi rumput teki
terhadap bawang di lokasi lahan. Semakin rapat salah satu gulmanya, maka
persaingan yang terjadi antara kedua jenis gulma akan semakin hebat,
pertumbuhan salah satu jenis gulma semakin terhambat, dan hasilnya semakin
menurun. Hubungan antara kerapatan salah satu jenis gulma dengan pertumbuhan
dari jenis gulma lain merupakan suatu korelasi negatif. Hal ini dapat dilihat dari
persaingan kedua jenis gulma yaitu antara tumbuhan bayam liar dengan rumput
teki yang berada di suatu lahan yang sudah tidak ditanami tanaman budidaya lagi.
Gulma dari rumput teki terlihat sangat rapat sekali pertumbuhannya dan juga
ketebalan tajuknya (Budi, 2009).
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya rumput teki dan bawang, persaingan
antara keduanya juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan
air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air
diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan
hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Persaingan
memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan dalam
hal ini tempat kedua jenis gulma. Disini, tumbuhan bawang lebih membutuhkan
banyak air daripada rumput teki. Walaupun dalam perebutan air tumbuhan
bawang lebih dominan, tetapi untuk daya tahan terhadap lingkungan yang ekstrem
ternyata rumput teki lebih mampu beradaptasi. Hal ini dikarenakan rumput teki
memiliki umbi batang yang berada dalam tanah yang dapat bertahan sampai
berbulan-bulan lamanya (Risyanti, 2009).
Kompetisi yang terjadi antara Allium cepa dan Cyperus rotundus juga
terlihat pada berat bersih kedua tumbuhan tersebut (Tabel 9.) dimana total berat
bersih Allium cepa lebih kecil daripada total berat bersih Cyperus rotundus,
karena jumlah yang lebih banyak sehingga menyerap air dan unsur hara pada
41

tanah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah air dan unsur hara yang diserap
oleh Allium cepa. Tumbuhan yang menyerap air dan unsur hara lebih banyak akan
memiliki akar yang lebih panjang dibandingkan dengan tumbuhan yang menyerap
air dan unsur hara dengan jumlah sedikit akan memiliki akar yang lebih pendek.
Panjang akar tersebut akan mempengaruhi berat pada tumbuhan. Tumbuhan
dengan akar yang lebih panjang akan lebih berat. Sehingga dapat dikatakan bahwa
tumbuhan yang berhasil dalam kompetisi akan lebih berat dibanding tumbuhan
yang gagal dalam kompetisi.
Hal ini didukung oleh pendapat Gersani et.al.,(2001) yang menyatakan
bahwa Kompetisi tanaman juga terjadi di akar. Hal tersebut terjadi karena
tanaman satu dengan yang lainnya sering memperebutkan tempat untuk tumbuh.
Keadaan untuk berbagi tempat tumbuh kepada tanaman lainnya mendorong
tanaman untuk secara maksimal mungkin memperebutkannya. Jika salah satu
tanaman kalah dalam kompetisi maka akan terjadi penurunan pertumbuhan akar
sehingga sulit tumbuh dan akan menghasilkan akar tanaman yang lebih kecil
dibandingkan yang lain.

42

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat ditari kesimpulan sebagai berikut,
1. Kompetisi intraspesies terjadi pada Allium cepa dan Cyperus rotundus dimana
terjadi kompetisi dari dua species yang berbeda, dan Cyperus rotundus
berhasil dalam kompetisi.
2. Kompetisi interspecies terjadi antar sesama Allium cepa. Hasil akhir kompetisi
interspecies adalah Allium cepa yang berkompetisi sama-sama mati.

5.2. Saran
Sebaiknya praktikan untuk melakukan penyiraman secara teratur selama
pengamatan dan membuang semua gulma penganggu yang tidak termasuk ke
dalam perlakuan selama praktikum. Sehingga hasil yang didapatkan lebih efektif
dan akurat.

43

DAFTAR PUSTAKA
Budi, G.P. dan O.D. Hajoenitijas. 2009. Kemampuan kompetisi beberapa varietas
kedelai (Glicyne max) terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica)
dan teki (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 7: 127129.
Clapham, W. B. 1973. Natural Ecosystem. Mc.Millan Publishing, Inc. New York.
Elfidasari, D. 2007. Jenis interaksi intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis
kuntul saat mencari makan di sekitar cagar alam Pulau Serang Dua,
Provinsi Banten. Jurnal Biodiversitas 8: 266-269.
Fuller, J. H. and L. B. Caronthus. 1964. The Plant World (4rd edition). Holt,
Ricard Winston, Inc. USA.
Gardner, J. N., Baldridge, W. S., Gribble, R., Manley, K., Tanaka, K., Geissman, J.
W., Gonzalez, M., and Baron, G., 1990, Results from Seismic Hazards
Trench #1 (SHT-1). Los Alamos Seismic Hazards Investigations; Los
Alamos National Laboratory unpublished report EES1.
Gersani, M., Joel S.B., Erin E.O., Godfrey M.M., and Zvika A. 2001. Tragedy of
the commons as a result of root competition. Journal of ecology. 89 : 660669.
Harter, H. L. 1961. Expected values of normal order statistics. Bwmetrika, 48,
151-165.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas,
Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press. Yogyakarta.
Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan
Srigandono, B). Penerbit Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. CBS College Publishing. United States of
America.
Risyanti. 2009. Emping Rumput
Muhammadiyah Malang.

Teki

(PKM-K).

Malang:

Universitas

Setiadi, Dedi, Muhadiono, dan Ayip, Yusron. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi.
PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Soejono, A.T. 2009. Ilmu Gulma. Diakses pada tanggal 7 April 2013.
44

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UIPress. Jakarta.

45

Anda mungkin juga menyukai