Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Jurnal Kesehatan
Rabu, 09 Juli 2014
jurnal harga diri rendah
Abstr
ak
Harga diri rendah merupakan salah satu masalah keperawatan utama yang
sering ditemukan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provsu Medan. Untuk mengatasi masalah harga diri rendah, perawat dapat
memberikan
tindakan keperawatan dengan menggunakan strategi
pelaksanaan komunikasi terapeutik harga diri rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi
terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga
diri dengan menggunakan uji t-test. Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) menggunakan desain prepost, dengan jumlah sampel 22 orang dibagi dalam kelompok intervensi
dan kelompok kontrol masing-masing berjumlah 11 orang dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Intervensi yang dilakukan adalah
dengan
menerapkan
strategi
pelaksanaan
komunikasi
untuk
melaksanakannya pada kelompok intervensi yang terdiri dari dua sesi
pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur
kemampuan kognitif dengan metode wawancara dan lembar observasi
penilaian kemampuan
psikomotor yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Hasil penelitian unpaired-test menunjukkan hasil yang sama
yaitu p = 0.000 (p < 0.05), artinya ada perbedaan kemampuan kognitif
dan psikomotor paasien dalam meningkatkan harga diri pre-post test pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah penerapan startegi pelaksanaan komunikasi harga diri rendah dapat
psikomotor pasien
Abstract
Selfesteem disorder is one of the major nursing issues that are often found in
patient with mental disoreder at Pshyciatric Hospital dr. Amino
Gondohutomo Semarang. To overcome the problem, the nurse may provide
nursing action by using thraupetic communication strategy for the patient
with self-esteem disorder. The major aim of this study is to determine the
effect of communication strategy to the ability of patient with self-esteem
disorder on improving self-esteem by using t-test. The designed of this
research is quasi-experiment studies by using pre-post designed. The
sample is 22 people that devided into intervention group and control group
wich each group is 11 people by using purposive sampling technique.
There are two instrument that used in this research namely quesionnaire
to measure cognitive ability by using interviewing method and observation
sheet to measure psychomotor ability that have tested the validity and
reliability. According to unpaired t-test of measurement cognitive and
psychomotor abilities showed the similar value of p = 0.000 (0.005). Its
mean that there are differences in cognitive and psychomotor ability on
improving self esteem pre-post test between control group and
intervention group. The conclution of this research is the implementation of
communication strategy for the patient with self-esteem disoreder can help
improve cognitive and psychomotor abilities in down increasing selfesteem.
adalah penilaian diri atau perasaan tentang diri yang negatif, perasaan sadar
atau tidak sadar dan dipertahankan dalam waktu yang lama serta individu
cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang
lain.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Rentang respon
Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
Respon maladaptif :
Aktualisasi
diri
dan
konsep
diri
yang
negatif
serta
bersifat
merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur
dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis.
Harga diri rendah :
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji
realitas. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan
orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton televisi terus-menerus.
Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial,
keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan
mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan
obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
untuk mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti
tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas
negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.
4)
d.
1)
2)
3)
4)
2)
b.
1)
2)
1)
2)
3)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Manifestasi klinis
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga
diri rendah, Fitria (2010) :
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.
Pandangan hidup yang pesimistis.
Tidak menerima pujian.
Penurunan produktivitas.
Penolakan terhadap kemampuan diri.
Kurang memperhatikan perawatan diri.
Berpakaian tidak rapi, selera makan berkurang tidak berani menatap lawan
bicara.
Lebih banyak meunduk.
Bicara lembut dengan nada suara lemah.
Menurut NANDA (2009) tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah:
Bergantung pada pendapat orang lain
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
Secara berlebihan mencari penguatan
Ekspresi rasa bersalah
Ekspresi rasa malu
Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
Enggan mencoba situasi baru
Enggan mencoba hal baru
Perilaku bimbang
Kontak mata kurang
Perilaku tidak asertif
Sering kali mencari penegasan
Pasif
Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
Menurut Suliswati, 2005 tanda dan gejala yang bisa muncul pada klien
dengan gangguan jiwa dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut:
Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh:
Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
Menolak bercermin.
Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
Menolak usaha rehabilitasi.
Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
Menyangkalcacat tubuh.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
c.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
d.
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
4)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
1.
Penatalaksanan medis
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah kronis adalah:
System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus.
Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi
klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi
dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah
dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang
masuk tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan yang
mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien.
Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah:
Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), melihat wilayah
otak dan tanda-tanda abnormalitas
pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. Beberapa prosedur
menggunakan kontras gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti:
Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan.
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Aktualisasi
Diri
Konsep Diri
Harga Diri
Rendah
Kerancauan Depersonalisasi
Identitas
saling mengenal dan saling percaya antara perawat dengan klien, prosedur
tindakan yang dilakukan pada pertemuan pertama mengajak klien untuk
berkenalan, dan berbincang-bincang dengan hasil klien belum mampu
membina hubungan sosial saling percaya karena klien sulit diajak bicara, hal
ini ditunjukkan dengan ekspresi klien nampak menunduk, kontak mata
kurang dan masih tampak malu. Pada pertemuan selanjutnya melakukan
tindakan yang yang sama pada hari pertama yakni SP1P yang salah satunya
adalah BHSP (bina hubungan saling percaya) yang bertujuan untuk saling
mengenal dan saling percaya antara perawat dengan klien, hal ini dapat
mempererat sosialisasi hubungan antara klien dengan perawat, tindakan
yang dilakukan oleh penulis mengajak klien untuk berkenalan, dan
berbincang-bincang dengan hasil klien sudah bisa berhubungan dengan
orang lain dan sudah mulai percaya dengan perawat, hal ini ditunjukkan
dengan klien sudah mulai berbicara, kontak mata bisa dipertahankan,
setelah melakukan BHSP, mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, penulis
berusaha menghindarkan pemberian penilaian negatif setiap bertemu klien
dan mengutamakan pemberian pujian yang realistis sehingga klien dapat
menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, hal ini bertujuan untuk
menilai kemampuan yang dapat digunakan, penulis melakukan tanya jawab
dengan klien, menilai kemampuan apa yang mudah dilakukan dan yang mau
dilakukan setiap hari, tindakan yang dilakukan oleh klien adalah klien mau
melakukan cuci piring, hal ini ditunjukkan klien tampak melakukan kegiatan
mencuci piring setiap hari, tetapi masih malas-malasan. Pada hari ketiga
penulis melanjutkan SP2P dengan tindakan yang dilakukan adalah
menciptakan lingkungan yang aman dan tenang hal ini memiliki tujuan
supaya dalam keadaan yang tenang klien lebih rileks dan lebih terbuka
untuk diajak berbincang-bincang, klien tampak lebih baik dibandingkan hari
sebelumnya, klien sudah mau melakukan kegiatan mencuci piring dan
menyapu dengan baik tetapi belum mau memasukkan kejadwal harian.
Data yang didapat oleh penulis dari data subjektif klien mengatakan
malu karena sering diejek tetangganya karena sakit jiwa, klien mengatakan
tidak bisa membaca, menulis, dan tidak tahu apa-apa, klien ingin melakukan
ibadah haji tetapi keinginanya sering diejek oleh tetangganya dan belum
tercapai sampai sekarang, klien mengatakan ingin tenang dan tidak ada
yang mengganggu dan mengejek. Sedangkan data objektif yang mendukung
diagnosa di atas adalah klien suka menyendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, mata klien tampak berbinar-binar mengeluarkan air
mata, ekspresi klien sedih, kontak mata cukup ketika berbicara, klien tampak
bingung. Menurut NANDA (2009) batasan karakteristik harga diri rendah
kronik adalah evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa, bergantung pada pendapat orang lain, melebih-lebihkan umpan
balik negatif tentang diri sendiri, ekspresi rasa bersalah, ekspresi rasa malu,
kontak mata kurang, perilaku tidak asertif, pasif, enggan mencoba situasi
dan hal baru.
Diagnosa yang ditegakkan penulis pada bab sebelumnya belum sesuai
dengan teori karena pada laporan kasus penulis menggunakan diagnosa
laki 942 responden (60,2 %), dan jumlah perempuan 622 responden (39,8
%).
Hasil Penelitian
Data Umum
Tabel 1. Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino
Gondohutomo Semarang.
2.
Perempuan
622
No JenisKelamin
1.
Laki laki
39,8%
Jumlah
Frekuensi %
942
60,2%
1564
100%
2.
3.
4.
5.
6.
Keliat,
B.A.
Proses
Jakarta:EGC.2006:63
Keperawatan
Kesehatan
Jiwa:
Edisi
2.
7.
8.
9.
10. Fitria, Nita. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:Salemba
Medika.2010:241
11.
Sriati,
2008.
Cara
Meningkatkan
Harga
http://www.belajarpsikologi.com , Di akses tanggal 30 September 2013
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Diri.
19.
20.
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Ruti Wiyati
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (4)
o Juli (4)
jurnal kesehatan
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.