BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hipertensi pada Lansia
a. Pengertian Lansia
Pengertian lansia menurut Dictionary of The Sports and
Exercise Sciences (Hannan, 2000), menjelaskan pengertian tentang
penuaan (aging), yaitu: Elderly is the normal proccess of growing
old, without regard to chronological age characterized by a loss of
ability to adapt. 2. Continuing molecular, cellular, and organismic
differentional. Paragraf tersebut menjelaskan bahwa lansia adalah
sebuah proses normal menjadi tua tanpa suatu kriteria usia tertentu di
mana pada usia itu mengalami berbagai macam perubahan baik
perubahan molekul, sel dan perubahan kemampuan fungsi organ.
Ditinjau dari ilmu geriatri (Stanley dan Patricia, 2007), menua adalah
poses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Santoso dan Andar (2009)
menjelaskan penuaan adalah proses biologis alami atau normal
meliputi seluruh masa kehidupan mulai dari lahir, pertumbuhan, dan
perkembangan untuk mencapai usia matang pada usia 30-50 tahun
14
orang
dianggap
lansia
ketika
sudah
pensiun
dari
15
16
17
darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan
ketahanan yang kuat (Burnside dan Thomas, 2004).
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan
darah tinggi jika memiliki nilai systole 140 mmHg dan diastole 90
mmHg. Pada lansia hipertensi dicirikan dengan hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal, keadaan ini biasanya ditemukan pada orang
yang telah berusia 50 tahun ke atas dan memastikan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Neutel,
2011).
Hipertensi pada lansia dibedakan menjadi dua macam yaitu
hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada
usia pertengahan dan hipertensi sistolik pada usia di atas 65 tahun.
Tekanan diastolik meningkat pada usia sebelum 60 tahun dan
menurun sesudah usia 60 tahun. Tekanan sistolik meningkat dengan
bertambahnya usia (Kuswardhani, 2006).
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering
ditemukan menjadi faktor utama penyakit koroner. Lebih dari
separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit
jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan
menjadi dua macam yaitu hipertensi pada tekanan sistolik sama atau
lebih besar dari 140mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau
18
hipertensi menurut
WHO
(World
Health
Kategori WHO
Sistolic
(mmHg)
Optimal
<120
Normal
<130
High Normal
130-139
Grade 1 hypertension 140-159
(mild)
140-149
Subgroup: Borderline
160-179
Grade 2 Hypertension
(moderate)
180
Grade 3 Hypertension
(severe)
210
Isolated systolic
Hypertensien Subgroup: 140
Borderline
140-149
Diastolic
(mmHg)
<80
<85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
120
<90
<90
19
20
21
b) Usia
Semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai
tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.
Hipertensi pada lansia harus ditangani secara khusus. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat.
c) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan
22
tekanan
darah,
mungkin
dengan
dapat
cara
asupan
garam
yang
banyak
menyebabkan
23
pembuluh
darah
tersebut.
Aliran
darah
akan
latihan
olahraga
yang
rutin
diharapkan
akan
berhubungan
dengan
peningkatan
volume
24
tekanan
Apabila
darah
stress
secara
intermiten
berkepanjangan,
(tidak
dapat
hipertensi
sistolik
ditandai
dengan
penurunan
25
dengan
bertambahnya
norepinephrin
menyebabkan
26
Sirkulasi
Gejala
Kelemahan, letih, nafas
pendek,
gaya
hidup
monoton.
Riwayat
hipertensi,
arteriosklerosis,
penyakit
janutng
koroner,
dan
penyakit cerebravaskular.
Integritas ego
Eliminasi
Neurosensori
Tanda
Frekuensi
jantung
meningkat,
perubahan
irama jantung, takipnea.
Kenaikan TD, hipotensi
postural
(mungkin
berhubungan
dengan
regimen obat), Nadi
(denyutan
jelas
dari
karotis,
jugularis,
radialis,perbedaan denyut
seperti denyut femoral
melambat
sebagai
kompensasi
denyutan
radialis atau brakialis,
denyut popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak
teraba
atau
lemah),
takikardi, Bunyi jantung [
terdengar S2 pada dasar
S3 (CHF dini),
s4
(pergeseran ventrikel kiri
atau hipertrofi ventrikel
kiri)], murmur stenosis
vulvular, kulit pucat,
sianosis, dan diaphoresis,
kemerahan, kongesti.
Gelisah, tangisan yang
meledak, gerak tangan
empati, otot muka tegang,
gerakan
fisik
cepat,
peningkatan pola bicara.
27
Pernafasan
(penurunan
kekuatan
genggaman tangan dan
atau
refleks
tendon
dalam),
Distress
respirasi
/
penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas
tambahan
(mengi),
sianosis.
28
Sistem organ
Jantung
2
3
4
5
Komplikasi
Infark miokard, angina pectoris dan gagal
jantung kongestif
Stroke, enselopati hipertensif
Gagal ginjal kronis
Retinopati hipertensif
Penyakit pembuluh darah perifer
Mansjoer
(2002),
katergori
penatalaksanaan
29
Kelompok
Risiko A
Modifikasi
gaya hidup
Modifikasi
gaya hidup
Dengan obat
Penatalaksanaan
secara
Kelompok
Risiko B
Modifikasi
gaya hidup
Modifikasi
gaya hidup
Dengan obat
umum
bagi
Kelompok
Risiko C
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
lansia
penderita
aktivitas
fisik
aerobik
(30-45menit/hari),
gangguan
akumulasi
obat
terutama
obat-obatan
yang
30
membutuhkan
pengeluaran
energi
pada
tingkat
atas
31
aerobik
ialah
latihan
yang
dilakukan
guna
32
sedangkan
latihan
pasif
hanya
bertujuan
kapasitas
aerobik,
kekuatan,
fleksibilitas
dan
33
34
35
36
37
b)
38
39
40
Discorobic
Kombinasi antara gerakan aliran keras dan gerakan
aliran ringan. Kombinasi antara gerakan disco dan gerakan
senam. Diiringi alunan musik hip-hop yang beraliran keras.
Senam aerobik jenis ini bisa dikategorikan sebagai dance dan
bisa juga dikatakan sebagai senam.
41
4) Rockrobic
Kombinasi gerakan-gerakan aerobic serta gerakangerakan rock and roll. Menggunakan musik rock yang beraliran
keras dengan gerakan menendang dan meloncat. Dilakukan oleh
anak-anak remaja dengan kombinasi yang bermacam-macam.
Sama seperti discorobic, rockrobic pun bisa dikategorikan
sebagai dance.
5)
Aerobic sports
Kombinasi gerakan-gerakan keras dan ringan serta
gerakan kelentukan. Biasa digunakan oleh para atlet senam dan
atlet renang, untuk menjaga kelentukan tubuh sehingga tidak
terjadi kekakuan otot. Berfungsi untuk menguatkan semua
bagian otot tubuh. Kombinasi antara high impact dan low
impact.
42
43
1) Latihan Pemanasan
Latihan yang bersifat pendahuluan yang tujuannya
untuk: a) meningkatkan suhu tubuh, dan secara bertahap
meningkatkan denyut nadi dari denyut nadi istirahat menjadi
denyut nadi latihan, b) Meningkatkan elastisitas otot dan
ligamentum persendian, dilaksanakan secara perlahan-lahan dan
tidak terlalu memaksakan serta c) Mempersiapkan tubuh baik
fisik atau mental ke aktivitas yang dilaksanakan. Pemanasan
dapat dilakukan dengan peregangan. Ada 4 jenis peregangan
yaitu sebagai berikut: a) peregangan dinamis, b) peregangan
statis, c) peregangan pasif dan d) peregangan kontraksi dan
relaksasi. Peregangan yang dianjurkan bagi lansia yaitu
peregangan pasif dan peregangan statis.
2) Latihan inti
Kegiatan ini lebih aktif dan melibatkan gerakan yang
disiplin
untuk
melatih
bagian
tubuh
tertentu
dengan
44
kecepatannya
selama
3-5
menit
untuk
45
46
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka menurut Appel dkk (2007),
Anderson (2011), Budisetio (2005), Kuswardhani (2006), Mansjoer
(2002), Giriwijoyo (2007) dan Tangkudung (2004) maka dapat dibentuk
kerangka teori sebagai berikut:
Faktor Risiko
Lansia penderita
hipertensi
Penanganan
Faktor resiko yang
dapat dikontrol:
1. Kebiasaan
merokok
2. Stress
3. Aktifitas
olahraga
4. Konsumsi
garam natrium
5. Alkohol
6. Obesitas
Penatalaksanaan non
farmakologis pada lansia
penderita hipertensi:
1. Menurunkan berat
badan apabila terjadi
kelebihan
2. Mengurangi asupan
lemak jenuh dan
mengurangi
konsumsi garam
natrium
3. Membatasi alkohol
dan berhenti
merokok
4. Meningkatkan
aktivitas fisik
aerobik
Tekanan Darah
47
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat digambarkan suatu
kerangka konsep penelitian pada skema 2.2 sebagai berikut:
Variabel bebas:
Variabel terikat:
Tekanan darah
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Pekerjaan
4. Riwayat alkohol
5. Riwayat merokok
6. Status indeks
masa tubuh
7. Konsumsi natrium
8. Stress
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Saryono (2011), hipotesis merupakan prediksi dari hasil
penelitian. Dari penelitian ini didapat hipotesis kerja yaitu Ha: Ada
pengaruh antara latihan aktivitas fisik senam aerobic low impact terhadap
tekanan darah di Posyandu Lansia Kelurahan Brebes.