Dosen Pengampu
II.
TUJUAN
- Mampu mengidentifikasi beberapa macam alat dan menggunakannya dengan
benar
- Mengenalkan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium
- Mampu menggunkan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di
laboratorium dengan benar
PENGENALAN ALAT
Berikut akan dibicarakan mengenai beberapa alat yang akan digunakan dalam praktikum
kimia dasar lingkungan :
1. Pipet volume. Pipet ini terbuat dari kaca dengan skala/volume tertentu, digunakan
untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera
pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan
propipet atau bulb untuk menyedot larutan.
2. Pipet ukur. Pipet ini memiliki skala, digunakan untuk mengambil larutan dengan
ukuran tertentu. Pipet ini lebih presisi jika dibandingkan dengan pipet volume.
Gunakan bulb atau katet penghisap untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan
mulut.
3. Pipet tetes. Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung
bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan kecil.
4. Bulb atau Bola Hisap. Alat ini terbuat dari karet, digunakan untuk menghisap
larutan. Biasanya di pasang pada pipet ukur dan pipet volume.
5. Labu ukur (labu takar). Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam
bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam
ukuran.
6. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat
ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan
untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniskus pada
saat membaca skala.
7. Gelas beaker, alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun
ralatnya cukup nesar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk
memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solvent/pelarut atau untuk
memekatkan.
8. Buret. Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dan kran pada bagian bawah,
digunakan untuk melakukan titrasi (sebagai tempat titran)
9. Erlenmeyer. Alat ini terbuat dari alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat
tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan di titrasi.
Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.
11. Kuvet. Kuvet serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Kuvet
tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau
polimetakrilat.
12. Tabung reaksi. Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dalam skala kecil
dan dapat digunakan sebgai wadah untuk perkembangbiakan mikroba.
13. Corong. Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik.
Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah
dengan mulut sempit, sepeti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
14. Timbangan analitik. Digunakan untuk menimbang masa suatu zat padat.
Timbangan ini lebih akurat dibandingkan timbangan analog.
15. Gelas alroji. Digunakan untuk tempat bahan padatan saat menimbang,
mengeringkan bahan, dll.
16. Pengaduk gelas, digunakan untuk mengaduk larutan, campuran, atau mendekantir
(memisahkan larutan dari padatan).
III.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboatorium, hal yang harus dilakukan pada
saat bekerja di laboratorium adalah:
1. Tahap persiapan
a. Menetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum serta hal
yang harus dihindari selama praktikum, dengna membaca petunjuk praktikum.
b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari kecelakaan
kerja selama di laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari Material Data Sheet
(MSDS).
c. Mengetahui peralatan yang digunakan serta fubgsi dan cara penggunaanya.
d. Mempersiapkan alat pelindung diri seperti jas praktikum lengan panajng, kacamata,
sarung tangan karet, sepatu, dan masker, dll.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengenakanpelindung diri
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat mencemari
lingkungan
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan kategori
limbahnya
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan
3. Tahap Pasca Pelaksanaan
a. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan dikembalikan ke tempat
semula
b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat (tutup jangan tertukar)
c. Bersihkan tempat atau meja praktikum
IV.
Selain pengetahuan mengenai penggunaan alat dan teknis pelaksanaan di
laboratorium, pengetahuan resiko bahaya dan pengetahuan sifat bahan yang digunakan
dalam petcobaan. Sifat bahan secraa rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material
Data Sheet (MSDS) yang dapat di download di internet. Berikut ini sifat bahan
berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia:
MATERI 1
ASIDI ALKALIMETRI
I.
Tujuan
1. Membuat larutan standar HCL 0,1 M
2. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4
3. Melakukan standarisasi larutan HCL 0,1 M dan NaOH 0,1 M
4. Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam
asetat cuka perdagangan.
II.
Dasar Teori
2.1.
Analisi Volumetri
Analisis volumetri adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan
banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume
larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan
ditentukan.
Penentuan
konsentrasi
zat
atau
larutan
dilakukan
dengan
Larutan Standar
Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat
ekivalen dan volume tertentu.Larutan standar dapat dinyatakan dalam Molar (M)
atau Normal.Larutan dengan konsentrasi satu normal (1 N) adalah larutan yang
mengandung 1 grek suatu zat tertentu dalam volume 1 liter air.Larutan standar
dapat dibuat dari zat yang berbentuk cair (missal HCl) atau dari zat yang
berbentuk padat atau Kristal (missal NaOH).
1. Pembuatan larutan dari padatan atau Kristal (missal NaOH)
=
()
Keterangan:
M = konsentrasi larutan (Molar)
G = massa padatan / Kristal (g)
Mr = massa molekul relative (g/mol)
V = volume larutan (mL)
2. Membuat larutan dari larutan pekat (missal H2SO4)
Untuk membuat larutan dari larutan pekat seperti H2SO4terlebih dahulu perlu
diketahui konsentrasi dari larutan pekat tersebut. Konsentrasi larutan pekat
dapat dihitung dengan persamaan:
=
Keterangan:
M = molaritas
% = kadar (%)
= berat jenis
= massa molekul relatif
Selanjutnya untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari larutan
pekat, dapat digunakan rumus pengenceran berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan:
V1 = volume larutan yang akan diencerkan
M1 = konsentrasi larutan yang akan diencerkan
V2 = volume larutan hasil pengenceran
M2 = konsentrasi larutan hasil pengenceran
3. Larutan standar dari zat yang berbentuk padat / Kristal
a. Larutan standar primer, yaitu larutan standar yang terbuat dari zat
padat yang kemurniannya tinggi. Contoh: Na2Co3, Na2C2O4, 2H2O,
K2Cr2O7, Na2B4O7.10H2O
b. Larutan standar sekunder, yaitu larutan standar yang terbuat dari zat
padat yang kemurninannya rendah. Konsentrasi larutan sekunder
ditentukan dengan menstandarisasi (membakukan) larutan tersebut
dengan larutan standar primer untuk menentukan faktor normalitasnya
yaitu perbandingan antara normalitas larutan yang terjadi dengan
normalitas yang dikehendaki. Contoh: NaOH, Ba(OH)2, KMnO4,
Na2S2O3, dan sebagainya.
G
1000
x
Mr V(mL)
M x Mr x V
0,05x381x500
=
= 9,6 gram
1000
1000
Larutkan 9,6 gram Natrium Tetraborat dengan akuades dalam gelas beker,
kemudian pindahkan ke dalam labu takar 500 mL dan tambahkan akuades
sampai tanda batas.
III.
IV.
Cara Kerja
4.1.Membuat Larutan Standar HCl 0,1 M
Terlebih dahulu hitunglah konsentrasi HCl pekat (molaritas) menggunakan
persamaan:
M=
x % x 10
Mr
Setelah
diketahui
molaritasnya,
lakukan
pengenceran
menggunakna
persamaan:
V1 x M1 = V2 x M2
Ambil x mL (V1) HCl pekat M1 dengan gelas ukur atau pipet ukur dan
dimasukkan kedalam labu takar yang mempunyai isi V2 mL, sehingga
diperoleh HCl 0,1 M sebanyak V2 mL. jika akan membuat 250 mL maka
masukkan HCl pekat tersebut dalam labu takar 250 mLdan tambahkan akuades
hingga tanda batas. Kocok perlahan hingga homogen.
4.2. Standarisasi Larutan HCl dengan Boraks (Na2B4O7.10H2O)
Persamaan reaksi:
Na2B4O7.10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3 + 5H2
1 grammol HCl = 2 x grammol Na2B4O7.10H2O
Sehingga larutan Hcl 0,1 M (0,1 N) distandarisasi dengan bantuan boraks 0,05
M (0,1 N)
Konsentrasi HCl hasil standarisasi dapat dihitung sebagai berikut:
Mboraks = 0,05 M
Vboraks = 25 mL
VHCl = a mL
MHCl= ?
VHCl x MHCl
mol HCl
2
=
=
Vboraks x Mboraks
mol Boraks
1
MHCl =
2 x Vboraks x Mboraks
VHCl
Tahapan Kerja:
1. Menimbang Na2B4O7.10H2O yang tepat di dalam botol penimbang 1,9 gram
(untuk membuat larutan boraks 0,05 M)
2. Larutkan dalam gelas beker kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
tambahkan akuades sampai volume 100mL (tanda batas)
3. Ambil 10 mL dan masukkan kedalam Erlenmeyer. Beri 2 tetes indicator metal
orange
4. Larutan boraks dititrasi dengan HCl dalam buret sapai terlihat perubahan warna
dan catatlah volume HCl.
Perhitungan:
Mr Na2B4O7.10H2O = 381 g/mol
Massa boraks = 1,9 gram
Mboraks = 0,05 M
Vboraks = 10 mL
VHCl = a mL
MHCl = molaritas HCl
MHCl =
2 x Vboraks x Mboraks
VHCl
G
1000
x
Mr V(mL)
0,1 M =
G
1000
x
40g/mol 100 mL
G = 0,4 gram
Timbang 0,4 gram kristal NaOH kemudian larutkan kristal tersebut dan
diencerkan hingga 100 mL (labu takar).
Standarisasi NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
Persamaan reaksi:
H2C2O4+ 2 NaOH Na2C2O4 + 2 H2O
1
Tahapan Kerja:
1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat sebanyak 0,63 gram pada
gelas arloji. Larutkan dalam gelas beker kemudian pindahkan ke dalam
labu ukur 100 mL dan tambahkan akuades sampai tanda batas.
2. Ambil 100 mL larutan asam oksalat dan masukkan ke dalam Erlenmeyer.
3. Beri 1-2 tetes indicator PP lalu titrasi dengan larutan NaOH yang akan
distandarisasikan hingga terjadi perubahan warna. Catat volume NaOH
yang ditambahkan.
Perhitungan:
Mr H2C2O4= 126 g/mol
Massa H2C2O4= 0,63 gram
MH2C2O4= 0,05 M
VH2C2O4= 10 mL
V NaOH = a mL
Molaritas NaOH = MNaOH
MNaOH=
2 x V H2C2O4 x M H2C2O4
V NaOH
4.4. Penggunaan Larutan Standar Asam dan Basa untuk Menetapkan Kadar
Asam Asetat pada Cuka
Tahapan kerja:
1. Larutkan asam cuka perdagangan sebanyak 10 mL yang diambil dengan
menggunakan pipet ukur, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
encerkan dengan akuades sampai tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp =
10).
2. Ambil 10 mL larutan yang telah diencerkan tersebut denga pipet kemudian
dimasuukan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indicator
PP.
3. Larutan tersebut kemudian dititrasi denagn larutan NaOH yang telah
distandarisasikan/dibakukansamapi terjadi perubahan warna (perubahan
warna tidak akan berubah apabila digoyang-goyangkan).
4. Catac volume akhir titasi NaOH dan hitung asam asetat dalma cuka
tersebut.
5. Lakukan duplo.
Perhitungan:
Reaksi: NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
(VNaOH x MNaOH) x Fp
Masam cuka =
Vasam cuka
(aM x b mL)x Fp
Vasam cuka
G
1000
x
Mr V(mL)
G=
M x Mr x 1000
kadar=
V (mL)
G
0,01L
x 100% = % (b/v)
MATERI 2
PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
I.
TUJUAN:
1. Menentukan nilai absorbansi sampel methylene blue dan panjang gelombang
maksimum.
2. Membuat kurva standar larutan sampel methylene blue
3. Menentukan konsentrasimethylene blue dalam larutan sampel yang belum
diketahui konsentrasinya dengan metode spektrometri.
II.
TEORI DASAR
Spektroskopi adalah studi mengenai interaksi antara energi cahaya dan
materi. Warna yang tampak dan fakta bahwa orang bisa melihat adalah akibat
absorbansi energi oleh senyawa organik maupun senyawa anorganik. Panjang
gelombang dimana suatu senyawa organic menyerap energy bergantung pada
struktur senyawa itu, sehingga teknik spektroskopi dapat digunakan untuk
menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui dan untuk mempelajari
karakteristik ikatan dari senyawa yang diketahui.
Spektroskopi adalah suatu keadaan yang terjadi jika suatu cahaya mengenai
suatu benda atau materi. Kemudian cahaya itu bisa jadi diserap, dihamburkan,
diteruskan, dan dipancarkan kembali oleh materi itu dengan yang sama maupun
berbeda. Apabila benda itu diubah atau dibelokkan sudut getarnya, maka disebut
polarimetri. Suatu larutan yang mempunyai warna khas dapat menyerap sinar
dengan . Dalam hubungannya dengan senyawa organik, maka senyawa ini
mampu menyerap cahaya. Senyawa organik mempunyai elektron valensi yang
dapat dieksitasi ketingkat yang lebih tinggi. Hal penting yang mendasari prinsip
ini adalah bahwa penyerapan sinar tampak atau ultraviolet dapat mengakibatkan
tereksitasinya elektron dari molekul.
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur
konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut
mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri juga dapat diartikan
sebagai pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan instrumen.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diserap atau
intensitas warna yang sesuai dengan panjang gelombang disebut
spektrofotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsikan (Riyadi,2008). Secara umum
spektrofotometer dibedakan menjadi empat macam, yaitu: spektrofotometer
ultraviolet,spektrofotometer sinartampak (visible), spektrofotometer inframerah,
dan spektrofotometer serapan atom.
Analisis spektrofotometri visible (spektrofotometri sinar tampak) didasarkan
pada pengukuran intensitas warna larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
dibandingkan dengan warna larutan standar (larutan yang telah diketahui
konsentrasinya). Penentuan konsentrasi didasarkan pada pengukuran absorbsi
(serapan) radiasi gelombang elektromagnetik. Jumlah intensitas radiasi yang
diserap oleh larutan sampel dikonversi dengan konsentrasi analit menjadi data
kuantitatif.
Larutan yang dianalisis menggunakan spektorfotometer UV harus terdiri
dari senyawa yang mempunyai gugus kromofor (gugus molekul yang
mengandung sistem elektronik yang dapat menyerap energi pada daerah UV).Lain
halnya dengan larutan yang dianalisis dengan spektrofotometer visible, senyawa
larutannya harus berwarna karena absorbsi terjadi pada bagian sinar tampak dari
spektrum gelombang elektromagnetik. Jika larutan tidak berwarna, maka larutan
harus direaksikan dengan pereaksi kimia yang sesuai agar senyawa dalam larutan
menjadi berwarna. Di bawah ini adalah warna-warna yang teramati oleh mata dan
warna-warna yang diserap:
Warna yang Teramati
Hijau
Biru-Hijau
Ungu
Merah-Ungu
Merah
Jingga
Kuning
Bila radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu bahan atau larutan dalam
media transparan, maka beberapa kemungkinan yang terjadi adalah radiasi diserap
(absorbed), diteruskan (transmitted), dihamburkan (scattered) atau dipantulkan
(reflected). Meskipun efek dari kemungkinan di atas pada umumnya terjadi, tetapi
memperkecil efek penghamburan dan pemantulan dapat diusahakan
Jika ditulis dalam persamaan, maka sinar atau intensitas yang datang (Io)
(cahaya yang melewati pada suatu bahan) adalah penjumlahan dari sinar yang
diserap (Ia), yang diteruskan(It), yang dipantulkan(Ir), dan sinar yang
dihamburkan(Is).
Io= Ia+ It+ Ir + Is
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumbersinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempatsampel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun diserap oleh larutan
akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi,
2009).
Hukum yang Melandasi Spektrofotometri:
Hukum Lambert-Beer: Jika suatu cahaya monokromator melalui suatu media
transparan, maka logaritma intensitas cahaya yang datang dibanding intensitas
cahaya yang diteruskan sebanding dengan absorbansi serta absorptivitas molar
(koefisien ekstingsi molar), tebal media (kuvet), dan konsentrasi larutan.
log (Io/It) = -log T = A = abc
b
Io
It
III.
IV.
5. Gelas beker
6. Pipet tetes
7. Kuvet
8. Tabung reaksi
9. Penutup tabung reaksi
10. Pipet ukur
11. Rak tabung reaksi
3.2 Bahan:
1. Larutan methylene blue 1x10-3 M
2. Larutan sampel methylene blue
3. Aquades
4. Tisu
5. Label
CARA KERJA
1. Buat larutan standar metylen blue dengan mengencerkan larutan metylen blue
10-3M menjadi 4x 10-4, 3,5 x 10-4, 3x10-4, 2,5x10-4, 2x10-4, 1x10-4M
menggunakan aquades.
2. Kemudian ukur absorbansi (A) larutan metylen blue. Tentukan panjang
gelombang maksimumnya.
3. Ukur A masing-masing larutan pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh pada langkah kedua.
4. Buat kurva standar antara absorbansi (y) terhadap konsentrasi (sumbu x)
5. Letakkan larutan sampel metylen blue yang ingin diketahui konsentrasinya
dalam kuvet dan ukur A larutan sampel pada panjang gelombang maksimum.
6. Gunakan kurva standar untuk menentukan konsentrasi larutan sampel metylen
blue.
7. Bahas hasil yang diperoleh.
Note: pembacaan absorbansi pada range 0,2-1,0
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar FTP. 2013. Spektrofotometri UVVis.Malang: Universitas Brawijaya
MATERI 3
DAYA HANTAR LISTRIK, pHMETER DAN TURBIDITYMETER
DAYA HANTAR LISTRIK
I.
Tujuan
Tujuandaripraktikuminiadalahsebagaiberikut:
1. Mengetahuinilaidanprinsipkerjadayahantarlistrikpadasuatularutan
2. Memahamipengaruhdayahantarlistrikterhadappengujiankualitas air
II.
TinjauanPustaka
Daya hantar listrik di dalam air merupakan kemampuan untuk menghantarkan
arus listrik, dengan satuan yang digunakan mikro mhos per cm. Pengukuran daya
hantar listrik ini bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk
menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Berikut ini
manfaat pengukuran daya hantar listrik sebagai parameter kualiatas air:
1. Menetapkan Tingkat Mineralisasi dan derajat ionisasi
2. Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion
3. Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air
Kation (ion bermuatanpositif) dan anion (ion bermuatannegatif) dalam air
merupakan unsur penghantar listrik, jika semakin besar jumlah ion-ionnya maka
semakin besar pula harga daya hantar listriknya. Besarnya daya hantar listrik juga
dapat bergantung pada kandungan ion anorganik ( Total Dissolved Solid ) yang
disebut juga materi tersuspensi.
NO
1.
2.
3.
4.
III.
AIR
Air hasilpenyulingan
Air hujan
Air hujantercemar
Air lautatau air fosil
DHL (mikromhos/cm)
1-5
10-50
>100
>10.000
ProsedurPercobaan
3.1 Alat
1. Labutakar 250 ml
2. Gelaskimia
3. Conductivity-meter
3.2 Bahan
1. Aquades
2. Air sampel
3. Air limbah
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Masukkan air sampel ke dalam labu takar dan homogenkan
3.
4.
5.
6.
7.
pHmeter
IV.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
V.
VI.
ProsedurPercobaan
6.1 Alat
pHmeter
Gelaskimia
Gelasukur
Pipet volume
pH meter
LabuUkur
6.2 Bahan
Air minumkemasan
Air limbah
Air keranlaboratorium TSAL
Aquades
6.3 Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan
Kalibrasi alat
Lakukan pengukuran air sampel dengan pHmeter
TURBIDIMETER
I.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kegunaan Turbidimeter dan aplikasinya dalam lingkungan
2. Mengetahui prinsip kerja Turbidimeter
3. Mengetahui metode dalam pengukuran Turbidimeter
II.Tinjauan Pustaka
Kekeruhan merupakan keadaan mendung atau kekaburan dari cairan yang
disebabkan oleh individu partikel (suspended solids) yang umumnya tidak terlihat oleh
mata telanjang, mirip dengan asap di udara. Salah satu faktor pengujian kualitas air
adalah kekeruhan. Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan padatan dalam
air, padatan tersebut umumnya berasal dari tanah liat, buangan industri, dan
mikroorganisme. Keberadaan partikel dalam air diukur dalam satuan Nephelometric
Turbidity Units(NTU). Penting untuk diketahui bahwa kekeruhan adalah ukuran
kejernihan sampel, bukan warna. Alat untuk mengukur kekeruhan dalam air ialah
Turbidimeter.
Pengukuran turbidimeter menggunakan larutan standar dan larutan sample.
Larutan sample merupakan larutan yang akan diukur kekeruhannya. Turbidimeter
akan memancarkan cahaya pada media atau sample, dan cahaya tersebut akan diserap,
diteruskan, dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya
yang
menembus/diserap media akan diukur dan dikonversi dalam bentuk angka yang
merupakan tingkat kekeruhan dalam satuan NTU. Semakin banyak cahaya yang
diserap maka semakin keruh media tersebut. Perhitungan turbidimeter adalah sebagai
berikut:
Hasil pemeriksaan
MATERI 4
UJI AMONIUM DAN NITRAT
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk kadar nitrat dengan metode kolorimetri pada limbah
domestik.
Prinsip Percobaan
Pengujian kadar amonium dan nitrit didahului dengan pembuatan larutan standar. Setelah itu
dibuat kurva kalibrasi dengan mengukur absorbansi larutan standar yang telah diberi reagen
menggunakan spetrofotometer pada panjang gelombang tertentu. Kemudian dilakukan
analisis sampel dengan mengukur absorbansi sampel dan memplotkan hasil pembacaan pada
kurva kalibrasi standa
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Eksisiting Wilayah Sampling
Pada praktikum amonium dan nitrit kali ini, Sampel yang digunakan adalah limbah
domestik atau limbah rumah tangga yang diambil di IPAL Tlogomas Malang.
Cara pengambilan sampel itu sendiri yaitu dengan cara menampung limbah domestik
atau limbah rumah tangga yang ada pada kolam aerasi. Botol diisi dengan limbah domestik
atau limbah rumah tangga tersebut ,kemudian langsung ditutup agar tidak ada udara yang
masuk kedalamnya.
Nitrat
Nitrat (NO3) merupakan bentuk anorganik dari Nitrogen. Nitrat adalah bentuk utama
nitrogen di perairan alami dan merupakan nurtien utama bagi pertumbuhan tanaman dan
algae. Nitrit nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan
dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan
proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus
nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh
bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri
Nirobacter (Effendi, 2003)
Alat
1. Neraca Analitik
2.
3. Beakerglass 100 ml
4. Erlenmeyer
5. Pipet ukur dan pipet tetes
6. Gelas Alroji
7.
Fenol
2.
Sulfat
3.
Amoniak pekat
4.
Ammonium Nitrat
5.
Aquadest
6.
Sampel limbah
Cara Kerja
Analisis Nitrat Dengan Metode Fenol Sulfat
1.
Melarutkan 721,8 mg KNO3 ke dalam 100 mL air suling pada labu ukur 1000 mL.
Menambahkan air suling sampai tepat tanda tera.
2.
Mencampurkan 10 mL larutan fenol dan 10 mL asam sulfat dalam labu ukur 100 mL.
Menambahkan air suling sampai tepat tanda tera.
3.3.4 Penentuan kadar N sebagai ion NO3- dengan metode Fenol Sulfat secara kolorimetri
a. Pembuatan Larutan Standar Nitrat
Memipet larutan induk nitrat 100 mg/L sebanyak 50 mL dan dimasukkan dalam
erlenmeyer, menguapkan di atas penangas air dan dikeringkan. Menambahkan 2 mL
larutan fenol sulfat untuk melarutkan endapan yang ada dengan bantuan batang kaca untuk
mengaduk. Memasukkan campuran dalam labu takar 500 mL dan diencerkan dengan
akuades hingga tanda tera. Menyiapkan 7 labu takar 50 mL dan memipet 0,00 mL; 0,25
mL; 0,50 mL; 1,00 mL; 1,50 mL dan 2,00 mL, salah satu secara duplo, kemudian
memasukkannya masing-masing ke dalam labu takar 50 mL. Masing-masing labu takar 50
mL tersebut selanjutnya ditambah dengan aquades sampai tepat tanda tera kemudian
dikocok hingga homogen. Diperoleh larutan standar nitrat dengan kadar 0,00 mg/L; 0,05
mg/L; 0,10 mg/L; 0,20 mg/L; 0,30 mg/L dan 0,40 mg/L.
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Memipet 10 mL masing-masing larutan standar nitrat, salah satu secara duplo, kemudian
memasukkannya masing-masing ke dalam labu takar 50 mL. Menambahkan 7 mL amoniak
pekat dan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL, ditambahkan aquades kemudian
mengocoknya perlahan dan dibiarkan. Mengukur absorbansi larutan-larutan tersebut
dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Membuat kurva kalibrasi
standar dan menentukan persamaan garis lurus atau regresinya
c.
MATERI 5
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
1. TUJUAN
a. Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium
hidroksida dan natrium hidroksida
b. Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen
2. DASAR TEORI
Trigliserida adalah suatu ester lemak atau minyak dengan berat molekul relatif
tinggi dan dapat disaponifikasi (dihidrolisis) menjadi larutan yang bersifat basa
menghasilkan sabun dan gliserol (Fessendenet al, 2003)
Asam lemak dari asam karboksilat dengan rantai karbon panjang (C10 C18)
dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh. Detergen sintetik berbeda dari sabun
karena detergen merupakan garam dari asam sulfurik akil rantai panjang atau suatu
asam alkil benzensulfonat, yang berbeda dengan asam karboksilat (Fessenden et al,
2003).
Fungsi sabun dan detergen adalah untuk menghilangkan kotoran dan lemak
dengan jalan mengemulsikan partikel tersebut menjadi suatu suspensi. Kotoran akan
teradhesi dari kain dan melekat ke permukaan pada suatu lapisan tipis. Dengan adanya
pencucian maka lapisan tersebut akan terpisah dan terbawa oleh air.
Bagaimana molekul sabun detergen dapat melarutkan partikel partikel non
polar seperti lemak, minyak dan gajih? Molekul sabun dan detergen terdiri dari ujung
hidrokarbon yang bersifat non polar dan ujung yang lain bersifat polar/ionik. Bagian
non polar akan mengelilingi tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas
like dissolves like (senyawa yang memiliki kemiripan kepolaran akan saling
melarutkan). Ujung polar/ionik dari molekul sabun segera akan terlarut dalam air.
Sabun tidak dapat bekerja dengan baik pada air sadah karena adanya kation
divalen seperti Ca2+, Mg2+, atau Fe2+ yang akan membentuk endapan dengan anion
karboksilat dari sabun. Hal ini sering dijumpai sebagai kerak pada dinding dan keran
pada kamar mandi. Pada sisi lain anion dari detergen yaitu alkil sulfat/alkil sulfonat
tidak dapat membentuk endapan dengan kation kation tersebut. Dengan demikian
detergen dapat digunakan secara efektif pada air sadah.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam percobaan adalah :
- Tabung reaksi
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Beaker glass 250 ml
- Kertas saring
- Gelas arloji
- Bunsen + korek api + penyangga
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :
- Lemak
- KOH 10% dalam etanol 95%
- NaCl
- Aquades
- CaCl2 0,1%
- MgCl2 0,1%
- FeCl2 0,1%
- Detergen
- Air kran
- Minyak
4. PROSEDUR KERJA
A. SAPONIFIKASI LEMAK : Pembuatan Sabun Kalium
- Tempatkan lemak seberat 1,5 gram pada tabung reaksi
- Tambahkan 10 mL larutan KOH 10% (v/v) dalam etanol 95%
B.
-
Tempatkan tabung reaksi pada beaker glas 250 mL yang berisi air panas sebagai
penangas air (proses pemanasan diteruskan hingga mendidih
Tambahkan etanol 2 mL untuk menggantikan etanol yang menguap
Setelah tabung dipanaskan selama 10 menit, lakukan uji penyabunan untuk
melihat apakah proses saponifikasi sudah berlangsung sempurna atau belum
Cara pengujian dilakukan dengan meneteskan hasil reaksi ke dalam air.
Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak
Jika saponifikasi sudah sempurna, tuang hasil reaksi pada gelas beaker dan
panaskan sampai alkohol menguap sempurna (dengan ditandai terbentuknya cairan
kental dan liat, jangan sampai gosong).
Tambahkan akuades 30 mL
Aduk secara konstan sehingga diperoleh sabun kalium
Larutan dibagi 2, untuk pembuatan sabun natrium (langkah B) dan untuk
pengujian (langkah C)
SAPONIFIKASI LEMAK : Pembuatan Sabun Natrium
Separuh sampel dari langkah A ditambah 15 mL larutan NaCl jenuh
Campuran diaduk dengan kuat sampai terbentuk padatan
Padatan yang diperoleh dipisahkan dengan kertas saring
Padatan berupa sabun natrium ditekan supaya terbebas dari air
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J., J. S. Fessenden and M. Logue. Organic Chemistry. 2003. 6th
edn., Brooks/Cole, Pacific Grove