Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 3

Ibnu Dermawan
Anggia Rahayu
Nia Junita
Rima Dina Aulia
Siti Rahmi Afwa

PETA KONSEP
BENDA
HITAM

memiliki
Kurva Radiasi Benda
Hitam

terdiri dari
Panjang
Gelombang
Pendek

sukses pada

Teori Planck

sukses pada

sukses pada

Panjang
Gelombang
Tinggi

gagal
menjelaskan

Teori Wien

sukses pada

menjadi awal
Teori RayleighJeans

gagal menjelaskan

Fisika Modern

Dualisme Cahaya

Ada dua pandangan fisikawan tentang cahaya. Pandangan pertama yang dipelopori
Newton, menganggap cahaya sebagai partikel. Pandangan kedua yang dimulai dari Huygens,
yang menganggap cahaya sebagai gelombang. Dalam fisika klasik, pandangan kedua yang
menganggap cahaya sebagai gelombang memperoleh dukungan luas. Sedangkan pandangan
pertama yang menganggap cahaya sebagai partikel ditinggalkan. Hal ini dikarenakan
pandangan kedua didukung oleh berbagai bukti eksperimen. Bukti awal adalah interferensi
celah ganda oleh Thomas Young. Bukti yang paling meyakinkan adalah penemuan
gelombang elektromagnetik secara eksperimen oleh Hertz berdasarkan hipotesis Maxwell.
Teori fisika klasik ternyata gagal menjelaskan spektrum energi benda hitam. Karena
teori Wien cocok dengan spektrum radiasi benda hitam untuk panjang gelombang yang
pendek, dan menyimpang untuk panjang gelombang yang panjang. Sebaliknya, teori
Rayleigh-Jeans cocok dengan spektrum radiasi benda hitam untuk panjang gelombang yang
panjang, dan menyimpang untuk panjang gelombang yang pendek. Jelas bahwa fisika klasik
gagal menjelaskan radiasi benda hitam. Selanjutnya gagasan baru Max Planck yang radikal
dan bertentangan dengan fisika klasik justru dapat menjelaskan spektrum energi radiasi benda
hitam. Menurut Planck, radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam tidaklah kontinu seperti
pandangan fisikawan klasik, tetapi dalam paket-paket energi diskret yang disebut foton.
Pernyatan inilah yang menandai lahirnya teori kuantum. Karena itu, teori fisika sebelum
tahun 1900 disebut fisika klasik, sedangkan teori fisika sesudah tahun 1900 (diawali oleh
teori Planck) disebut fisika modern.
Seperti halnya spektrum radiasi benda hitam, teori gelombang cahaya fisika klasik
ternyata juga gagal menjelaskan efek fotolistrik. Maka, dengan memandaang cahaya sebagai
partikel dan menggunakan teori kuantum Planck, Albert Einstein pada tahun 1905 berhasil
menjelaskan efek fotolistrik. Einstein menyatakan bahwa dalam interaksi antara foton cahaya
dan elektron didalam logam, sifat partikel cahayalah yang berperan. Yakni, terjadi tumbukan
antara foton cahaya dengan elektron ibarat tumbukan antara dua bola biliar.
Sesuai dengan teori partikel cahaya Einstein bahwa terjadinya tumbukan antara foton
cahaya dan elektron ibarat tumbukan dua bola biliar, kemudian dibuktikan dengan percobaan
Arthur H.Compton pada tahun 1923. Dalam percobaannya, foton sinar X berenergi tinggi
dengan frekuensi tertentu f ditembakkan pada elektron. Frekuensi foton sinar X yang
terhambur diamati. Diperoleh bahwa frekuensi foton yang terhambur menurun (f<f).
Compton menjelaskan bahwa sesaat sesudah tumbukan elektron terpental. Energi elektron
terpental diperoleh dari foton yang menumbuknya. Karena itu, energi foton yang terhambur

berkurang, dan sesuai rumus Planck E=h.f, maka frekuensi foton yang terhambur akan
berkurang. Peristiwa ini dikenal dengan efek Compton.
Teori foton Einstein yang dapat menjelaskan efek fotolistrik dan efek Compton
akhirnya berhasil mendamaikan dua pandangan hakikat cahaya: sebagai rambatan gelombang
(pandangan Huygens) dan sebagai partikel (pandangan Newton). Teori ini diperkuat oleh
Luois de Broglie yang menyatakan bahwa jika cahaya memiliki sifat sebagai partikel maka
partikel juga memiliki sifat sebagai gelombang. Jadi cahaya memiliki sifat dualisme: sebagai
gelombang dan partikel. Dalam peristiwa interferensi dan difraksi, sifat gelombang yang
berperan. Dalam peristiwa efek fotolistrik dan efek Compton, sifat partikel yang berperan.

Anda mungkin juga menyukai