PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan yang layak, makmur, aman, damai, serta sejahtera bagi penduduknya
merupakan suatu cita-cita dan tujuan pembangunan di setiap negara di seluruh dunia. Maka
dengan hal tersebut, 191 anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dalam KTT
(Konferensi Tingkat Tinggi) pada bulan September 2000, mendeklarasikan sebuah
deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), yang berdasar pada pemenuhan hak-hak
dasar manusia seperti meningkatkan taraf kesehatan, memberantas kemiskinan, kelaparan,
buta huruf, kerusakan lingkungan dan diskriminasi terhadap perempuan. Program-program
yang tertuang dalam
MDGs
Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk anggota PBB dan mempunyai
komitmen untuk melakukan upaya dalam memenuhi hak dasar kebutuhan manusia yang
tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan
milenium.(1)
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang mendukung program MDGs
dengan salah satu targetnya adalah menurunkan angka penyakit DBD di Indonesia. Pada
tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita
sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. (1)
Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu mendapat perhatian serius karena masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di beberapa daerah masih sering terjadi
kejadian luar biasa. Di Jawa Tengah, kasus DBD cenderung meningkat setiap tahunnya.
Perubahan lingkungan global atau Global Environmental Change (GEC) terutama Global
Warming sedikit banyak ikut berperan terhadap kejadian DBD. Setiap peralihan musim,
terutama dari musim kemarau ke musim penghujan, berbagai masalah kesehatan melanda
termasuk yang paling sering terjadi adalah peningkatan kejadian demam berdarah. Faktor
risiko lain infeksi dengue diantaranya tingkat imunitas host, kepadatan penduduk, interaksi
vektor dan host dan virulensi virus. Kepadatan vektor juga berkontribusi terhadap epidemi
DBD.(2)
Kejadian demam berdarah di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, khususnya di daerah
Jakarta Selatan juga masih banyak ditemui. Di Kecamatan Cilandak pada tahun 2015
menempati urutan kelima setelah Kecamatan Pasar Minggu, Jagakarsa, Kebayoran Lama,
dan Pancoran. Sedangkan Kecamatan Cilandak sendiri terdiri dari 5 Kelurahan, yaitu
kelurahan Cilandak Barat, Gandaria Selatan, Lebak Bulus, Pondok Labu, dan Cipete
Selatan. Dari kelima kelurahan yang ada, Cilandak Barat menempati urutan kedua setelah
Pondok Labu, dilihat dari hasil insiden rate selama 6 bulan ( Januari Maret 2015).
Insiden Rate dari masing masing data dari Kelurahan CIlandak Barat yaitu : Pondok
Labu 93,11 (jumlah penduduk 93,11), Cilandak Barat 87,86 (jumlah penduduk 59.186),
Lebak Bulus 87,03 (jumlah penduduk 39.096), Cipete Selatan 64,28(jumlah penduduk
31,112), dan terakhir adalah kelurahan Gandaria Selatan 60,96 (jumlah penduduk 24.606).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh instansi kesehatan untuk memutus rantai
penularan demam berdarah di antaranya dengan penemuan dan pengobatan penderita,
pengendalian vektor dan kerja sama lintas sektor. Kegiatan pengendalian vektor yang
pernah dilaksanakan yaitu pengasapan (fogging) dan kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan melibatkan peran serta masyarakat. Pengamatan vektor Aedes
aegypti sangat penting terutama untuk mengetahui penyebaran, kepadatan, habitat utama
larva/jentik, kemungkinan risiko terjadinya penularan, tingkat kepekaan nyamuk terhadap
insektisida dan memprioritaskan lokasi serta waktu pelaksanaan pemberantasan vektor.(3,4)
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan yaitu :
Apa yang menyebabkan penanganan kasus DBD dari Puskesmas Cilandak Barat Jakarta
Selatan bulan Januari Maret 2015 belum memenuhi target, dan bagaimana alternatif
pemecahan masalah untuk penyelesaian masalah tersebut?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis tentang
penyebab serta menyusun rencana tindak lanjut pemecahan masalah belum tercapainya
target penanganan kasus DBD di puskesmas Cilandak Barat selama periode Januari
Maret 2015.
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karena berkaitan dengan penyediaan infra struktur yang kurang memadai seperti
penyediaan sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, sehingga terkumpul
barang - barang bekas yang dapat menampung air dan menjadi tempat
perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti penular DBD.5,6
b. Mobilitas manusia : perpindahan manusia dari satu kota ke kota lain
mempengaruhi penyebaran penyakit DBD. 5,6
c. Perilaku manusia : kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti
menampung air hujan, air sumur, harus membeli air didalam bak mandi,
membuat bak mandi atau drum/tempayan sebagai tempat perkembangbiakan
nyamuk.5,6
d. Kebiasaan menyimpan barang bekas atau kurang memeriksa lingkungan terhadap
adanya air - air yang tertampung didalam wadah - wadah dan kurang
melaksanakan kebersihan dan 3 M PLUS ( Menguras, Menutup dan Mengubur
PLUS menaburkan Larvasida , memelihara ikan pemakan jentik dll)5,6
2. Faktor agen dan lingkungan
a. Faktor agen/ virus DBD : ada 4 serotipe yang tersebar luas di seluruh wilayah
Indonesia, dan bersirkulasi sepanjang tahun, Dipertahankan siklusnya didalam
tubuh nyamuk 7,8
b. Faktor nyamuk penular, yaitu Aedes aegypti yang tersebar luas diseluruh pelosok
tanah air, populasinya meningkat pada saat musim hujan.7,8
c. Faktor lingkungan: Musim hujan meningkatkan populasi nyamuk, namun di
Indonesia musim kering pun populasinya tetap banyak karena orang cenderung
menampung air dan didaerah sulit air orang menampung air didalam bak air/
drum, sehingga nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun.7,8
3. SOP
a. Kurangnya pemahaman tentang penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
penderita DBD sesuai standar pada sebagian klinisi baik di Rumah Sakit,
Puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya, sehingga sering terjadi
over diagnosis. 3
b. Belum semua rumah sakit menggunakan form KDRS/KD-DBD dan seringnya
keterlambatan pelaporan kasus dari rumah sakit ke Dinas Kesehatan atau ke
melaksanakan
PSN
Setiap kasus yang dilaporkan dari UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) maka
dilakukan langkah langkah Penanggulangan kasus/fokus yaitu: Penyelidikan
10
1.
Jumlah
5.066
4.533
4.083
4.326
5.326
6.291
6.143
Persentase
8,56%
7,66%
6,9%
7,31%
9%
10,63%
10,38%
11
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
>75
Total
Sumber : data puskesmas
5.451
4.409
4.054
3.048
2.201
1.538
793
733
574
59.186
9,21%
7,45%
6,85%
5,15%
3,72%
2,6%
1,34%
1,24%
0,97%
100%
12
58 %
21 %
12 %
7%
2%
13
c. Sarana kesehatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Rumah Bersalin
Apotik
Optik
Posyandu
:1
:1
:2
:5
:2
: 19
Cilandak
memberikan pengertian serta pemahaman, maka hasil kegiatan akan diuraikan secara
berurutan sebagai berikut ;
1.
KEPEGAWAIAN
Kegiatan yang dilksanakan oleh Kepegawaian, lebih banyak disampaikan dalam
14
UNIT KERJA
( PUSKESMAS )
Kel. Cilandak Barat
JUMLAH
ISLAM
5
5
A G A M A
JUMLAH
KRISTEN BUDHA HINDU
1
6
1
6
UNIT KERJA
( PUSKESMAS )
Kel. Cilandak Barat
JUMLAH
JENIS KELAMIN
PRIA
WANITA
0
6
0
6
JUMLAH
6
6
UNIT KERJA
( PUSKESMAS )
KAWIN
6
6
BELUM
KAWIN
-
JANDA/
DUDA
-
JUMLAH
6
6
UNIT KERJA
( PUSKESMAS )
Kel. Cilandak Barat
JUMLAH
I
-
GOLONGAN
II
III
2
3
2
3
IV
1
1
JUMLAH
6
6
15
NO
1.
UNIT KERJA
( PUSKESMAS )
Kel. Cilandak Barat
JUMLAH
S2
-
S1
2
2
GOLONGAN
D3
D1
SLTA
4
4
JML
SMP SD
-
6
6
N A M A
TTL
NGATNO
Gn.Kidul.2-2-1980
MARINI
DWIJAYANTI
Jakarta, 17-7-1985
RATNA MULYANI
Oku timur
1.
2.
3
5
WAHYUDI
MARDIYANTO
PENDI
DIKAN
PUJI RAHARJO
JENIS
KELAMI
N
SMA
TEMPAT
TUGAS
Kel. Cil.
Barat
Kel. Cilbar
1-1-2005
Pria
1-8-2008
Wanita
DIII
BIDAN
Pasir putih
12 Ma1989
Wanta
SMA
21 Mei
2014
Wanita
Kel Cilbar
DIII,FARMASI
SMA
6.
7
MULAI
KERJA
SMA
Kel. Cilbar
1 -7-2011
Pria
1-1-1995
pria
Kel Cilbar
JENIS TENAGA
Dokter Gigi
Dokter Umum
Apoteker
Diploma III Perawat
Diploma III Bidan
JUMLAH
ADA
BUTUH
KEKURANGAN
TENAGA
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
surat.
1.
2.
17
9. SUMBER DANA
Sumber pendanaan Puskesmas Cilandak Barat berasal dari pendapatan
Puskesmas (Retribusi dan Biaya Pelayanan/ Tindakan Medis) dan APBD.
3.3 VISI DAN MISI PUSKESMAS KELURAHAN CILANDAK BARAT
Visi Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat
Visi puskesmas kelurahan Cilandak Barat adalah:
Terwujudnya puskesmas kelurahan Cilandak Barat menjadi pusat pelayanan
bermutu dengan tenaga professional dan dapat dijangkau oleh sekuruh lapisan
masyarakat
Visi diatas bermakna bahwa:
Puskesmas kelurahan Cilandak Barat diharapkan dapat memberi pelayanan
bermutu sesuai prosedur mutu yang telah disepakati sesuai dengan standar
mutu professional, dapat dipertanggungjawabkan, aktualisasi dan terus
18
b. Pelaksanaan
Dalam
melaksanakan
kegiatan
kelompok
puskesmas
setiap
c. Evaluasi
- Laporan hasil kegiatan bulan lalu
- Pertemuan dengan seluruh petugas
- Evaluasi tahunan dengan membahas hasil kegiatan selama satu tahun dan
statifikasi.
- Pemantauan Pelaksanaan dan Pengendalian Program/Kegiatan dilakukan setiap
hari oleh kepala urusan dan diawal bulan melaporkan kegiatan-kegiatannya
19
maupun anggaran dalam bentuk monitoring. Hasil laporan anggaran ini langsung
dilaporkan ke dinas kesehatan oleh kepala puskesmas dalam rapat monitoring
20
Dokter Umum
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah
kerja
21
Perawat Gigi
Tugas Pokok
: Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.
Fungsi :
a. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.
b. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi
yang sakit.
c. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.
d. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah).
e. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi
5. Tata Usaha
Tugas pokok
:
a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.
b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.
Fungsi :
a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.
b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.
c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.
6.
Petugas Perkesmas
Tugas Pokok
: Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi :
a.
b.
c.
d.
9.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
dokter.
Melakukan kunjungan rumah.
Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2P.
Memberikan penyuluhan kesehatan.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Petugas KIA
Tugas Pokok
dan anak.
Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
Melakukan pembinaan dukun bayi.
Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait
dengan KIA.
g. Melakukan penyuluhan kesehatan.
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
23
24
memberikan obat.
Fungsi :
a. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi
b.
c.
d.
e.
f.
25
c.
d.
e.
f.
(PKD).
f. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat.
26
2.
Rawat inap
Laboratorium
Ekg
Radiologi
Klinik gizi
Klinik sanitasi
Apotek
KIA
Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari
program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu menuju NKKBS
27
Target
Sasaran 1
tahun
Kunjungan K1
100 %
981
Sasaran
bulan
berjalan
163
cakupan
kegiatan Persen
(%)
479
171
Pencapaian
171 %
Kunjungan K4
96 %
941
156
150
96
103 %
Penanganan
komplikasi ibu hamil
88 %
863
143
59
41
46,8 %
98 %
961
160
123
76
78,4 %
Kunjungan nifas
98 %
919
153
150
98
100 %
Kunjungan neonatus 1
100 %
893
148
150
101
101 %
Kunjungan neonatus
97 %
866
144
147
102
105 %
Kunjungan bayi
97 %
866
216
319
147
151 %
Kunjungan balita
92 %
4558
1139
2859
251
272 %
92 %
1864
310
511
164
178
28
Indikator
HBO
Cakupan
Target
(%)
Sasaran
1 Tahun
Sasaran
Bulan
Berjalan
Kegiatan
Persen
(%)
100
1000
250
301
120
120
1000
250
304
121
121
BCG
Pencapaian
(%)
DPT/HB (1)
100
1000
250
279
108
108
DPT/HB-Hib (2)
100
1000
250
283
113
113
DPT/HB-Hib (3)
100
1000
250
264
105,6
105,6
Polio 1
100
1000
250
291
116,4
116,4
Polio 4
100
1000
250
274
109,6
109,6
Campak
100
1000
250
212
84,8
84,8
Target
Sasaran
Sasaran bulan
Cakupan
Pencapaian (%)
29
Keluarga
berencana
aktif
(%)
1 tahun
80%
9369
berjalan
2342
Kegiata
n
1928
Persen (%)
82,3
102%
Indikator
Cakupan bayi (6-11 bulan) yang
diberi vitamin A kapsul biru
Target
(%)
100
Sasaran
1 Tahun
866
Sasaran
Bulan
Berjalan
216
Cakupan
Kegiatan Persen
(%)
214
99
Pencapaian
(%)
99
30
100
4558
1139
100
4558
1139
100
981
163
229
140
140
100
919
153
126
82,3
82,3
Tabel 14. Balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) Januari Maret Tahun 2015.
No
Bulan
Jumlah Balita
BGM
Januari
Febuari
Maret
2. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kegiatan yang dilakukan dalam program kesehatan lingkungan yaitu :
31
5.
PROMOSI KESEHATAN
Promkes mempunyai Sasaran Mutu, yaitu :
32
1. Sosialisasi Program Prioritas (DBD, TBC, KIA, KB, gizi, imunisasi, diare, AIDS,
Air
dankesehatanlingkungan )
2.Pendataan PHBS Di seluruh RW yang ada di wilayahKecamatanCilandak
3. Pembinaan RW / KelurahanSiaga
4. Pembinaan SMD/MMD
5. Sosialisasi Program Non Proiritas (jiwa, gigidanmulut, penyakit degenerative,
keganasan, lain lain)
Tabel 15. Hasil Kegiatan Penyuluhan di Dalam dan Luar Gedung Januari Maret 2015
33
Indikator
Target
Sasaran 1
tahun
Sasaran bulan
berjalan
100 %
168
42
kegiatan
49
persentase
116
116%
Pembinaan RW siaga
Pembinaan SMD
100%
48
12
14
116
116%
6.
cakupan
Pencapaia
Tabe16. Kasus DBD pada masing masing RW di CIlandak Barat pada Januari Maret 2015
RW
Jumlah kasus
34
10
11
12
13
TOTAL :
22
35
JANUARI
FEBRUARI
MARET
TOTAL
Cakupan suspek TB
paru
47
63
49
159
Penemuan kasus TB
BTA (+) (Case
Detection Rate)
11
24
Diare
173
165
181
521
DBD
11
22
ISPA
1332
1213
1451
3997
Tabel 18. Data penemuan kasus suspek TB dan TB baru BTA (+) pada Januari Maret 2015
Indikator
Target (%)
Cakupan
Sasaran
1 Tahun
Sasaran
Bulan
Berjalan
Kegiatan
Persen
(%)
Pencapaian
(%)
Penemuan kasus TB
BTA (+) (Case
Detection Rate)
100
58
15
24
160
160
Cakupan suspek TB
paru
100
580
145
159
109
109
Indikator
Target
penemuan
kasus DBD
untuk 1 tahun
Sasaran
Sasaran
Cilandak
pemerintah
barat
Kasus yang
didapat dalam
3 bulan
Penemuan
kasus yang
melebihi dari
angka yang
diharapkan (%)
36
Penemuan
kasus DBD
< 29
100.000
59.186
22
303
6. UPAYA PENGOBATAN
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan yang khusus untuk keperluan tersebut.
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai jumlah
kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator
kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:
1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa
seseorang menderita penyakit tertentu.
2. Kasus lama: kunjungan kedua suatu kasus baru penyakit yang sama dalam satu
periode penyakit yang bersangkutan.
3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit
yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah
kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya. Frekuensi kunjungan adalah ratarata jumlah kunjungan setiap kasus ke puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.
KETERANGAN
JUMLAH
37
I
1
2
3
4
Pemeriksaan/Diagnosa
Dental karies
Kelainan pulpa dan
periapikal
Penyakit gusi dan
periodontal
Penyakit rongga mulut dan
rahang
248
362
517
751
61
154
973
45
1712
14
182
253
62
91
47
118
II
1
2
Kunjungan seluruhnya
Kunjungan golongan umur
1-4 tahun
3
Kunjungan golongan umur
5-9tahun
4
Kunjunga ngolongan umur
10-14 tahun
5
Kunjungan golongan umur
15-19 tahun
Sumber : Data puskesmas
C. Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi berupa pemberian obat sesuai resep serta edukasi cara pemakaian
obat. Pendataan obat masuk dan keluar menggunakan sistem FIFO (First In First Out).
D. Pelayanan Laboratorium
Kegiatan upaya kesehatan laboratorium ini merupakan kegiatan yang sangat
penting untuk menunjang kegiatan diagnosa penyakit. Kegiatan Pemeriksaan
laboratorium yang ada adalah pemeriksaan spesimen darah, spesimen urin, sputum BTA.
-
Spesimen darah :
Darah lengkap, LED, WIDAL, golongan darah, kolesterol, trigliserida,
ADL, LDL, SGPT, SGOT, asam urat, BUN, kreatinin, HbsAg, gula
lingkungansekolahsehat
Pembentukan Peer Konselor( usia 10-19 tahun )
terkaitpenyuluhankesehatanreproduksiremaja, kesehatanjiwaremaja,
NAPZA, HIV/AIDS
Poli PKPR di PuskesmasKecamatanCilandak
C. LANSIA
Target
Sasaran 1
tahun
Senamaerobik
100 %
36
Sasaran
bulan
berjalan
9
Penyuluhan
100 %
36
Posyandu lansia
100%
Pembinaan mental
Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan
Sumber : data puskesmas
cakupan
kegiatan persentase
pencapaian
10
111
111 %
100
100 %
36
77,8
77,8 %
100 %
100%
39
BAB VI
METODE PENULISAN
40
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan koordinator pemegang program
DBD dari Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat serta
dari hasil wawancara dengan kepala puskesmas, kader PSN, dan warga yang pernah terkena
DBD di RW 12 Cilandak Barat dengan cara kunjungan rumah.
Data sekunder diperoleh dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas
Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat serta laporan kegiatan bagian
program DBD Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat.
4.3
Batasan Judul
41
Periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai cakupan penemuan
kasus DBD.
4.4
Definisi Operasional
- Sasaran :
Jumlah penemuan kasus DBD dalam bulan Januari - Maret 2015 di wilayah Cilandak Barat,
Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.
-
Cakupan :
Perbandingan antara jumlah penemuan kasus DBD dengan jumlah penduduk di wilayah
Cilandak Barat, kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.
-
Perilaku tenaga kesehatan dalam melakukan pencatatan laporan penemuan kasus DBD.
-
4.5
4.6
Ruang Lingkup
Lingkup lokasi : Wilayah kerja Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan
Cilandak, Jakarta Selatan
Lingkup waktu : Data dari Januari - Maret 2015
Lingkup Metode : Wawancara, pencatatan dan pengamatan (observasi)
Lingkup Materi : Penemuan kasus DBD
Populasi dan Sampel
Populasi terjangkau adalah penemuan kasus DBD yang terdapat di wilayah Cilandak
Barat.
Perkiraan besar sampel
Dari data yang diambil diperoleh mengenai penemuan kasus DBD dari bulan
Januari Maret 2015 yaitu 22 orang.
diolah untuk
43
BAB V
ANALISIS MASALAH
5.1 Kerangka Pikir Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan atau tujuan yang ingin dicapai
dengan kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas.
Dengan demikian untuk memutuskan adanya masalah perlu tiga syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. Adanya kesenjangan.
2. Adanya rasa tidak puas.
3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut.
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi atau inventarisasi masalah
2. Penentuan prioritas masalah
3. Penentuan penyebab masalah
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
6. Penetapan pemecahan masalah
7. Penyusunan rencana penerapan
8. Monitoring dan evaluasi
44
1. Identifikasi
Masalah
2. Penentuan
Prioritas
Masalah
8.
Monitoring
& Evaluasi
3. Penentuan
Penyebab
Masalah
7.
Penyusunan
rencana
penerapan
6. Penetapan
pemecahan
masalah
terpilih
5.
Menentukan
alternatif
pemecahan
masalah
4. Memilih
Penyebab
yang
paling
mungkin
45
Pada tahap ini, hasil identifikasi masalah yang sudah dilakukan dengan
menggunakan SPM Puskesmas Cilandak Barat, lalu disusun peringkat masalah.
Tahap ini lebih baik dilakukan oleh banyak orang secara musyawarah daripada oleh
satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon,
Delbeq, CARL, Pareto, dan sebagainya.
46
Berdasarkan Standar
2
3
II
III
IV
96%
100%
Imunisasi campak
100%
4
Cakupan Ibu Nifas yang mendapat Vit.A
Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang mendapat
100%
5
Vit.A kapsul biru
100%
6
Posyandu lansia
< 29
7
DBD
KESEHATAN RUJUKAN
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
80%
12
keluarga
90%
13
cakupan pelayanan gawat darurat level 1
EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB
Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
90%
14
penyelidikan epidemiologi<24 jam
PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
90%
15
RW Siaga Aktif
66.3%
84,8%
82,3%
99%
77,8%
303%
-
Untuk data DBD yang didapat adalah data mengenai penemuan kasus dimana data yang
didapat adalah 22 kasus dari 59.186 penduduk yang ada, sementara target tahunan penemuan
kasus DBD yang disesuaikan dengan jumlah penduduk di Cilandak Barat adalah <29.
47
Setelah dilakukan penghitungan maka didapatkan penemuan kasus DBD dalam 3 bulan
terhitung sejak bulan Januari hingga Maret 2015 melebihi ekspektasi sebesar 303%
5.3. Prioritas Masalah
Setelah masalah ditemukan, kemudian ditentukan prioritas dan diurutkan sesuai
presentasi tinggi rendahnya masalah. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode
Hanlon Kuantitatif, dengan menggunakan kriteria :
Kriteria A: Besarnya masalah
Kriteria B: Kegawatan masalah
Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan
Kriteria D: Faktor PEARL
1.
INDIKATOR
TARGET
Cakupan penanganan
88%
komplikasi Bumil
100%
Imunisasi campak
Cakupan Ibu Nifas yang
100%
mendapat Vit.A
Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang
100%
mendapat Vit.A kapsul biru
100%
Posyandu lansia
< 29
DBD
cakupan pertolongan persalinan
oleh bidan atau tenaga
96%
kesehatan yang memiliki
kompetesi kebidanan
PENCAPAIAN
46,8%
BESAR MASALAH
41,2 %
84,8%
82,3%
99%
77,8%
0,13 %
66.3%
15,2 %
17,7 %
1%
22,2 %
28,87%
29,7 %
Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
48
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3,3 log 7
= 1 + 2,78
= 3,78 4
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar
dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar
41,1
terkecil
Interval
Langkah 4:
Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:
Tabel 24. Tabel Interval Kelas
Kolom/Kelas
Skala Interval
Nilai
Skala 1
1 11
Skala 2
12 22
Skala 3
23 33
Skala 4
34 44
49
Masalah
1 11
(1)
1.
Cakupan penanganan
komplikasi Bumil
2.
3.
12-22
(2)
22-33
(3)
34-44
(4)
Nilai
Imunisasi campak
4.
5.
6.
Posyandu lansia
DBD
:5
50
Mendesak
:4
Cukup mendesak
:3
Kurang mendesak
:2
Tidak mendesak
:1
:4
Cukup ganas : 3
Kurang ganas : 2
Tidak ganas
:1
:5
Mudah menyebar/meluas
:4
Cukup menyebar/meluas
:3
Sulit menyebar/meluas
:2
Tidak menyebar/meluas
:1
G JUMLAH
4,25
2,5
10,75
3,25
2,75
3,25
9,25
Imunisasi campak
4,25
3,75
12
3,25
3,5
4,5
Posyandu lansia
8,75
3,75
4,25
12,5
2,75
8,75
51
DBD
3,75
4,25
12
:4
Cukup mudah : 3
Sulit
:2
Sangat sulit
:1
2.
3.
Imunisasi campak
4.
5.
6.
Posyandu lansia
DBD
52
Kesesuaian (Propriety)
Secara Ekonomis murah (Economic)
Dapat diterima (Acceptability)
Tersedianya sumber (Resources availability)
Legalitas terjamin (Legality)
Hasil
Kali
Imunisasi campak
Posyandu lansia
DBD
53
Cakupan Pertolongan
Persalinan oleh bidan
atau tenaga kesehatan
yang memiliki
kompetesi kebidanan
9,25
Imunisasi campak
12
8,75
12,5
Posyandu lansia
DBD
40
40
IV
56
56
II
32,25
32,25
VII
55
55
III
8,75
35,25
35,25
VI
12
60
60
kompetesi kebidanan
5. Cakupan penanganan komplikasi Bumil
54
6. Posyandu lansia
7. Cakupan ibu nifas yang mendapat vit.A
BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
HASIL PENELITIAN
Dari jawaban para warga yang menjadi partisipan, dapat diketahui bahwa
sebagian besar partisipan kurang mengetahui pengertian tentang DBD, mereka pada
dasarnya hanya mengetahui DBD berasal dari gigitan nyamuk seperti kuotasi dari
beberapa partisipan dibawah ini saat ditanyakan mengenai DBD:
"DBD itu kan digigit nyamuk ya, sedangkan digigit nyamuk itu... Jadi kalo
fisiknya kuat mungkin nggak kena ya, yang fisiknya lemah baru ya kena itu kan"
(partisipan M)
"Gigitan nyamuk" (partisipan Y)
Kemudian saat ditanyakan mengenai bagaimana cara penyebaran dan penularan
DBD sebagian besar warga hanya mengetahui bahwa DBD menular melalui gigitan
55
nyamuk, hanya sebagian kecil partisipan yang mengetahui dan menjelaskan bagaimana
penularan DBD secara gamblang, seperti kuotasi partisipan di bawah ini:
".... secara kasat mata susah untuk membedakan mana yang nyamuk biasa jadi
saya tangkap informasinya, bahwa dari nyamuk aedes aegepty itu menggigit dan
menularkan penyakitnya, berarti kita harus hati-hati jika ada air bisa menggenang dan
harus perhatikan kebersihan lingkungan karena penyakit seperti ini kan sifatnya
sporadis" (partisipan S)
Saat ditanyakan mengenai gejala sebagian besar warga dapat menjawabnya
dengan tepat seperti kutipan dari partisipasi berikut ini:
"Panas 3 hari, turun naik, tidak stabil, setelah menjelang fase kritisnya, empat
hari atau lima hari dingin terus panas lagi, dingin, dingin sekali, keluar keringat kan,
keluar bintik-bintik merah terakhir, terus mismisan perdarahan"(partisipan M)
"Ya, sudah, seperti contoh anak saya sendiri, gejalanya panas-dingin, panasdingin, mual, muntah dan tidak ada batuk pilek sampai hari ke-3 seperti itu terus ya
itulah gejala DBD yang saya ketemu dari pengalaman sakit DBD yang dialami oleh
anak saya sendiri" (partisipan S)
Kemudian saat ditanyakan mengenai bahaya DBD hanya sebagian kecil yang
mengetahui
bahaya yang dapat ditimbulkan dari DBD, seperti yang dikutip dari
56
kadang-kadang yang generasi muda ini kan harus terus bisa diberikan sosialisasi
informasi dan penyuluhan"
Saat dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya mengenai penyuluhan, sebagian
partisipan menganggap perlu dan mengetahui berapa kali dalam berapa minggu atau
bulan di lingkungannya, hanya saja mereka tidak selalu mengikuti penyuluhan yang
diadakan bahkan ada yang belum oernah mengikuti penyuluhan, seperti kuotasi
beberapa partisipan berikut ini:
"Iya belum mba (saat ditanyakan sudah pernah mengikuti penyuluhan atau
belum sama sekali)"
"Biasanya kalau penyuluhan di balai ya, ada balai pertemuan gitu, dikasih
undangan dulu, takutnya ibu-ibu suka belum tentu bisa dateng" (partisipan M)
MONEY
MONEY
MACHINE
MACHINE
METHOD
METHOD
E
E
MATERIAL
MATERIAL
MASALA
MASALA
H
H
P1
P1
P3
P3
P2
P2
PROSES
PROSES
LINGKUNGA
LINGKUNGA
N
N
58
Tabel 30. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Banyaknya Penemuan Kasus DBD dari Faktor Input
INPUT
MAN
KELEBIHAN
KEKURANGAN
Tersedia
tenaga
kesehatan
(dokter dan perawat) dalam
menemukan kasus DBD.
(Tenaga Kerja)
59
MONEY
(Pembiayaan)
METHOD
(Metode)
MATERIAL
(Perlengkapan)
MACHINE
(Peralatan)
Tabel 31. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES
KELEBIHAN
KEKURANGAN
60
P1
(Perencanaan)
P2
Dilaksanakan gerakan PSN Tidak semua masyarakat
(Penggerakan &
melakukan gerakan PSN dan
satu kali setiap minggu dengan
Pelaksanaan)
kader
jumantik
tidak
melakukan
program
3M,
melakukan
pemeriksaan
dipantau oleh ketua RW dan
jentik secara menyeluruh di
RT serta staf puskesmas,
tiap-tiap rumah.
P3
(Penilaian,
Pengawasan,&
Pengendalian)
Lingkungan
Keterlambatan datang ke
tempat pelayanan kesehatan
61
PROSES
P1
P3
P2
tidak semua masyarakat melakukan gerakan PSN dan
kader jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik secara
menyeluruh di tiap-tiap rumah.
Man
Money
Materia
l
Penyuluhan biasa dilakukan di balai desa,
INPUT
Machin
e
Brosur dan pamflet belum terbagi merata di
Masalah
penemuan
kasus DBD
masyarakat
Brosur kurang menarik
Blangko jumantik mandiri tidak tersebar
merata di rumah.
Warga Metho
tidak tahu cara mengisi blangko
d minggunya.
jumantik
PSN dilakukan
di 2 RWmandiri.
setiap
Penyuluhan dan penerangan hanya dilakukan pada ketua RT,
RW, dan petugas kader. Tidak diketahui apakah materi
penyuluhan disampaikan ke masyarakat.
Pelaksanaan penyuluhan saat jam kerja, sehingga warga tidak
datang ke penyuluhan
Masih kurangnya kesadaran warga terhadap pencegahan DBD
Masyarakat kurang kesadaran untuk melekukan pemeriksaan
secara kontinyu setelah pemeriksaan awal
Asumsi masyarakat yang salah mengenai pentingnya dilakukan
fogging terlebih dahulu dibandingkan pencegahannya saat PSN
LINGKUNGA
Keterlambatan
datang ke tempat
N
pelayanan kesehatan
Pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat masih kurang dalam
pemberantasan
penyakit
DBD
khususnya program PSN.
62
BAB VII
63
Penyebab Masalah
1.
2.
apakah
materi
penyuluhan
disampaikan ke masyarakat.
3.
4.
5.
6.
Kader
jumantik
tidak
melaksanakan tugasnya.
maksimal
dalam
Penyuluhan
dan
penerangan
apakah
penyuluhan
disampaikan
materi
ke
masyarakat.
Melakukan
pendekatan
terhadap warga dan tokoh
masyarakat guna membina
kerja sama yang baik antara
warga
dan
pihak
penyelenggara PSN agar
warga mau ikut berpatisipasi
penyuluhan
dan
PSN.
(pendekatan
tokoh
masyarakat)
Memberikan
pengarahan
kepada warga agar dapat
berperan
aktif
dalam
mendeteksi kasus DBD
sebagai jumantik mandiri.
(sosialisai jumantik mandiri)
Tidak
semua
masyarakat
melakukan gerakan PSN dan
kader jumantik tidak melakukan
pemeriksaan
jentik
secara
menyeluruh di tiap-tiap rumah
65
mendekati angka 5.
Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan.
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati
angka 1.
66
Hasil akhir
Urutan
Masalah
M
(M x I x V) / C
24
II
48
12
IV
16
III
67
68
Pendekatan
terhadap
tokoh
masyarakat
Tujuan
Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang DBD
Membantu
proses jumantik
mandiri dan
PSN
Sasaran
Masyarakat
Cilandak
Barat
Tokoh
masyarakat
(ketua RT &
RW)
Tempat
Pelaksana
Waktu
Biaya
Puskesmas
(penyuluhan
dalam
gedung)
balai warga
rumah tokoh
masyarakat
(penyuluhan
luar gedung)
PJ :Koordinator
program DBD
1 kali / bulan
Anggaran
Puskesmas
PJ: Koordinator
program DBD
1 kali / 3 bulan
(saat akhir
pekan
Dana
swadaya
RW yang
didatangi PSN
seiap minggu
PJ : koordinator
program DBD
Metode
Melalui
mikrofon &
pembagian
brosur
Dialog
interaktif
Tolak ukur
Terlaksananya
penyuluhan ,
Meningkatnya
pengetahuan dan
perubahan pola
hidup yang baik.
Dibantu dokter
muda & kader
1 kali/ minggu
Dana
swadaya
Diskusi
mengenai
cara sosialisai
jumantik
mandiri
Terlaksanannya
pendekatan,
Tokoh masyarakat
mengetahui cara
sosialiasi
Warga mau
menerima sosialiasi
69
Penghargaan
kepada warga
Pendekatan
kepada kader
Tujuan
Tempat
Pelaksana
Waktu
Kader PSN,
masyarakat
sebagai
pelaku
jumantik
mandiri
Rumah warga
PJ : koordinator
program DBD,
1 kali/ minggu
(saat PSN)
Dibantu kader
dan dokter muda
1 kali / 3 bulan
(saat
penyuluhan)
Meningkatkan
semangat warga
untuk
memberantas
DBD
Masyarakat
Cilandak
Barat
Lingkungan
wilayah kerja
Cilandak Barat
Kepala puskesmas
Memotivasi
kader &
Meningkatk
an
kepatuhan
terhadap
pemantauan
jentik
Kader PSN
(jumantik)
RW
yang
dilakukan PSN
setiap minggu
PJ : koordinator
program DBD
Meningkatkan
kepatuhan
terhadap
pemantauan
jentik
Sasaran
1 kali/ 3 bulan
(saat penyuluhan)
1 kali/ minggu
Biaya
Anggaran
Puskesmas
(untuk
bangko)
Dana
swadaya
Dana
swadaya
Metode
Tolak ukur
Diskusi tatap
muka
mengenai
cara
pemantauan
jentik
Terlaksanannya
sosialisasi warga
mengetahui dan
melaksanakan
jumantik mandiri
ABJ meningkat
Piala bergilir,
spanduk
peringkat
yang di
pasang di
masing
masing RW
Terlaksananya
bebas jentik
lomba
Motivasi &
Diskusi tatap
muka
mengenai
cara
pemantauan
jentik
Terlaksanannya
pendekatan
kepada
kader
ABJ meningkat
Kerja
kader
maksimal
70
lebih
Kegiatan
1.
Pendekatan
terhadap
tokoh
masyarakat
& kader
2.
Sosialisasi
jumantik
mandiri
3.
Penghargaa
n terhadap
warga
4.
Penyuluhan
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
August
Sept
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
71
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi program hasil kegiatan Puskesmas Cilandak Barat pada bulan
Januari Maret 2015 menurut input, proses dan perhitungan hanlon didapatkan prioritas
masalah yaitu belum tercapainya target penyelesaian masalah penemuan kasus DBD
sebesar <29 kasus per 59.186 penduduk pertahun sedangkan penemuan kasus selama
3 bulan sudah mencapai 22 kasus, hal ini di sebabkan oleh Kader jumantik tidak
maksimal dalam melaksanakan tugasnya, Tidak semua masyarakat melakukan gerakan
PSN dan kader jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik secara menyeluruh di tiaptiap rumah, Tidak setiap rumah dapat dikunjungi karena beberapa warga menolak untuk
diperiksa jumantik, Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat masih kurang dalam
pemberantasan penyakit DBD khususnya program PSN, Masih kurangnya kesadaran
warga terhadap pencegahan DBD, Penyuluhan dan penerangan hanya dilakukan pada
ketua RT, RW, dan petugas kader, tidak diketahui apakah materi penyuluhan disampaikan
ke masyarakat, sehingga menyebabkan belum tercapainya target penyelesaian masalah
DBD. Oleh karena itu alternatif pemecahan masalah yang kami ambil adalah dengan
penyuluhan mengenai DBD, bahaya yang di akibatkan oleh penyakit DBD, cara
melakukan 3M dalam bentuk media yang menarik seperti poster, pamflet dan brosur,
Melakukan pendekatan terhadap warga dan tokoh masyarakat guna membina kerja sama
yang baik antara warga dan pihak penyelenggara PSN agar warga mau ikut berpatisipasi
penyuluhan dan PSN, Memberikan pengarahan kepada warga agar dapat berperan aktif
dalam mendeteksi kasus DBD sebagai jumantik mandiri, Memberikan hadiah untuk
masyarakat yang sudah melaksanakan kegiatan dengan dengan baik, Memberikan
motivasi dan pemberian hadiah kepada kader jumantik yang sudah melaksanakan tugas
dengan baik.
72
2. SARAN
Untuk Masyarakat
1. Menggalakkan masyarakat untuk menjadi jumantik mandiri.
2. Memberikan pemahaman bahwa masyarakat wajib berperan serta dalam memberantas
DBD.
Untuk Puskesmas
1.
2.
3.
4.
73
DAFTAR PUSTAKA
3. Teddy,
J.
WHO
Millenium
Development
Goals.
Available
at:
Available
at:
di
musim
pancaroba.
Available
at:
LAMPIRAN
Tanya jawab dengan Ibu Marni
74
F : Selamat pagi ibu, saya dengan dokter muda Fika, dengan ibu siapa ?
M : Ibu Marni.
F : Ibu Marni ya, baik ibu, sekarang kita akan melakukan tanya jawab untuk warga yang pernah
terkena dbd.
M : Iya.
F : Dulu keluarga ibu pernah ada terkena dbd yaa ?
M : Iya betul, anak saya yang nomer dua.
F : Apakah ibu tahu DBD itu sendiri apa?
M : DBD itu kan digigit nyamuk ya, sedangkan digigit nyamuk itu.
Jadi kalo yang fisiknya kuat mungkin ngga kena ya, yang fisiknya lemah baru ya kena itu kan.
F : Ibu tahu cara penularan DBD itu bagaimana ?
M : Lewat gigitan nyamuk.
F : Nyamuk yang bagaimana ibu ?
M : Jadi nyamuk itu kan awalnya kena ke orang yang sakit dbd, lalu digigit nyamuk, jadi
menularkan ke nyamuk yang gigit itu kan, lalu mengigit orang ynag sedang sakit, jadi nular kan.
F : Untuk nyamuknya sendiri, untuk penyebab dbd ibu tahu?
M : Dbd itu kalau rumahnya tidak bersih atau lingkungan tempat lain atau kotor atau genang
genangan air, tapi kita rajin dikuras mba. Mungkin di sekolahan kenanya, kita ga tahu. Yang kita
tahu, dia sakit pulang jadi panas.
F : Cara mencegah dbd itu sendiri gimana?
M : 3M, membersihkan, me.. menyapu, menguras, apa lagi tu. Menutup, 3 M
F : Untuk demam berdarahnya sendiri ibu tahu gejala gejalanya seperti apa?
75
M : Panas 3 hari, turun naik, tidak stabil, setelah menjelang fase kritisnya, empat hari atau lima
hari dingin terus panas lagi. dingin , dingin sekali, keluar keringat kan. Keluar bintik bintik
merah terakhir, terus mismisan perdarahan.
F : Menurut ibu, DBD berbahaya tidak bu?
M : Berbahaya sekali.
F : Berbahaya bagaimana ?
M : Kalau tidak tertolong ya gitu, pembuluh darah bisa pecah ya.
F : Tadi ibu bilang berbahaya, itu berbahaya kenapa ibu?
M : Berbahayanya ya itu sampe meninggal dunia sih. Ya kan sampai seperti itu
F : Udah ada program belum bu untuk pencegahan DBD?
M: Sabtu kita kerja bakti, lingkungan kita sendiri kita sapu, bersihin kaleng kaleng. Ya gitu
gitu saya bersihin..
F : Apakah ada saran untuk program DBD?
M : Sarannya apa ya.. kalo ga salah 3M
Pertama diri sendiri, lalu kepada lingkungan. Kita sendiri dulu aja, di rumah baru.
F : Apakah disini pernah diadakan penyuluhan atau tidak bu?
M: Penyuluhan biasanya dari puskesmas. Dari buku buku saya suka baca baca, sama
selembaran yang saya suka dapet.
F : Penyuluhan sendiri ibu pernah ikut ?
M : Belum
F : Menurut ibu perlu diadakan penyuluhan tidak bu?
M : Perlu, kalo kita tidak repot, ibu ibu juga pasti pada datang.
76
77
Y: Ibu Yani
B: Boleh ya bu kalau kita Tanya-tanya.
Y: Iya ga apa-apa dok.
B: Ibu, yang ibu tau tentang dbd itu apa? Kan anaknya udah pernah nih terkena dbd.
Y: Gigitan nyamuk.
B: Gigitan nyamuk?
Y: Iya.
B: Jadi yang menjadi penyebab dbd menurut ibu apa?
Y: Ya ga tau, sampe sekarang setau saya Cuma gigitan nyamuk itu doang.
B: Terus kalau untuk penyebaran atau penularan tau ga? Kan disini adeknya, kakaknya, tantenya
kena juga kan?
Y: Iya.. yang saya tau mah cuma dari gigitan nyamuk doang.
B: Menurut ibu dbd itu bahaya ga sih bu?
Y: Iya
B: Bahayanya apa bu?
Y: Ya katanya mematika kalau terlambat di tanganinya. Ga tau yang lainnya.
B: Kalau gejala-gejalanya ibu tau ga apa aja?
Y: Ga tau, yang tau Cuma panas tinggi dikasih minum obat ga mau turun-turun trus nanti 3-4
hari timbul bintik-bintik merah. Kemaren ini pas anak saya sakit bintik-bintik merahnya malah
munculnya pas udah dirawat di rumah sakit. Panasnya naik turun terus sama pusing sama mualmual.
B: Kalau untuk pencagahan demam berdarah yang ibu tau apa bu?
78
Y: Ya saya ga tau. Setau saya yang oenting jangan sampe ada genangan-genangan air. Terus anak
jangan main yang kotor-kototran
B: Kalau di lingkungan sini udah ada belum program untuk pencegahan demam berdarah?
Seperti pemeriksaan jentik?
Y: Ada kalau disini seminggu sekali yang pemeriksaan jentik terus setiap dua minggu sekali ada
bersih-bersih.
B: Kerja bakti?
Y: Iya kerja bakti yang dari ibu-ibu pkk
B: Selain itu apa lagi bu?
Y: Udah kayaknya yang saya tau. Saya selalu bersih-bersih bak dan setiap magrib tanaman saya
kasih obat nyamuk dan tutup pintu biara nyamuk ga masuk. Di dapur sama ruang tv dikasih obat
nyamuk.
B: Menurut ibu perlu ga diberikan penyuluhan buat warga?
Y: Perlulah
79
W: Perkenalkan saya dr. Wicaksono sama dr. Fika ya pak ya, ini dengan bapak siapa?
S: Bapak suyadi
W: Bapak suyadi ya, usia bapak berapa?
S: Usia saya 65
W: Kita mulai wawancaranya ya pak
S: Ya
W: Bapak apakah tau tentang dbd
S: Tau, karena saya sebenarnya sudah menjadi pengurus disini lama, jadi ketua rt sudah lima
belas tahun, jadi ketua rw sudah 10 tahun, sudah pernah menangani warga yang kena dbd juga,
sudah lebih paham, .dbd memang penyakit yang susah untuk dideteksi, ya mungkin Tuhan
memberikan cobaan kepada kita, ya meskipun sebenarnya usaha juga sudah, sudah ada jumantik
dan lingkungan saya sendiri, rumah saya sendiri sudah ada jumantik, bak mandi sudah dikuras
setiap 2/3 hari, lingkungan rumah juga saya bersihkan dan ibunya rajin bersihkan, saya juga tidak
menduga ya, karena yang namanya bersih itu kan kasat mata ya tapi ketularan dari luar, apakah
dari diluar itu saya tidak mengerti, apakah anak saya ..... Saya tidak tahu, intinya saya menderita
seperti itu dan anak saya sendiri kena begitu, tapi waktu itu kan kakaknya bekerja sebagai
apoteker, dia tau proses dbd itu dan diobati terus sembuh, terus 3/4 hari setelah diobati kakaknya
itu, anak saya keringatan, kalo malam sampai keringatnya mengucur diobati sama dia, tapi saya
tidak tahu obat apa waktu itu, dan setelah itu panas lagi, terus sembuh, kembali panas lagi, terus
selama 4 hari kakaknya kasih obat lagi dan suruh saya membiarkan anak saya yang sedang
demam itu sebagai proses dari obat yang diberikannya, tapi saya sebagai orang tua karena
sudah4 hari, akhirnya saya bawa ke lab karena panasnya itu dan kalau sama saya agak manja
anaknya, sebelum dibawa ke lab, dibawa ke bidan, saya konsultaskan dengan ibu bidan di
tempat, terus diperiksa lidahnya itu ada bercak-bercak putih dan oleh ibu bidan disuruh ke lab
karena ditakutkan terserang dbd. Lalu cepat saya bawa ke lab dan dikasih saran, hasil lab nya
kasih ke dokter yang menangani, yaitu dr. Heru, sedangkan anaknya sudah mengeluh sakit dan
muntah-muntah terus. Lalu saya serahkan ke bu heru, oleh bu heru disarankan untuk langsung
dibawa ke rumah sakit, tadinya saya mau bawa ke rs. Fatmawati yang ada bpjs nya, tapi saya
80
khawatir penanganannya lambat, jadi saya larikan ke rs lain Sampai disana saya telpon kakaknya
bilang kalau anaknya positif dbd dan langsung masuk ke ugd dan langsung ditangani dan saya
rasa penanganannya masih lebih cepat daripada rs lain, .... Dan diperiksa ternyata memang benar
hasil lab itu sementara anak saya masih mengeluh sakit dan mual muntah, tapi saya percaya
dengan dokter saja karena anaknya sudah ditangani dan bagi saya apapun resikonya masalah
biaya adalah nomor dua yang penting anak saya cepat sehat. Pas awal-awal ditangani sampai 3
hari trombosit anak saya turun terus membuat saya kepikiran. Akhirnya saya cari-cari informasi
dari teman-teman yang pernah punya pengalaman DBD, teman-teman bilang sama saya bahwa
tidak apa-apa pada awal-awal penanganan trombosit turun terus karena nanti trombositnya akan
naik sendiri, akhirnya setelah 4 hari atau 5 hari belum ada trombosit naik, saya menghadap ke
dokter, dan bertanya kenapa trombosit belum naik-naik, lalu kata suster atau perawat disana
menduga ada penyakit lain bukan dbd dan membuat saya jadi ragu dan dokter belum bisa
ditemui dan akhirnya pada malam harinya venar trombositnya semakin naik dan badan sudah
tidak demam lagi dan obat-obatnya diminum lagi. Jadi ternyata proses sakit DBD itu sendiri
membuat orang tua kalang kabut karena trombosit turun dan anaknya mual muntah.
W: Ke pertanyaan selanjutnya ya pak, bapak sudah tahu penyebab DBD itu apa?
S: DBD itu dari yang umum disampaikan ke kita dari puskesmas, RS, kedokteran dan dari
mana saja itu datang dari nyamuk aedes aegepty dimana karakter nyamuk itu berbeda dengan
karakter nyamuk yang lain tapi bagi saya secara kasat mata susah untuk membedakan mana yang
nyamuk biasa jadi yang saya tangkap indormasinya, bahwa dari nyamuk aedes aegepty itu
menggigit dan menularkan penyakitnya, berarti kita harus hati-hati jika ada air bisa menggenang
dan harus perhatikan kebersihan lingkungan karena penyakit seperti ini kan sifatnya sporadis
W: Benar pak biasanya kalau satu lingkungan sudah ada yang kena dbd makanlingkungan
yang lain juga bisa terkena DBD
S: Waktu saya masih pengurus ketua RT sebenarnya saya sudah memgajukan ke puskesmas dan
ke pengurus kesehatan setempat dan kebetulan kenal dengan dokter disana saya selalu lapor
kalau ada yang sakit DBD supaya bisa dilakukan fogging di lingkungan tersebut sampai pernah
lebih dari 2x difogging, akhirnya berhasillah hasil dari fogging di wilayah kita, tapi yang saya
takutkan kalau hanya di lingkungan saya yang difogging sementara di lingkungan sebelah sana
81
diluar lingkungam saya tidak ikut difogging juga maka nyamuk aedes aegypty yang dari
lingkungan yang tidak difogging tersebut terbang ke arah lingkungan saya meskipun lingkungan
saya sudah difogging karena menurut info yang saya terima nyamukaedes aegypty tersebut dapat
terbang bisa sejauh 40 meter lebih
W: Kalau menurut bapak untuk pencegahan DBD bagaimana seharusnya?
S: Ya seperti tadi saya bilang bahwa lingkungan harus bersih, seperti pot bunga yang ada air
tergenang harus diganti secara berkala, selain itu memberikan sosialisasi dari petugas-petugas
yang melakukan pengecekan ke rumah masing-masing warga, tapi kadang-kadang kendalanya
ada beberapa warga yang menolak untuk dilakukan pengecekan dan sosialisasi tersebut, disini
yang merepotkan, tapi tidak semua warga menolak seperti itu, sebagian umumnya warga banyak
yang sudah sadar kalau sakit akan repot sendiri, biayanya banyak, sehingga sudah banyak juga
warga yang sadar untuk mencegah penyakit DBD itu
W: Kalau untuk gejala DBDnya sendiri, apakah bapak sudah mengetahui gejala DBD
tersebut?
S: Ya, sudah seperti contoh anak saya sendiri, gejalanya panas-dingin, panas-dingin, mual,
muntah dan tidak ada batuk pilek sampai hari ke3 seperti itu terus ya itulah gejala DBD yang
saya ketemu dari pengalaman sakit DBD yang dialami oleh anak saya sendiri
W: Kalau menurut bapak apakah penyakit DBD itu berbahaya?
S: Menurut saya berbahaya, karena saya juga mendengar informasi dari TV yang
memberitahu bahwa ada beberapa pasien yang meninggal karena penyakit DBD ini adalah
penyakit yang luar biasa oleh karena itu seyogyanya warga masyarakat seharusnya sudah banyak
yang sadar akan kebersihan lingkunga untuk menghindari penyakit DBD itu sebagai tindakan
pencegahan, preventif, karena penyakit DBD ini tidak hanya menjangkiti orang-orang dewasa
baik tua dan muda saja melainkan berpotensi juga menjangkiti anak-anak dan bahkan bisa terjadi
pada bayi, oleh karena itu menurut saya memang tindakan pencegahan itu lebih baik.
W: Di lingkungan ini sendiri apakah sudah ada program-program untuk menangani DBD
dan kalau sudah ada, program-program apa sajakah itu?
82
S: Ya itu ada petugas tim jumantik itu sudah sangat membantu karena potensi nyamuk itu
kan hanya di tempat yang bersih tidak mau di tempat yang kotor dan tugas jumantik itu kan
sebagai pemeriksa atau petugas yang melakukan pengecekan ke rumah-rumah warga, jadi
sebaiknya para petugas jumantik ini menolak untuk dilakukan pengecekan, seharusnya para
petugas jumantik itu segera melaporkan warga tersebut kepada ketua RT setempat agar bisa
ditangani dengan didatangi ke rumah wargabyang menolak tersebut.
W: Kalau dari bapak sendiri, apakah ada saran, ide atau gagasan untuk melengkapi program
pemerintah?
S: Ya kalau menurut saya program dari pemerintah sudah cukup baik, tapi karena penyakit
DBD ini juga salah satu cobaan dari Tuhan juga, sehingga menurut saya jangan pernah berhenti
berbuat untuk mencegah penyakit DBD itu seperti dengan berikan penyuluhan, harus terus
ditumbuhkan rasa kesadaran yang tinggi akan pencegahan penyakit DBD ini, karena masyarakat
kita ini harus terus berkembang dan kadang-kadang yang generasi muda-muda ini kan harus
terus bisa diberikan sosialisasi informasi dan penyuluhan.
W: Jadi menurut bapak perlu diadakan penyuluhan?
S: Perlu karena ilmu kan tidak boleh berhenti, dan harus selalu dicari langkah yang terbaik,
oleh karena itu warga masyarakat bersama-sama dengan para pengurus dan dokter untuk
bersama-sama melakukan pencegahan penyakit DBD itu supaya bisa menciptakan negara yang
aman karena kalau warga masyarakat sehat maka negara bisa menjadi aman karena kesehatan itu
amat berharga dan luar biasa.
W: Jika diadakan penyuluhan menurut bapak apakah akan banyak warga masyarakat yang
turut berpartisipasi?
S: Menurut saya banyak warga masyarakat yang akan turut berpartisipasi, tapi kendalamya
masalah waktu, maksud saya, kebanyakan warga bekerja dari pagi sampai malamdi hari-hari
kerja, saran saya apakah bisa penyuluhan tersebut dilakukan malam hari atau di hari libur supaya
bisa maksimal warga masyarakat yang turut berpartisipasi mengikuti penyiuluhan tersebut
karena warga masyarakat kita ini bervariasi pekerjaannya ada yang buruh, ada yang pegawai
83
outsourcing dan lain lain atau mungkin bisa diwakili oleh istri-istri jika kepala rumah tangganya
berhalangan hadir di tempat penyuluhan karenasedang bekerja.
W: Kalau untuk penyuluhan itu sendiri, harapan yang bapak inginkan seperti apa? Seperti
lokasinya dimana dan metodenya seperti apa?
S: Menurut saya metodenya sebaiknya secara terprogram datang ke tempat para pengurus
karena kalau datang kumpulan satu RT Itu sangat susah, sehingga menurut saya lebih efektif jika
metodenya melalui sharing, koordinasi dan dan silaturahim ke tempat-tempat para pengurus
nanti para pengurus yangbisa melanjutkan sosialisasi dari penyuluhan tersebut kepada warga
masyarakat sekitar atau para pengurus yang akan menyebarkan undangan penyuluhan langsung
ke rumah-rumah warga supaya warga masyarakat bisa mengikuti program penyuluhan tersebut
sehingga warga setelah diberikan penyuluhan, diharapkan warga mayarakat bisa sadar dan
paham pencegahan penyakit DBD tersebut.
W: Selama ini di lingkungan disini, apakah sudah pernah diberikan penyuluhan?
S: Sudah pernah tapi sudah lama sekali, biasanya tiap 3 bulan sekali dan ada petugas
Pemberi penyuluhan yang berkeliling memberikan penyuluhan dan informasi kepada warga
masyarakat sekitar.
W: Baik bapak, terima kasih atas waktunya nanti akan kami evaluasi untuk kelanjutannya
supaya ke depan pencegahan penyeakit DBD bisa lebih efektif lagi
S: Iya dok sama-sama mungkin seperti ini yang bisa saya sampaikan, lebih dan kurangnya
saya minta maaf, semoga ke depan semua warga masyarakat bisa terbebas dari sakit DBD
85
S: Kita ga pake tempat penampungan air yang ada di dispensernya. Disekitar rumah emang kotor
kan soalnya ada ayam sama ban-ban bekas. Pas saya pindah kesini. Ada ban-ban bekas punya
orang di depan rumah. Sering tergenang air bekas hujan, mungkin dari situ jadi kena dbd.
A: Ibu tau kalau dbd bisa menyebabkan kematian?
S: Nggak tau.
A: Apakah ibu tau program-program apa aja buat pencegahan buat dbd?
S: Itu yang suka liat jentik-jentik nyamuk
86
Y: Bu yanti.
B : Kemarin anak ibu sakit DBD ya?
Y : Iya betul.
B : Baik bu, apa yang ibu ketahui tentang DBD?
Y : sejenis nyamuk
B : Lalu apa lagi bu?
Y : Udah itu aja.
B : Jadi menurut ibu DBD itu nyamuk ya bu? Bukan penyakit ?
Y : Ya itu sama, nyamuk yang menyebabkan penyakit.
B : Apakah ibu mengetahui penyebab DBD?
Y : Nyamuk, digigit nyamuk.
B : Kalau cara penyebaran atau penularan DBD itu bagaimana bu?
Y : Ya waktu itu anak saya ketularan, jadi saudadanya Ada yang sakit juga, terus mereka tidur
bareng, ketularan deh. Lewat udara Kali ya?
Y : Sama main ujan-ujanan juga.
B : Menurut ibu DBD bahasa ga?
Y : Bahaya mba.
B : Kenapa?
Y : Ya kalau terlambat di tangani bisa lewat gitu meninggal
B : Setelah ibu tau DBD itu bahaya, Jiwa Ada sesorang yang terkena DBD itu harusnya di bawa
kemana?
Y : Puskesmas.
B : Baik, benar sekali bu harus segera di bawa ke pelayanan kesehatan.
B : Apakah ibu mengetahui cara pencegahan DBD?
Y : Jangan nyimpen barang bekas, jaga kebersihan
B : Ibu tau ga gejala atau ciri-ciri Julia terkena DBD?
Y : Panas lebih dari 5 hari, muntah muntah ga berhenti, keluar bintik marah.
B : Untuk di lingkungan sini apakah sudah ada program untuk menangani kasus DBD?
Y : Wah kurang tau, saya kerja sih mba
B : Ohh jadi ibu tidak tahu ya? Misalnya ada penyemprotan atau pencarian jentik nyamuk?
Y : Ohh ada kalau itu mba, disemprot, sama itu dicari ada jentik nyamuk apa enggak.
87
B : Apakah ibu punya gagasan atau ide suatu program untuk menangani kasus DBD?
Y : Ya paling beres - beres lingkungan, biar ga ada sarang nyamuk
B : Kira - kira akan banyak warga yang mau ikut berpartisipasi atau tidak bu?
Y : Banyak mba
B : Jadi ibu optimis, program ibu akan sukses ya?
Y : Iya mba sukses
B : Disini sudah ada penyuluhan ?
Y : Udah mba
B : Kalau saat penyuluhan itu banyak yang datang bu?
Y : Banyak mba.
B : Penyuluhan nya dilakukan rutin, atau hanya setelah ada kejadian kasus tertentu saja bu
Y : Kurang tau deh mba, saya kerja sih
B : Jadi ibu belum pernah mengikuti penyuluhan sama sekali ya bu?
Y : Iya belum mba.
B : Disini ada ibu kader juga, jadi untuk penyuluhan itu di adakan nya kapan saja bu?
K : Kita rutin sih tiap bulan sekali
B : Itu penyuluhannya tentang DBD?
K : Ya macem macem, kadang DBD, BPJS, sama yang lain macem macem
B : Baik, kalau begitu. Sampai disini dulu wawancara kita. Terimakasih ibu Yanti dan ibu kader.
88