PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Liberalisme pada awalnya muncul saat dunia barat memasuki
enlighment ages atau abad pencerahan sekitas abad ke 16 sampai
awal abad 19 yang mana pada saat itu, mulai muncul industri dan
perdagangan dalam skala besar yang berbasis teknologi baru. Untuk
mengelolala kedua hal tersebut muncullah kebutuhan-kebutuhan baru
seperti buruh yang bebas dalam jumlah banyak, ruang gerak yang
leluasa, mobilitas yang tinggi dan kekbebasan berkreasi. Namun
kebutuhan-kebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan yang
dibuat masa pemrintahan yang feodal. Maka golongan intelektualyang
mengendepankan rasionalitas memunculkan paham liberal. Golongan
intelektual ini merasakan keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan
keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru).
Ketika pasar bebas tak dapat terbendung dan pembentukan
regionalisme tiap daerah yang terdapat di setiap benua mulai
berkembang, maka globalisasi memang sedang merajalela dalam
perekonomian dunia. Jika memandang keadaan modern saat ini,
sudah tak dapat dipungkiri lagi bahwa sesungguhnya negara-negara
yang masih berdiri harus menelan material klasik yang kian melaju
pesat, yang tak lain dikenal dengan sebutan neoliberalisme. Sebagai
teori yang makin kontemporer, paham liberalisme yang sangat
mengakar pada kehidupan historis ekonomi ini mulai diterima dan
dilaksanakan setiap negara. Krisis finansial Amerika Serikat yang
marak terjadi pun mampu memberikan dampak yang signifikan bagi
negara
lain
di
seluruh
penjuru
bumi.
Lantas,
apakah
paham
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dengan demikian yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
Bagaimana
proses
Teori
Liberalisme
dan
neoliberalisme
sebuah negara
dalam
dalam menunjang
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses munculnya liberalisme dan
neoliberalisme
b. Untuk menjelaskan perkembangan liberalisme dan neoliberalisme
pada negara yang menganutnya
c. Menjelaskan proses terbentuknya leberalisme dan neoliberalisme
1.4
Manfaat Penulisan
yang menjadi manfaat dalam makalah ini adalah :
memberikan suatu pengertian bahwa perlu adanya sebuah paham
liberalisme dan neoliberalisme
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Liberalisme
Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas dan
bukan budak atau suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari
kepemilikan orang lain. Dan isme yang berati paham. Makna bebas
kemudian menjadi sebuah sikap kelas masyarakat terpelajar di Barat
yang membuka pintu kebebasan berfikir (The old Liberalism). Dari
makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang sehingga
mempunyai berbagai makna.
bermula pada 1776-1788, oleh Edward Gibbon, perkataan liberal
mulai diberi maksud yang baik, yaitu bebas dari prasangka dan
bersifat toleran. Maka pengertian liberal pun akhirnya mengalami
perubahan
arti
dan
berkembang
menjadi
kebebasan
secara
dan gereja atas statusnya sebagai lembaga publik, lembaga legal dan
lembaga sosial.
Oxford English Dictionary menerangkan bahwa perkataan liberal
telah lama ada dalam bahasa Inggris dengan makna sesuai untuk
orang bebas, besar, murah hati dalam seni liberal. Pada awalnya,
liberalisme bermaksud bebas dari batasan bersuara atau perilaku,
seperti bebas menggunakan dan memiliki harta, atau lidah yang
bebas, dan selalu berkaitan dengan sikap yang tidak tahu malu.
Frederic Bastiat, Gustave de Molinari, Herbert Spencer, dan
Auberon Herbert, adalah aliran ekstrem yang dikenal dengan
anarkhisme
(tidak
(pemerintahan
nightwatchman
yang
ada
pemerintahan)
kecil
state.
yang
hanya
Liberalisme
ataupun
berfungsi
selalu
minarkisme
sebagai
menentang
the
sistem
ekonomi,
dikuranginya
perdagangan
internasional,
kontrol
penyesuaian
dan
tingkat
pengetatan
pertukaran,
kaum
kapitalis
yakni
eksploitasi
dan
konsentrasi
ada
sekat-sekat
perdagangan,
tidak
ada
tarif,
katanya;
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Historis
Perkembangan
Liberalisme
dualisme
dan
Neoliberalisme
Secara historis, Liberalisme dualisme muncul sebagai reaksi
perlawanan
terhadap
sikap
penganut
paham
Merkantilis
pada
baik
kebebasan
individu,
reformasi
sosial,
dan
filsafat
yang
didasarkan
pada
pemahaman
bahwa
peran
negara.
Oleh
sebab
itu,
perspektif
liberal
ini
diperkuat
dengan
suatu
premis
yang
sangat
Liberalisme
perkembangan
bercampur
Terhadap
ekonomi
dengan
Perekonomian
modern,
asas-asas
perspektif
demokrasi
Peran dan
Dunia
Dalam
liberalisme
yang
pada
mulai
akhirnya
malaikat,
diperlukan.
maka
Pernyataan
pemerintahan
tersebut
dan
demokrasi
mengingatkan
sesuatu
tidak
bahwa
dikemukakan
oleh
Rizal
Malarangeng
Kalau
ingin
adalah
terlalu
dominannya
peranan
lembaga-lembaga
tersebut
liberalisme
masih
memiliki
titik
semakin
kuat
sedangkan
yang
memiliki
tingkat
yang
lebih
murah
akan
diiringi
dengan
meningkatnya
semakin
banyaknya
pengangguran
yang
dapat
liberalisme
akan
menciptakan
suatu
hubungan
pada
negara
agar
segera
memperbaiki
perekonomian
representasi
tertentu,
yang
negara)
memiliki
kepada
kapasitas
perusahaan-perusahaan
politik
yang
memadai.
Solusi krisis finansial global tak hanya diselesaikan dengan asumsiasumsi merkantilisme saja. Peran negara yang selama ini terhenti
sebelum timbulnya krisis harus dimaksimalkan dengan pemerataan
dan keadilan rakyat yang tertuang dalam sistem sosialisme ala Karl
Marx.. Contoh konkrit yang dapat dilakukan oleh warga AS adalah
pemberian dana stimulus terhadap institusi sosial milik pemerintah
dan minimalisasi pajak masyarakat sipil.
3.2 Aliran Liberalisme Ditandai Dengan Magna Charta
Sejarahnya paham liberalism dualisme ini berasal dari Yunani kuno, salah satu
elemen terpenting peradaban Barat. Namun, perkembangan awalnya terjadi sekitar
tahun 1215, ketika Raja John di Inggris mengeluarkan Magna Charta, dokumen yang
mencatat beberapa hak yang diberikan raja kepada bangsawan bawahan. Charta ini
secara otomatis telah membatasi kekuasaan Raja John sendiri dan dianggap sebagai
bentuk liberalisme awal (early liberalism).
Perkembangan liberalisme selanjutnya ditandai oleh revolusi tak berdarah yang
terjadi pada tahun 1688 yang kemudian dikenal dengan sebutan The Glorious
Revolution of 1688. Revolusi ini berhasil menurunkan Raja James II dari England dan
Ireland (James VII) dari Scotland) serta mengangkat William II dan Mary II sebagai
raja. Setahun setelah revolusi ini, parlemen Inggris menyetujui sebuah undang-undang
hak rakyat (Bill of Right) yang memuat penghapusan beberapa kekuasaan raja dan
jaminan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan masyarakat Inggris. Pada saat
bersamaan, seorang filosof Inggris, John Locke, mengajarkan bahwa setiap orang
terlahir dengan hak-hak dasar (natural right) yang tidak boleh dirampas. Hak-hak dasar
itu meliputi hak untuk hidup, hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan membuat opini,
beragama, dan berbicara. Di dalam bukunya, Two Treatises of Government (1690), John
Locke menyatakan, pemerintah memiliki tugas utama untuk menjamin hak-hak dasar
tersebut, dan jika ia tidak menjaga hak-hak dasar itu, rakyat memiliki hak untuk
melakukan revolusi.
Singkatnya pada abad ke 20 setelah berakhirnya perang dunia pertama pada
tahun 1918, beberapa negara Eropa menerapkan prinsip pemerintahan demokrasi. Hak
kaum perempuan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi di dalam pemerintahan
diberikan. Menjelang tahun 1930-an, liberalisme mulai berkembang tidak hanya
meliputi kebebasan berpolitik saja, tetapi juga mencakup kebebasan-kebebasan di
bidang lainnya; misalnya ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Tahun 1941, Presiden
Franklin D. Roosevelt mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk
berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom
of religion), kebebasan dari kemelaratan (freedom from want), dan kebebasan dari
ketakutan (freedom from fear). Pada tahun 1948, PBB mengeluarkan Universal
Declaration of Human Rights yang menetapkan sejumlah hak ekonomi dan sosial, di
samping hak politik.
Jika ditilik dari perkembangannya liberalisme secara umum memiliki dua aliran
utama yang saling bersaing dalam menggunakan sebutan liberal. Yang pertama adalah
liberal klasik atau early liberalism yang kemudian menjadi liberal ekonomi yang
menekankan pada kebebasan dalam usaha individu, dalam hak memiliki kekayaan,
dalam kebijakan ekonomi dan kebebasan melakukan kontrak serta menentang sistim
welfare state. Yang kedua adalah liberal sosial. Aliran ini menekankan peran negara
yang lebih besar untuk membela hak-hak individu (dalam pengertian yang luas),
seringkali dalam bentuk hukum anti-diskriminasi.
Selain kedua tren liberalisme diatas yang menekankan pada hak-hak ekonomi
dan politik dan sosial terdapat liberalisme dalam bidang pemikiran termasuk pemikiran
keagamaan. Liberal dalam konteks kebebasan intelektual berarti independen secara
intelektual, berfikiran luas, terus terang, dan terbuka. Kebebasan intelektual adalah
aspek yang paling mendasar dari liberalisme sosial dan politik atau dapat pula disebut
sisi lain dari liberalisme sosial dan politik. Kelahiran dan perkembangannya di Barat
terjadi pada akhir abad ke 18, namun akar-akarnya dapat dilacak seabad sebelumnya
(abad ke 17). Di saat itu dunia Barat terobsesi untuk membebaskan diri mereka dalam
bidang intelektual, keagamaan, politik dan ekonomi dari tatanan moral, supernatural dan
bahkan Tuhan.
Pada saat terjadi Revolusi Perancis tahun (1789) kebebasan mutlak dalam
pemikiran, agama, etika, kepecayaan, berbicara, pers dan politik sudah dicanangkan.
Prinsip-prinsip Revolusi Perancis itu bahkan dianggap sebagai Magna Charta
liberalisme. Konsekuensinya adalah penghapusan Hak-hak Tuhan dan segala otoritas
yang diperoleh dari Tuhan; penyingkiran agama dari kehidupan publik dan menjadinya
bersifat individual. Selain itu agama Kristen dan Gereja harus dihindarkan agar tidak
menjadi lembaga hukum ataupun sosial. Ciri liberalisme pemikiran dan keagamaan
yang paling menonjol adalah pengingkaran terhadap semua otoritas yang sesungguhnya,
sebab otoritas dalam pandangan liberal menunjukkan adanya kekuatan diluar dan diatas
manusia yang mengikatnya secara moral. Ini sejalan dengan doktrin nihilisme yang
merupakan ciri khas pandangan hidup Barat postmodern yang telah disebutkan diatas.
3.3 Pencetus Aliran Liberalisme
Jhon Locke (1632-1704) ialah seorang filsuf yang disebut sebagai juru bicara
Liberalisme. Jhon Locke hidup dalam zaman yang penuh gejolak di Inggris. Sebelum
dia lahir, terjadi perang saudara antara kaum Cavaliver, para pengikut raja Charles I, dan
kaum yang berada pada kekuatan dalam parlemen.Sementara itu, dalam parlemen terjadi
perpecahan antara fraksi para imam yang menghendaki pemerintahan teokratis elitis dan
fraksi independen yang menghendaki kebebasan politis bagi rakyat banyak. Dalam
hidupnya, berbeda dengan Hobbes membela Raja Charles I yang absolut, Locke
berpihak pada pemberontakan borjuasi melawan pemerintahan absolut, yang dikenal
sebagai Glorious Revolution.
Locke dilahirkan dari keluarga yang memihak parlemen. Sikap puritan ayahnya
sedikit banyak memengaruhi pemikiran Locke yang tidak suka pada aristokrasi. Locke
belajar di Universitas Oxford dan disana ia menyukai fisiologi dan alergis terhadap
filsafat skolastik. Ia tidak begitu suka pada karya-karya klasik. Di satu pihak, pengaruh
liberalisme tertanam kuat didalam dirinya yang didukung oleh pengaruh John Own. 1[2]
[3] Karena dekat dengan keluarga Shaftesbury yang dimusuhi raja, bersama keluarga itu
ia dibuang ke negeri Belanda. Dalam pengasingan itu, Locke menulis bukunya An Essay
concerning Human Understanding. Dalam hal ini, pemerintah selalu mengawasi gerakgeriknya. Locke juga menulis filsafat politik dalam The Second Treatise of Goverment.
Dalam buku itu, berbeda dengan Hobbes yang memihak Absolutisme, John Locke
menjadi juru bicara Liberalisme. Pengaruh Locke dalam konstitusi Amerika Serikat
sangat besar. Gagasan-gagasannya menyebar dan dipelihara di Inggris dan Amerika
hingga dewasa ini.
Beberapa pemikiran Locke ialah sebagai berikut:
1. Usaha Memukul Ajaran tentang Idea-idea Bangsawan
John Locke mengagumi karya-karya Descrates, Akan tetapi, dia tidak setuju atas
rasionalisme Descrates yang beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh secara a
priori. Locke berusaha menghantam ajaran kuno itu dengan sebuah pendekatan filosofis
yang berbeda sama sekali dari rasionalisme. Menurut Locke anggapan para filsuf
rasionalis bahwa idea-idea tentang kenyataan itu sudah kita miliki sejak lahir adalah
anggapan yang tidak terbukti dalam kenyataan. Dengan demikian kebenaran dan
kenyataan dipersepsi subjek melalui pengalaman dan bukan bersifat bawaan. Segala
prinsip a priori dan universal itu harus dikembalikan kepada pengalaman terdahulu.
1
Dapat dikatakan bahwa serangan Locke atas idea-idea bawaan berkaitan dengan
pandangan liberalnya tentang manusia dan masyarakat.
2. Proses pikiran, Idea simpleks dan Kompleks
Proses internal langsung berdasarkan pengalaman lahiriah itu menghasilkan ideaidea seperti : idea nimat dan idea sakit. Semua idea yang dihasilkan dari penangkapan
langsung ini disebut Locke sebagai idea Simpleks. Menurut Locke idea-idea abstrak
tentang ruang itu merupakan hasil penyusunan idea simpleks yang terpisah menjadi idea
yang Kompleks. Jadi, Locke tidak sama sekali menolak kemungkinan pengetahuan
abstrak. Yang ditolaknya adalah segala bentuk pengetahuan a priori, termasuk idea ruang
dan waktu.
3. Etika yang memuja kenikmatan
Banyak filsuf tradisional dan filsuf Jerman dan Perancis berpendapat bahwa
tingkah laku kita ditentukan oleh asas-asas moral yang bersifat a priori dan universal.
Locke menentang gagasan macam itu dangan menegasakan bahwa yang menentukan
tindakan-tindakan kita bukanlah asas-asas universal melainkan sesuatu yang berasal dari
pengalaman indrawi, yaitu rasa nikmat dan rasa sakit. Berdasarkan ajaran ini, Locke
menetapkan lima nilai yang patut yang patut dikejar dalam hidup ini. Pertama dalah
kesehatan, memungkinkan kita menikmati segala sesuatu dengan panca indera. Kedua
adalah nama baik atau kehormatan, atau kenikmatan yang dihasilkan dari pengakuan
sosial. Ketiga adalah pengetahuan, yang juga memungkinkan kita mengubah-ubah objek
kenikmatan. Keempat adalah berbuat baik, yaitu tindakan yang menguntungkan dan
memeberi kepuasan. Kelima adalah harapan akan kebahagian abadi.
4. Ajaran Politik
Dalam keadaan asli, manusia hidup bermasyarakat dengan diatur oleh hukumhukum kodrat dan masing-masing individu memiliki hak-hak yang tak bleh dirampas
darinya. Melalui kontrak sosial dihasilkan pemerintahan atau kekuasaan eksekutif yang
dibatasi oleh hukum-hukum dasar tertentu. Hukum-hukum itu melarang pemerintahan
merampas hak individu. Pemerintah diperlukan justru untuk menjamin seluruh
keamanan masyarakat. Fungsi pokok pemerintah, menurut Locke, adalah menjaga hak
milik pribadi. Locke merupakan seorang juru bicara kenamaan liberalisme dan perintis
paham hak-hak asasi manusia.
3.4 Perkembangan Aliran Liberalisme Sampai Sekarang Ini
Unsur konseptual, sosial, ekonomi dan politik doktrin liberal saling terkait
dengan membentuk proses sejarah yang tunggal. Liberalisme terutama berhubungan
dengan citra-diri dan cita-cita kelas menengah yang baru muncul pada abad ke-18 dan
ke-19 berlaku sebagai kredo yang mereka gunakan untuk menyingkirkan elite
bangsawan dan pemilik tanah serta membangun lingkungan baru yang sesuai dengan
kebutuhan perdagangan, industri, dan profesi. Kredo ini sudah jelas bagi teorotisi liberal
klasik yang menulis perkembangan pada periode tersebut. Mereka melihat masyarakat
Inggris yang pertama kali mengalami Revolusi Industri dan politik, telah memberikan
model yang berusaha mereka tiru. Meskipun hubungan antara etos liberal dan
perkembangan sosial dan politik Inggris sering dilihat secara tidak lengkap oleh para
tokoh utama tradisi liberal Inggris, seperti John Locke (1632-1704), J.S. Mill (18061873), pemikir dari Scotlandia-terutama Adam Smith (1723-1790)-lebih menyadari
serba kemungkinan sejarahnya. Kaum liberal Eropa kontinental (Eropa Barat non
Inggris), jauh lebih mencermatinya, dan lebih sosiologis pada penulis seperti
Montesquiue (1689-1755) dan beberapa pemikir lainya.
Pada abad ke-20, basis sosial liberalisme menjadi persoalan yang tidak dapat
diabaikan oleh teoritisi liberal. Dalam masyarakat Industri massa yang di dominasi oleh
perusahaan berskala besar dan organisasi administrasinya lainnya di satu sisi,
meningkatkan diferensi sosial di sisi lain, agensi individu bebas yang diasumsikan oleh
liberalisme klasik tengah terancam menurut tulisan-tulisan kaum liberal pada akhir
abad ini. Proses pertama secara bertahap menelan individu ke dalam struktur agensi
birokratis yang terikat aturan dan hierarkris, yang menggantikan wirausaha dengan
administrator dan direktur profesional, dan memiskinkan ketrampilan sebagian tenaga
kerja. Proses kedua menambah kompleksitas masyarakat industri sehingga kemampuan
kita untuk memahami keragaman sosial yang muncul secara rasional dalam kerangka
moral yang kognitif tunggal merosot tajam. Semakin individu terjebak dalam logika
beragam peran dan fungsi sosial yang kadangkala sering bertentangan, dibanjiri
informasi dan sumber persuasi yang kerap berlawanan, semakin lemah pula kemampuan
mereka untuk menentukan orientasi secara otonom di dunia ini. Perkembanganperkembangan ini mendistorsi cita-cita pasar kaum liberal, dan menambah kekhawatiran
kaum liberal terhadap demokrasi. Lebih lanjut, perkembangan tersebut terkait erat
Kecenderungan partai massa modern untuk terikat pada kepentingan bukan pada
pendirian, telah merubah sifat politik liberal dari proses perdebatan yang rasional
menuju sarana tawar-menawar dan penyelesaian antara kelompok dan individu yang
memiliki kepentingan sendiri (politik dagang sapi). Perdebatan politik tidak lagi
berkenaan dengan kualitas atau kebenaran argumen lawan, tetapi manipulasi keinginan
dankepentingan untuk membentuk mayoritas yang akan memerintah.
bahkan terlalu sering diinjak-injak, akan lebih cepat menuju kepada sesuatu masyarakat
komunis daripada menjadi masyarakat pancasila.
Tetapi biarpun demikian pada asasnya jiwanya masih tetap individualistis, sehingga
tidak sesuai bahkan bertentangan dengan konsepsi pancasila yang berjiwa gotong
royong dan kekeluargaan, yang menjiwai hukum nasional. Oleh karena itu, hokum
agrarian barat
Dengan demikian menurut penulis hokum tanah adapt adalah hak pemilikan dan
penguasaan sebidang tanah yang hidup dalam masyarakat adapt masa lampau dan masa
kini serta ada yang tidak mempunyai bukti-bukti kepemilikan secara otentik atau
tertulis, kemudian pula ada yang didasarkan atas pengakuan dan tidak tertulis.
Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam hukum adat, kerana
merupakan satu-satunya benda kekayaan meskipun mengalami keadaan bagaimana pun
akan tetapi dalam keadaan semula, malah terkadang tidak menguntungkan bila
dipandang dari segi ekonomis. Kecuali itu dalah suatu kenyataan bahwqa tanah
merupakan tempat tinggal keluarga dan masyarakat, memberiukan penghidupan, dan
merupakan temapat dimana para warga dikuburkan jika sudah meninggal.
Didalm hukum adat antara masyarakat hukum merupakan keastuan dengan tanah yang
didudukinya, terdapat hubungan yang erat sekali, hubungan yang bersumber kepada
pandangan yang bersifat religi magis.
Hubungan yang erat dan bersifat religo magis ini, menyebabkan masyarakat hukum
memperoleh hak milik menguasai tanah tersebut, memanfaatkannya, memungut hasil
dari tumbuh-tumbuhan yang hidup diatas tanah juga berburu terhadap binatang-binatang
yang ada disitu. Hak masyarakat hukum atas tanah ini disebut hak pertuananatau hak
ulayat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan berlakunya UUPA, hokum agrarian mengalami
suatu perubahan besar, suatu revolusi yang merubah pemikiran dan landasan politik
agrarian pemerintah kolonial yang dibuat demi kepentingan modal besar asing disatu
pihak, dengan mengorbankan kepentingan rakyat Indonesia di pihak lain. Asas Domein
Verklaring yang dibuat dalam berbagai peraturan telah memperkosa hak-hak rakyat.
Sedemikian rupa perumusan domein verklaqring tersebut dibuat, sehingga jika orang
atau badan hokum berperkara dengan Negara mengenai soal pemilikan tanah, maka
dialah yang berkewajiban membuktikan bahwa tanah sengketa adalah milikya. Beban
pembuktian berada pada orang atau badan hukum yang berperkara. Maka jelaslah bahwa
rumusan tersebut menguntungkan Negara dalam hal berperkara pertanahan. Pada hal
asas umum pembuktian adalah sebaliknya, siapapun yang megendalikan sesuatu, dialah
yang wajib mengajkan bukti kebenaran dalil yang diajukan.
Sementara itu para penguasaha besar belanda di negeri belanda, karena keberhasilan
usahanya mengalami kelebihan modal, memerlukan bidang usaha baru untuk
menginvestasikannya. Mengiungat bahwa masih banyaknya tersedia tanah hutan di
hindia belanda yang belum dibuka dan diusahakan, maka sejak abad pertengahan ke 19,
mereka menuntut diberikannya kesempatan untuk berusaha dibidang perkebunan besar.
Sejalan dengan semangat liberlisme yang sedang berkembang dituntut penggantian
sistem monopoli Negara dan tanam paksa dalam melaksanakan cultuur steelsel denga
sistem kerja bebas, berdasarkan konsepsi kapitalisme liberal.
Tuntutan untuk mengahiri sistem tanam paksa dan kerja paksa dengan tujuan bisnis
tersebu, sejalan dengan tuntutan berdasrkan pertimbangan kemanusiaan dari golongan
lain di negeri belanda, yang melihat terjadinya penderiataan yang sangat hebat
dikalangan petani dijawa, sebagai akibat penyalah gunaan pelaksanaan culture stelsel
oleh para pejabat yang berwenang.
Sebaliknya ada juga golongan ynang ingin tetap melaksanakan sistem yang ada, atas
pertimbangan bahwa pelaksanaan culture stelseel telah mampu menyelamatkan agar
belanda, yang pernah mengalami krisis keuangan sebagai akibat pemisah dengan belgia
di eropa dan perang dipanegoro di jawa. Golongan ini berpendapat bahwa culture
steelsel dan monopoli Negara masih perlu dipertahankan sebagi sumber utama pengisi
kekurangan dinegerinya.
Karena tanah memang salah satu modal dalam mengatur kebijaksanaan pemerintah yang
mantap untuk dimanfaatkan bagi memajukan ekonominya. Sesuai dengan keadaan
waktu itu, prinsip dagang dalam politik pertanahan kolonial sangat menonjol. VOC
sebagai embrio pemerintah belanda di Indonesia adalah suatu badan usaha yang
bergerak dibidang perdagangan, maka tidak mengherankan kalau pemerintah belanda
yang kemudian berkuasa di Indonesia yang waktu itu disebut hindia belanda akhirnya
selalu memakai prinsip dagang dalam mengatur segala hal termasuk dalam hal politik
agraria atau peraturan hukum keagrariaan.
Dengan masuknya hokum yang berasal dari barat (belanda) sistem pemilikan di
Indonesia makin dipermodern. Tetapi agaknya penerapan hokum nbarat di Indonesia
makin dipermodern itu dalam banyak hal dan seyogyanya menimbulkan pertentangan
pertentangan karena hokum barat tersebut masih pula diterapkan dengan tendensi politik
penjjhan, politik penjajahan yang menekankan pada nafsu dagang dan kecendrungan
politik kolonial itu membuat penerapan hokum tersbt tidak lagi semurni apa yang dianut
dan hidup di eropa.
Dalam jaman penjajahan belanda, sistem pengauasaan tanah oleh masyarakat dibentuk
sistem baru yang disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan mereka selaku penjajah.
Maka tidak mengherankan jika dan banyak hal melemahkan sendi-sendi hukum yang
asli milik Indonesia. Maka terjadilah dualisme hukum pertanahan di Indonesia. Hukum
barat bagi orang eropa dan golongan asing lainnya yang dipersamakan dengan orang
eropa, dan dipihak lain berlaku hokum adat bagi orang Indonesia pribumi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan demikian yang menjadi kesimpulan makalah ini adalah kami
berpandangan bahwa konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan
merupakan solusi atas kegagalan liberalisme dan neoliberalisme
sebagai transformasi dari ideologi liberal pada masa posmodern
maupun kegagalan komunis dalam perang dingin. Liberalisme,
neoliberalisme maupun sosialis-demokrat yang dikontruksikan oleh
peradaban barat tersebut hanya semakin memperluas kesempatan
bagi praktek monopoli yang dilakukan oleh multinasional korporasi
pada berbagai belahan dunia.
Maka para pendiri negara ini telah membuat UUD 1945 pasal 33
yaitu :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian
nsional
demokrasi
dengan
diselenggarakan
prinsip
berdasarkan
kebersamaan,efesiensi
atas
berkeadila,
pembangunan
kesetaraan
peran
yang
dalam
mengendepankan
perekonomian,
kearifan
berorientasi
lokal,
pada
4.2 SARAN
Sebagai warga negara marilah kita menjaga dan melestarikan alam
ini karena dari alam manusia dapat mencukupi kebutuhannya serta
adanya sinergis para stakeholders yang melanjutkan cita-cita bangsa
dan negara indonesia yang berlandaskan pancasila dan UUD RI 1945.
DAFTAR PUSTAKA
UUD RI 1945
Wicaksono, kristian ; (2006) Administrasi dan birokrasi pemerintahan;
Yogyakarta, Graha Ilmu.
Budiarjo, miriam; (2008) Dasar-dasar Ilmu Politik; Jakarta, Gramedia ,
edisi revisi.
Agustino, leo; (2007) Perihal Ilmu Politik ; Yogyakarta, Graha Ilmu .
Istianto, bambang; (2001) Demokratisasi ; Jakarta, Mitra Wacana
Media.
Fadel, muhammad; (2008) Reinventing Local Government; Jakarta:
Kompas Gramedia
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikroekonomi. 1999. Jakarta:
Rajawali Press.
Soekanto, soejono (2009) Pengantar Sosiologi; Jakarta : Rajawali Press
OLEH
Nama : M.
Sholeh
NIM :
MH.1425.1695